Gubernur Riau Minta Izin Transit di Luar Negeri untuk Dinas Dalam Negeri
›
Gubernur Riau Minta Izin...
Iklan
Gubernur Riau Minta Izin Transit di Luar Negeri untuk Dinas Dalam Negeri
Gubernur Riau Syamsuar mengeluhkan mahalnya ongkos transportasi dinas luar aparatur sipil negara di Provinsi Riau menyusul kenaikan harga tiket pesawat terbang.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Gubernur Riau Syamsuar mengeluhkan mahalnya ongkos transportasi dinas luar aparatur sipil negara di Provinsi Riau menyusul kenaikan harga tiket pesawat terbang. Untuk menghemat pengeluaran, mantan Bupati Siak itu meminta izin kepada Menteri Koordinator Perekonomian agar membolehkan ASN Riau mengambil rute transit di Malaysia atau Singapura yang harganya lebih murah dibandingkan penerbangan domestik.
”Sejak kenaikan harga tiket pesawat, ongkos dari Pekanbaru ke Jakarta hampir mendekati Rp 2 juta untuk sekali jalan, apalagi kelas bisnis. Biaya perjalanan dinas di luar Jakarta semakin mahal lagi. Kami melihat alternatif, dari Pekanbaru, tiket pesawat dengan rute transit di luar negeri dapat lebih murah. Dengan begitu, kami bisa menghemat anggaran pemerintah Riau sesuai pagu anggaran,” kata Syamsuar kepada Kompas di Pekanbaru, Minggu (16/6/2019).
Ia mengatakan, pihaknya meminta pemerintah pusat dapat mengendalikan harga tiket pesawat guna menekan kenaikan inflasi di daerah. Kalaupun harga tetap mahal, pemerintah seyogianya mengizinkan maskapai asing dapat melayani rute domestik sehingga harga tiket lebih kompetitif.
Menurut Syamsuar, selain disampaikan kepada Menteri Koordinator Perekonomian, suratnya juga ditembuskan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Perhubungan, Menteri BUMN, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Ia yakin, suratnya sudah dibaca oleh para menteri dimaksud.
Data Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, sampai 10 Juni 2009, menyebutkan, jumlah penerbangan mengalami penurunan sampai 31,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode sama tahun 2018, jumlah penerbangan mencapai 1.524 dengan jumlah penumpang 212.450 orang. Adapun pada 2019, jumlah penerbangan menjadi 1.047 dengan penumpang sebanyak 136.088 orang.
Executive General Manager Bandara SSK II Pekanbaru Jaya Tahoma Sirait menyebutkan, berkurangnya jumlah penerbangan dari dan ke Pekanbaru menyebabkan dampak yang tidak kecil. Sampai bulan Mei, pihaknya mengalami kerugian potensial (potensial loss) sebesar Rp 3 miliar per bulan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Wilayah Riau Dede Firmansyah, yang dihubungi secara terpisah, juga mengeluhkan hal yang sama terkait kenaikan harga tiket pesawat. Menurut dia, kondisi itu telah menyebabkan perubahan tren di Riau.
”Ada dua perubahan. Pertama, masyarakat beralih ke moda transportasi darat dan air ketimbang menggunakan pesawat udara. Data yang kami peroleh, pemudik Lebaran dengan angkutan udara turun 57 persen dan arus balik turun 21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berlaku di semua daerah. Nah, yang kedua, ada pergeseran tujuan wisata ke luar negeri, terutama negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura, karena biaya jalan-jalan ke luar negeri lebih murah,” tutur Dede.
Dede menyebutkan, ongkos dari Pekanbaru ke Malaysia saat ini selalu di bawah Rp 1 juta per sekali jalan. Bahkan, untuk tujuan Malaka, ongkosnya sekitar Rp 700.000. Sebaliknya, ongkos ke Jakarta dengan menggunakan pesawat Lion Air dan Citilink mencapai Rp 1,3 juta, sedangkan dengan pesawat Batik Air dan Garuda Indonesia di bawah Rp 2 juta.
”Harga tiket tujuan Bali lebih mahal lagi, di atas Rp 2 juta. Wajar apabila warga Riau beralih ke Malaysia atau Singapura. Imbas kenaikan tiket pesawat domestik justru dinikmati oleh negara tetangga,” katanya.
Harga tiket tujuan Bali lebih mahal lagi, di atas Rp 2 juta. Wajar apabila warga Riau beralih ke Malaysia atau Singapura. Imbas kenaikan tiket pesawat domestik justru dinikmati oleh negara tetangga.
Dede mengatakan, dominasi bisnis pesawat domestik yang dikuasai grup Garuda Indonesia dan Lion Air sudah tidak sehat dan memberatkan masyarakat. Ia mengusulkan agar pemerintah memberi izin maskapai asing yang sudah berkongsi dengan perusahaan lokal Tanah Air, seperti Indonesia AirAsia, dapat membuka rute-rute domestik, termasuk Pekanbaru-Jakarta.
”Kami juga meminta pemerintah dapat menurunkan harga avtur dan biaya masuk komponen pesawat. Minimal harga avtur kita bisa disamakan dengan negara tetangga yang lebih murah. Biaya komponen pesawat semestinya dapat dikurangi sampai nol persen. Kami ingin harga tiket dapat kembali normal untuk menghidupkan kembali sektor-sektor usaha yang terkait,” ujarnya.