Jawa Timur, khususnya Tulungagung, kini menjadi salah satu sentra primadona produksi patin berkelas global yang mampu menembus pasar ekspor.
SIDOARJO, KOMPAS Provinsi Jawa Timur berpotensi besar menjadi sentra produksi patin (Pangasius) untuk menjawab tantangan pasar ekspor. Produksi ikan yang dihasilkan tidak hanya memiliki kualitas terbaik, tetapi juga mampu memenuhi kriteria pangan internasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mengekspor produk patin olahan asal Indonesia ke Arab Saudi, Senin (27/5/2019). Ekspor perdana melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, ini berlangsung secara bertahap. Tahap pertama sebanyak tiga kontainer berisi irisan daging ikan (fillet) dan stik per kontainer memuat 21,5 ton.
Komisaris Utama PT Adib Global Food Supplies Budi Mulyono selaku eksportir mengatakan, total rencana ekspor patin olahan ke Arab Saudi mencapai 300 ton dari kebutuhan 600 ton lebih. Pihaknya sebenarnya mampu memasok semua kebutuhan, tetapi terkendala pengurusan dokumen ekspor dari Saudi Food and Drug Authority yang ketat.
”Dari 300 ton patin olahan ekspor ke Arab Saudi, 80 persennya dipasok pembudidaya di Tulungagung. Sisanya dipenuhi dari pembudidaya patin di Sumatera Utara dan Jawa Barat,” ujar Budi Mulyono disela acara Ekspor Perdana Ikan Patin bagi Jemaah Haji 2019 di Instalasi Karantina Puspo Agro Sidoarjo.
Budi mengatakan, patin hasil budidaya di sentra produksi Tulungagung memiliki kualitas terbaik di Indonesia. Sebab, pembudidaya rajin menerapkan cara pembudidayaan ikan yang baik (CPIB).
Kepala Dinas Perikanan Jatim Muhammad Gunawan Saleh mengatakan, Tulungagung merupakan sentra produksi utama. Sentra lainnya tersebar di Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Selatan. Meski Tulungagung termasuk baru dalam hal budidaya patin, produktivitasnya tinggi dan kualitasnya terbaik. ”Produksi patin di Tulungagung 50-60 ton per hari. Jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat CPIB mencapai 30 orang,” ujarnya.
Gunawan menambahkan, selain di Tulungagung, budidaya patin juga akan dikembangkan di Kabupaten Kediri dan Jombang yang memiliki kualitas air bagus. Pihaknya akan memetakan seluruh daerah di Jatim yang potensial karena patin menjadi primadona ekspor perikanan budidaya.
Potensial ekspor
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo mengatakan, produk patin olahan asal Indonesia berpotensi dipasarkan di Arab Saudi dan negara Timur Tengah (Timteng) lain. Permintaan pasarnya tinggi. Permintaan pasar itu antara lain untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji asal Indonesia dan jemaah umrah.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengemukakan, pemerintah menargetkan produksi patin tahun ini mencapai 600.000 ton, naik 53,45 persen dibandingkan dengan jumlah produksi tahun lalu 391.000 ton. Dimulainya ekspor patin olahan akan mendorong semangat pembudidaya untuk meningkatkan produksi.
Masuknya produk patin berupa fillet dan stik ke pasar Timteng bukti produk patin Indonesia berdaya saing tinggi. Produk patin olahan yang diekspor punya bobot di atas 800 gram per ekor untuk menghasilkan fillet 30-35 persen dari bobot ikan. ”Dengan adanya ekspor (patin), diharapkan memicu pembudidaya untuk bisa berproduksi lebih,” katanya.
Beberapa kriteria patin untuk pasar ekspor adalah tidak berbau lumpur, daging berwarna cerah, serta memenuhi sertifikasi keamanan pangan (HACCP) dan sertifikasi CBIB. Hingga Mei 2019, usaha yang sudah memiliki sertifikasi patin 356 unit. ”Dari hulu akan terus dipastikan budidaya patin tanpa menggunakan bahan kimia, antibiotik, dan bahan-bahan cemaran lain,” kata Slamet. (NIK/LKT)