JAKARTA, KOMPAS - Menteri Sekretaris Negara di era pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Bondan Gunawan Sastrosudarmo, meninggal karena sakit di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (23/5/2019), sekitar pukul 13.00. Kiprah Bondan yang lahir pada 24 April 1948 di Yogyakarta tersebut sudah terlihat sejak era Orde Baru, yang antara lain ditandai dengan langkahnya ikut mendirikan Forum Demokrasi.
Anak kedua Bondan, Kanumoyoso, mengatakan, ayahnya dua bulan terakhir dirawat di RSPAD Gatot Soebroto karena stroke. Bondan meninggalkan dua anak, yakni Purwendah Sekarhapsari dan Kanumoyoso. Istrinya, Heridiana, telah lebih dulu berpulang pada 2011.
”Ayah saya tidak berpesan dalam bentuk kata-kata. Tetapi, ia banyak memberikan contoh perilaku kepada anak-anaknya bahwa menjadi manusia itu harus memberi manfaat bagi manusia lainnya,” kata Kanumoyoso.
Sikap Bondan itu antara lain tecermin dalam geliatnya bersama Gus Dur dan tokoh lainnya, seperti rohaniwan Franz Magnis-Suseno saat mendirikan Forum Demokrasi. Kelompok ini aktif menyebarkan gagasan tentang demokrasi dan pembelaan terhadap individu atau kelompok yang menjadi korban kesewenangan di era Orde Baru.
Idealisme Bondan ini menjadi catatan dan kenangan tersendiri bagi Yahya Cholil Staquf, Khatib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. ”Ada dua hal untuk menggambarkan Pak Bondan, yaitu idealis dan tidak mau setengah-setengah dalam memperjuangkan idealisme. Dua hal itu terus relevan bagi anak-anak muda di negeri ini, dan karakter itu amat bermanfaat bagi kebaikan bangsa dan negara,” kata Yahya, yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Dalam buku Bondan berjudul Hari-hari Terakhir Bersama Gus Dur, Gus Dur menyebut sahabatnya itu sebagai ”banteng” yang berkeliaran di luar habitatnya. Bondan memahami kiasan Gus Dur itu sebab ia adalah seorang aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia yang malang melintang di berbagai wadah dan kegiatan, serta memiliki jaringan luas. Di buku tersebut, Bondan menceritakan kedekatan serta kiprahnya dengan banyak pihak di era Orde Baru.