Malam minggu di Pulau Reklamasi terasa seperti anomali. Di tengah ramainya kabar soal izin bangunan yang belum pasti, pulau yang mestinya tak berpenghuni ini justru menarik minat kunjungan warga. Ramainya kunjungan itu belakangan disebabkan adanya pusat jajanan yang menggeliat di sana selama beberapa bulan terakhir.
Jika melihat dari arah jembatan penghubung di Jalan Pantai Indah Kapuk, Anda bisa menilai bahwa kawasan Pulau Reklamasi tampak seperti kota mati. Namun, cobalah lewati jembatan penghubung itu sekitar 1 kilometer saja. Setelah jembatan itu, akan terlihat satu lokasi yang ramai dengan kunjungan warga.
Keramaian itu terpusat di Pulau D, atau kini lebih dikenal dengan sebutan Kawasan Pantai Maju. Di sana, sebuah pusat jajanan dengan nama ”Food Street” menjadi lokasi primadona baru yang kini menarik ratusan, bahkan mungkin ribuan, warga dalam semalam.
Pada Sabtu (15/6/2019) malam kemarin, misalnya, kawasan yang mulanya sepi pada sore hari mendadak ramai ketika menjelang pukul 18.00. Sebagian bahu jalan di sana berubah fungsi menjadi tempat parkir bagi bermacam jenis kendaraan. Ada sekitar ratusan mobil yang parkir hanya untuk mampir ke Food Street di Kawasan Pantai Maju.
Sebagai pusat jajanan, tempat ini dilengkapi segala jenis makanan dan minuman yang dijajakan. Sebutkanlah apa saja: nasi padang, nasi uduk betawi, makanan laut (seafood), serta berbagai jenis es buah, semuanya tersedia di sana. Tempat ini praktis membuat kemacetan kecil di sekitar Kawasan Pantai Maju saat malam hari.
Dengan jumlah sekitar ratusan mobil yang parkir, Marshall (32) pun kesulitan mencari celah untuk memarkir mobilnya. Padahal, ia adalah warga perumahan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang berjarak sekitar 3 kilometer dari lokasi. Marshall mengatakan, selama empat bulan terakhir, kawasan Food Street kini jadi terasa sangat ramai dikunjungi. Tidak hanya kunjungan warga, tetapi stan makanan dan minuman di sana juga semakin banyak.
”Kalau dibandingkan dengan saat saya ke sini beberapa bulan lalu, sekarang di sini jadi tambah ramai. Sebagian warga di PIK suka suasana di sini karena di pinggir jalan, dihiasi lampu-lampu kecil dan ada panggung hiburan musik,” kata Marshall.
Keramaian di Pantai Maju agaknya kontradiktif dengan status yang dialami keseluruhan wilayah Pulau Reklamasi sekarang. Bangunan di wilayah Pantai Maju yang sebelumnya disegel pada 7 Juni 2018 kini mendapat izin mendirikan bangunan (IMB) dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hal ini kemudian menjadi kebingungan bagi sejumlah pihak.
Salah satu yang mengalami kebingungan soal ini adalah Ketua Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI Jakarta Iman Satria. Menurut dia, penerbitan IMB ini terkesan buru-buru diterbitkan, padahal masih ada dua rancangan peraturan daerah yang belum diselesaikan. Kedua aturan yang dimaksud adalah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K) serta Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (RTRKS).
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam keterangan tertulis mengatakan, IMB yang diterbitkan bagi sejumlah bangunan di Pantai Maju berasal dari Peraturan Gubernur DKI Nomor 206 Tahun 2016, yang mengatur tentang Panduan Rancang Kota Pulau C, D, dan E, Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta. Terkait dengan hal ini, Iman berencana memanggil Gubernur DKI agar masalah ini dapat dijelaskan kepada publik.
Di tengah santernya kontroversi pulau reklamasi tersebut, pusat jajanan Food Street justru semakin bergeliat. Gerai sate taichan bernama Taichan Modus, misalnya, mengaku mendapat untung sejak membuka dagangan tiga bulan terakhir.
Anton (27), karyawan gerai sate taichan, mengatakan, setiap akhir pekan dirinya harus menyiapkan sebanyak 1.100 tusuk sate untuk dijual. Jumlah itu lebih banyak jika dibandingkan dengan hari biasa, yang hanya sampai 700 atau 800 tusuk. Saat akhir pekan, ia pun harus menyiapkan dagangannya lebih dini dari hari biasa.
”Tadi sudah siap-siap sejak jam empat sore karena arang untuk memasak harus disiapkan dulu, sementara pengunjung mulai berdatangan pukul 17.00. Kalau akhir pekan begini, hasilnya sangat lumayan karena bisa laku lebih banyak,” ucap Anton.
Selain Taichan Modus yang baru buka selama tiga bulan, ada juga gerai yang telah berjualan sejak tahun lalu. Riska (40), karyawan di gerai Buah Potong Asian, ingat persis bahwa dirinya mulai bekerja di sana pada 23 Desember 2018. Gerainya ini merupakan cabang baru yang dipindah dari kawasan Food Plaza di PIK.
Meski senang karena semakin ramai dikunjungi, baik Riska maupun Anton tidak ada yang tahu dengan masalah terkait dengan izin bangunan di Pantai Maju. Mereka hanya tahu soal untung yang semakin bertambah karena kunjungan semakin ramai.
”Dari tahun lalu saya tidak pernah dengar apa-apa soal bangunan. Saya cuma tahu soal ngulek rujak, lalu digaji sama bos,” kata Riska.
Megi Enaldo, salah satu petugas keamanan yang berjaga di sana, hanya tahu bahwa kondisi pusat jajanan sudah seramai saat ini sejak Maret lalu. Para pedagang di pusat jajanan dapat berjualan atas seizin pihak pengelola. Sementara itu, perwakilan pihak pengelola yang ditemui di pusat jajanan enggan menerima pertanyaan Kompas terkait dengan izin usaha.
Meski begitu, pusat jajanan ini terus ramai dikunjungi hingga larut malam. Warga yang berkunjung hanya tahu senang dan ingin kenyang, sementara pedagang di sana juga ingin berjualan dengan tenang. Di tengah keinginan mereka masing-masing, simpang siurnya izin bangunan di pulau reklamasi masih menjadi pekerjaan rumah pemprov yang perlu dibereskan.