Suasana dua tiga terakhir di beberapa tempat di Jakarta seolah membawa pada pengalaman merasakan ”dua dunia” yang berbeda. Situasi di sekitar Kantor Badan Pengawas Pemilu di Jalan MH Thamrin, di Petamburan, di Tanah Abang, sampai di Slipi sempat memanas akibat aksi massa yang diwarnai kericuhan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
Suasana dua tiga terakhir di beberapa tempat di Jakarta seolah membawa pada pengalaman merasakan ”dua dunia” yang berbeda. Situasi di sekitar Kantor Badan Pengawas Pemilu di Jalan MH Thamrin, di Petamburan, di Tanah Abang, sampai di Slipi sempat memanas akibat aksi massa yang diwarnai kericuhan.
Akan tetapi, apabila bergeser sedikit dari titik-titik panas tersebut, kita dapat merasakan suasana yang biasa-biasa saja. Normal. Terkecuali sedikit anomali ketika kondisi lalu lintas jalanan ibu kota Jakarta yang lazimnya macet terasa lebih lancar. Layaknya situasi saat Lebaran.
Pada Rabu, 22 Mei 2019, saat massa perusuh masih bertahan, sebagian di antaranya membalas lemparan gas air mata dari aparat keamanan dengan batu dan benda keras lain, banyak warga di luar lokasi kerusuhan tetap beraktivitas.
Ketika melintasi ruas jalanan di bilangan Meruya Selatan, misalnya, terlihat suasana ramai pasar dadakan. Berbagai produk, mulai dari pakaian, mainan, hingga aneka makanan-minuman, ditawarkan kepada warga dan pelintas jalan sekitar permukiman. Suasana terasa biasa saja.
Toko-toko dan pasar di luar kawasan yang berada sekitar lokasi kerusuhan pun tetap buka. Artinya, aktivitas keseharian ekonomi di tingkat mikro tetap berjalan normal. Beda 180 derajat dengan hiruk-pikuk kerusuhan yang terlokalisasi di beberapa titik Jakarta.
Apabila kita menyempatkan waktu sejenak berbincang dengan warga, akan terdengar beberapa penjelasan. Saat ini, misalnya, bertepatan dengan minggu ketiga bulan puasa. Momentum yang penting bagi warga, terutama perantau, untuk berupaya mengumpulkan uang sebelum mereka mudik di pekan terakhir puasa dan merayakan Lebaran di kampung halaman.
Dengan caranya masing-masing, banyak warga yang tetap beraktivitas seperti biasa, seolah tak mau terganggu oleh hiruk-pikuk di lokasi bentrok aparat-perusuh. Selain beraktivitas secara normal, sebagian warga berupaya menangkal bahwa kerusuhan itu bukan bagian darinya. Mereka juga menguatkan dan mengirim dukungan kepada aparat yang berupaya mengendalikan keamanan.
Asosiasi Pengusaha Indonesia pun menyatakan, para pelaku usaha berupaya agar kegiatan usaha tidak terpengaruh aksi-aksi pascapenetapan hasil pemungutan suara Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum. Bagi mereka, roda bisnis harus terus berputar.
Di titik ini, semua pihak, terutama elite politik, hendaknya mampu menjaga suasana agar kembali kondusif. Iklim usaha yang kondusif akan menarik minat investor menanamkan modal di Indonesia. Apalagi ada potensi serapan tenaga kerja dan devisa ekspor di sana.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal, total realisasi penanaman modal triwulan I-2019 mencapai Rp 195,1 triliun. Pencapaian ini setara 24,6 persen dari target investasi sepanjang tahun 2019 yang ditetapkan sebesar Rp 792 triliun.
Keamanan dan stabilitas politik juga dibutuhkan untuk menggaet wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, lebih banyak. Kerusuhan dan pertikaian hanya akan menimbulkan kerugian bagi semua. Sebaliknya, persatuan akan memudahkan upaya bersama menggapai kesejahteraan warga.
Sampai Kamis (23/5/2019), kericuhan dalam demo pascapenetapan hasil perolehan suara Pemilu 2019 dinilai belum berdampak serius bagi iklim usaha. Namun, pelaku usaha berharap ketidakpastian politik dan keamanan segera berakhir. Lewat sejumlah kanal, para pelaku usaha berharap politisi lebih memikirkan kepentingan bangsa dan negara. Menurut mereka, protes yang diwarnai dengan kekerasan, justru merugikan semua pihak, terutama masyarakat kecil.
Harapan juga disampaikan pelaku sektor pariwisata. Belakangan, sejumlah negara mengeluarkan saran untuk tidak bepergian (travel advice) kepada warganya terkait situasi politik dan keamanan Indonesia. Mereka berharap pemerintah segera mengatasi gangguan dan memastikan Indonesia aman.
Leluhur kita sudah berjuang menyatukan bangsa. Kini saatnya bagi kita untuk menjaganya.