Pengembangan Balkondes di Borobudur Terkendala Masalah SDM
›
Pengembangan Balkondes di...
Iklan
Pengembangan Balkondes di Borobudur Terkendala Masalah SDM
Berbagai masalah terkait sumber daya manusia menjadi kendala pengembangan balai ekonomi desa atau balkondes di sekitar kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sebagian besar warga yang bekerja di balkondes belum sigap melayani dan memprioritaskan kepuasan wisatawan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Berbagai masalah terkait sumber daya manusia menjadi kendala pengembangan balai ekonomi desa atau balkondes di sekitar kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sebagian besar warga yang bekerja di balkondes belum sigap melayani dan memprioritaskan kepuasan wisatawan.
Balkondes adalah program pengembangan ekonomi desa dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara, yang dijalankan dengan dukungan dana BUMN sebesar Rp 1 miliar per desa.
Direktur PT Manajemen Community Based Tourism (CBT) Nusantara Jatmika Budi Santoso mengatakan, masalah antara lain timbul dari sikap para karyawan pengelola balkondes yang kurang sigap melayani tamu.
”Di satu balkondes yang kami temui, para karyawannya tidak siap melayani tamu. Saat tidak ada tamu, mereka hanya duduk-duduk, mengobrol, atau bahkan tidur di bagian belakang balkondes. Walhasil, ketika ada yang datang, tamu tersebut biasanya kebingungan dan harus mencari-cari karyawan hingga ke dapur,” ujarnya, Jumat (24/5/2019) petang.
PT Manajemen CBT Nusantara (MCN) adalah pihak yang ditunjuk Kementerian BUMN untuk mendampingi desa dalam pengelolaan balkondes. Menurut Jatmika, di sejumlah balkondes, para karyawan balkondes pun tidak mampu menjalankan prinsip dasar penerimaan kunjungan, seperti kurang menjaga kebersihan.
Hanya saja, menurut Jatmika, pihaknya tidak bisa segera membenahi karena karyawan dan para pengelola balkondes sering kali tidak siap menerima kritik. Mereka menjalankan tugas pengelolaan balkondes sesuai prinsip yang diyakini sendiri.
”Mereka biasanya baru akan menyerah dan meminta pendapat setelah tingkat kunjungan ke balkondes berkurang,” ujarnya.
Di sejumlah balkondes, masalah lain muncul dari supervisor atau pengawas di setiap balkondes. Di sejumlah balkondes, para pengawas yang seharusnya menjadi perwakilan PT MCN hanya mengejar jabatan, tetapi tidak menjalankan tugas. Mereka bahkan cenderung tidak peduli pada pengembangan serta pengelolaan balkondes.
Karyawan dan para pengelola balkondes sering kali tidak siap menerima kritik. Mereka menjalankan tugas pengelolaan balkondes sesuai prinsip yang diyakini sendiri.
Berbagai masalah tersebut, menurut dia, pada akhirnya membuat pengembangan dan pemasukan balkondes lambat. Dari 18 balkondes yang sudah beroperasi dan sudah menerima tamu saja, omzet pendapatan yang masuk selama setahun baru Rp 6 miliar.
Program balkondes direncanakan berjalan di 20 desa di Kecamatan Borobudur. Namun, hingga saat ini, satu balkondes belum selesai dibangun dan satu balkondes lainnya belum beroperasi menerima tamu.
Dari 18 balkondes yang sudah berdiri dan beroperasi tersebut, 16 balkondes di antaranya sudah mampu mandiri, membiayai pengeluaran dan biaya operasionalnya sehari-hari. Adapun, dua balkondes lainnya masih harus menutup biaya operasional dengan menyisihkan uang dari dana desa.
Manajer Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Arum Jaya di Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Bambang Irno mengatakan, balkondes Tegalarum yang baru delapan bulan berdiri, kini sudah dikelola oleh BUMDes Arum Jaya.
Balkondes Tegalarum memiliki sembilan karyawan. Namun, saat ini, Bambang mengakui, pengelolaan kurang optimal karena setiap karyawan kurang memahami deskripsi pekerjaan di bidangnya masing-masing.
”Sekalipun sudah dibagi di bidang yang berbeda, karyawan di balkondes tetap menjalankan pekerjaan dengan campur aduk. Masing-masing menjalankan pekerjaan yang belum dikerjakan rekannya. Padahal pekerjaan di bidangnya sendiri belum tuntas,” ujarnya.
Pada akhirnya, kondisi itu menyebabkan banyak hal tidak tergarap baik. Masalah administrasi menyangkut tamu belum terdata lengkap dan pernah pula, reservasi sejumlah tamu lupa dicatat sehingga tamu yang telanjur datang tidak terlayani dengan baik.