Abe-Rouhani Siap Bertemu
Jepang ikut berusaha meredakan ketegangan AS-Iran. Jepang dekat dengan Iran ataupun AS. Ketegangan AS-Iran tidak menguntungkan Jepang.
TOKYO, SELASA— Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Iran Hassan Rouhani dijadwalkan bertemu, Rabu (12/6/2019), di Teheran, Iran. Pertemuan itu bagian dari upaya Jepang meredakan ketegangan Iran-Amerika Serikat yang bisa merugikan banyak pihak, termasuk Jepang.
”Di tengah peningkatan ketegangan di Timur Tengah, kami ingin mendorong Iran, suatu kekuatan kawasan, bergerak meredakan ketegangan melalui pertemuan para pemimpin,” kata Menteri Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, Selasa (11/6/2019), di Tokyo.
Abe direncanakan meninggalkan Tokyo pada Rabu ini. Setelah mendarat, ia bertemu Rouhani. Selanjutnya, ia akan bertemu pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelum meninggalkan Teheran pada Kamis. ”Abe berusaha menjadi pengantar pesan dan meredakan ketegangan. Langkah penting. Saya kira itu dipicu hubungan personalnya dengan Trump,” kata Toshihiro Nakayama, peneliti asal Jepang di Wilson Center, Washington.
Rencana lawatan Abe diumumkan Tokyo pada akhir Mei 2019. Pengumuman disampaikan beberapa hari sebelum Presiden AS Donald Trump menyambangi Jepang dan menghabiskan beberapa hari untuk bertemu secara formal dan informal dengan Abe. Golf, sumo, dan sejumlah forum resmi menjadi tempat pertemuan mereka. Kala itu, Trump menyatakan mendukung upaya Abe untuk menjadi penengah bagi AS-Iran.
Jepang berkepentingan atas stabilitas di Timur Tengah dan Iran. Tokyo adalah salah satu konsumen besar minyak Teheran. Persekutuan AS-Jepang membuat Tokyo tetap bisa mengimpor minyak Teheran kala Washington kembali menjatuhkan rangkaian sanksi keras dengan tujuan menghentikan total ekspor minyak Iran. Jepang mendapat pengecualian AS, tetapi kini pengecualian itu tidak diberi lagi.
”Tujuan lawatan itu bukan untuk menengahi. Sebenarnya itu isu bilateral dan jika ada urusan lain, akan dilakukan hati-hati,” kata mantan diplomat Jepang, Kunihiko Miyake.
Eropa
Sebelum menerima Abe, Rouhani bertemu Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Dalam pertemuan itu, Rouhani menyalahkan AS karena meningkatkan ketegangan. Ia juga meminta penandatangan kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) dari Eropa melawan perang ekonomi yang dilancarkan AS terhadap Iran. Selain Iran dan AS, JCPOA disepakati Inggris, Perancis, Rusia, Jerman, dan China. ”Perang ini tak akan menguntungkan negeri mana pun dan warga Iran akan melawan penindasan serta perundungan ini,” ujarnya.
Ia mengatakan, Eropa belum menunjukkan upaya kuat menunjukkan alternatif perdagangan. ”Kami belum melihat tindakan serius diambil Eropa tahun lalu meski sikap politik mereka baik,” kata Rouhani.
”Tak ada yang bisa berharap perang ekonomi terhadap Iran berlanjut dan mereka yang membangkitkan serta mendukung perang ini akan tetap selamat. Cara meredakan ketegangan dengan menghentikan perang ekonomi,” kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif seraya menyebut Jerman dan Uni Eropa dapat memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan.
Lawatan Maas ke Teheran adalah bagian dari upaya Eropa menyelamatkan JCPOA. Nasib kesepakatan itu menjadi tidak menentu setelah AS secara sepihak keluar dari JCPOA dan kembali menerapkan rangkaian sanksi kepada Iran. Bahkan, AS mengirimkan armada perangnya ke Timur Tengah dengan alasan ketegangan dengan Iran meningkat. Gugus tempur laut hingga pesawat pengebom disiagakan di sekitar Iran.
Rouhani memberi tenggat hingga Juli 2019 apabila para pihak di JCPOA ingin kesepakatan itu tetap berlanjut. Jika sampai Juli tidak ada jalan keluar atas kesulitan Iran gara-gara sanksi AS, Teheran memastikan akan ikut meninggalkan JCPOA dan kembali mengaktifkan program persenjataan nuklirnya.
Maas menyebut, JCPOA amat penting bagi keamanan Eropa. Namun, ia tidak menampik kemampuan Eropa menyokong kesepakatan itu amat terbatas. ”Kami tidak akan membuat keajaiban. Namun, kami akan melakukan semua yang bisa untuk mencegah kegagalan. Keadaan di kawasan sangat serius dan mudah meledak,” ujarnya.
”Ada perang di Suriah dan Yaman, untungnya tidak di sini. Kami akan melakukan apa pun untuk menjaga keadaan tetap seperti sekarang (tidak ada perang) bagi Iran,” katanya.
Pernyataan dan lawatan Maas disambut sinis oleh sejumlah pihak di Iran. ”Secara singkat, pernyataan Maas adalah kami tidak ada apa-apa tanpa AS dan tidak bisa berbuat apa-apa. Jangan berharap banyak dari kami,” kata Direktur Pelaksana Harian Javan Abdollah Ganji. Harian itu adalah media berhaluan ultrakonservatif di Iran.
Sementara Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano menyebut, Iran kini memproduksi lebih banyak uranium yang dikayakan. Ia berharap ketegangan kini bisa diredakan lewat dialog. ”Penting bagi Iran untuk sepenuhnya menerapkan komitmen nuklirnya,” katanya.
Belum jelas apakah Iran akan melebihi batas penyimpanan yang ditentukan dalam JCPOA. Dalam JCPOA, Iran hanya boleh punya maksimal 130 ton air berat dan 202 kilogram uranium yang belum diperkaya. Kelebihan cadangan harus diekspor ke tempat yang disetujui dan diawasi perwakilan internasional. Iran juga hanya boleh mengayakan uranium maksimum 3,67 persen atau jauh di bawah kebutuhan membuat bom. (AFP/REUTERS/RAZ)