LONDON, JUMAT— Perdana Menteri Inggris Theresa May akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Partai Konservatif, Jumat (24/5/2019). May akan mundur pada 7 Juni, dan setelah ketua baru terpilih, May akan mundur sebagai perdana menteri.
May akan tetap menjadi pejabat sementara sampai PM baru terpilih. Proses ini bisa berlangsung beberapa pekan dan tidak memerlukan pemilu. Perdana menteri baru akan mengemban tugas untuk menuntaskan kesepakatan Brexit yang sampai saat ini masih buntu.
”Dalam demokrasi, jika Anda memberikan pilihan kepada rakyat, Anda bertanggung jawab untuk mengimplementasikannya. Saya telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan itu. Kini, saatnya perdana menteri baru akan mengupayakan itu,” kata May yang dengan suara tersendat menyatakan bahwa menjadi PM adalah kehormatan bagi dirinya.
Gagal
May akhirnya tunduk pada tekanan partai setelah ia gagal memperoleh dukungan parlemen untuk meloloskan kesepakatan Brexit. Ia telah tiga kali mengajukan proposal Brexit kepada parlemen dan semuanya ditolak.
Selama beberapa tahun, May gagal menyatukan anggota parlemen dari Partai Konservatif, yang berseberangan dalam isu Brexit. Sebagian anggota menginginkan hard Brexit (putus total dengan Uni Eropa), sementara kubu lainnya menginginkan hubungan yang tetap dekat dengan UE. Jalan tengah yang diambil May tidak pernah memuaskan kedua kubu.
Upaya May untuk meraih dukungan dari kubu oposisi, Partai Buruh, dinilai terlambat meskipun sikap Buruh terhadap Brexit sebetulnya tidak terlalu jauh dengan kubu pro-UE.
Itu sebabnya ketika May berniat mengajukan proposal Brexit (Withdrawal Agreement Bill) kepada parlemen untuk keempat kalinya Rabu lalu, ia menyadari bahwa dirinya tak akan mendapat dukungan seperti yang diharapkannya. Posisinya juga semakin sulit setelah Ketua Majelis Rendah asal Konservatif Andrea Leadsom mengundurkan diri karena tak sepakat dengan langkah May.
Bermartabat
Kemarin, Leadsom mengatakan, pidato May yang bermartabat menunjukkan komitmen penuh May terhadap negara dan tugasnya. ”Dia telah melakukan semua yang mungkin. Saya mendoakan yang terbaik untuknya,” kata Leadsom
Leadsom merupakan salah satu kandidat perdana menteri. Calon lainnya adalah Boris Johnson, yang disebut-sebut sebagai calon terkuat. Johnson kemarin juga menulis pesan untuk May: ”Terima kasih atas jasa besar Anda kepada negara dan Partai Konservatif”.
Namun, Johnson ataupun kandidat lainnya akan menghadapi tantangan berat untuk meraih dukungan di parlemen. Jika perdana menteri baru adalah sosok pendukung hard Brexit, ada kemungkinan ia tak akan ragu memilih opsi Brexit tanpa kesepakatan. Namun, opsi itu akan mendapat tentangan keras dari kalangan ekonomi.
Brussels sudah menyatakan akan bekerja sama dengan perdana menteri yang baru, tetapi mereka tak akan menegosiasikan kesepakatan Brexit yang sudah ditandatangani November lalu. (AP/AFP/MYR)