Arus mudik Lebaran tahun ini, hingga Senin (3/6/2019), dinilai tidak sepadat tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sesuai perkiraan mengingat jeda waktu antara dimulainya libur dengan hari Lebaran relatif panjang. Dampaknya, pemudik memiliki lebih banyak pilihan waktu.
Lalu lintas kendaraan memang lebih tinggi dibandingkan hari biasa, tetapi kepadatannya tidak sampai memicu kemacetan parah. Apalagi pemerintah memberlakukan kebijakan satu arah di ruas jalan tol antara Jakarta hingga Semarang.
Kendaraan angkutan barang bersumbu lebih dari tiga juda tidak diperkenankan jalan. Kondisi ini membuat tekanan yang berarti di jalan raya. Sejumlah pemudik bahkan melaporkan bisa menempuh rute Jakarta-Solo dalam waktu 9-10 jam.
Akan tetapi, kondisi lalu lintas yang relatif lancar saat arus mudik diperkirakan tidak terjadi saat arus balik. Pasalnya, jeda waktu arus balik relatif pendek, yakni sekitar 3 hari atau rentang 7-9 Juni 2019. Oleh karena itu, pengendara harus mempersiapkan kendaraan dan dirinya dengan baik.
Salah satunya soal tekanan dan kondisi ban kendaraan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan, untuk menghindari ban pecah, tekanan udara dalam ban sebaiknya disesuaikan dengan ukuran yang ditetapkan oleh pabrik. Namun, jika tidak bisa mengukur dengan tepat, tekanan ban sebaiknya dibuat maksimal dan bukan justru diturunkan.
Selama ini banyak persepsi pengendara yang mengira, jika tekanan ban terlalu tinggi, ban akan mudah meletus. Padahal, dari hasil penelitian KNKT, ban yang bertekanan kurang, justru lebih mudah meletus.
Selain jalan raya, kepadatan diperkirakan juga akan terasa di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Waktu balik yang pendek serta antrean kapal berpotensi menimbulkan penumpukan. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengatur waktu dengan baik.
Penyeberang perlu melihat antrean kendaraan yang akan menyeberang. Jika antrean sudah mengular di Dermaga 6 (eksekutif) Pelabuhan Bakauheni yang menjadi favorit, pengguna sebaiknya memilih dermaga reguler. Memang waktu tempuh penyeberangan melalui Dermaga 6 lebih pendek, yakni sekitar 1,5 jam, sementara di dermaga reguler butuh sekitar 3 jam untuk menyeberang dan sandar.
Akan tetapi, tarif penyeberangannya juga berbeda. Tarif penyeberangan di dermaga reguler hanya sekitar Rp 379.000 per mobil, sementara di dermaga eksekutif Rp 579.000. Jadi sebaiknya penyeberang mempertimbangkan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jangan lupa untuk mengisi kembali uang elektronik karena jasa layanan penyeberangan hanya bisa dibayar dengan uang elektronik produk bank pemerintah. Pengguna tol juga harus memeriksa saldo uang elektroniknya. Pastikan saldonya cukup.
Dari semua persiapan, hal yang tidak kalah penting adalah persiapan diri. Tubuh harus segar, cukup istirahat, dan terhidrasi dengan baik. Bagi pengguna sepeda motor, beristirahatlah tiap dua jam, sementara bagi pengguna mobil beristirahatlah minimal empat jam sekali. Jaga emosi agar tak mudah terpancing sikap pengendara lain.
Selamat mudik dan balik. Semoga lancar perjalanannya.