Saatnya Merelakan Dolores
”Do you remember? Remember the night? At a hotel in London…."
Bait pembuka lagu ”All Over Now” di album terbaru The Cranberries, In The End, tersebut akan memunculkan kepedihan yang mendalam bagi para penggemar The Cranberries.
Di sebuah hotel di London, tepatnya Hotel Hilton di Park Lane, pada 15 Januari 2018, vokalis The Cranberries, Dolores O’Riordan, ditemukan meninggal. Penyebabnya adalah kecelakaan di kamar mandi. Dolores tenggelam di bak mandi dan tidak bisa menolong dirinya sendiri karena ia berada dalam pengaruh alkohol.
Dunia meratapi kepergian Dolores. Tahun 2017-2018 bisa dikatakan sebagai tahun muram bagi musik rock. Kematian para vokalis datang berturut-turut, mulai dari Chris Cornell, vokalis band Audioslave dan Soundgarden, pada Mei 2017, kemudian vokalis band Linkin Park, Chester Bennington, pada Juli 2017, dan terakhir Dolores.
Ketiga vokalis tersebut adalah para legenda. Pada akhir abad ke-20, mereka bertiga adalah garda terdepan genre musik yang populer di masa itu. Chris Cornell dengan grunge, Chester Bennington dengan nu metal, dan Dolores O’Riordan dengan rock alternatif.
Dolores O’Riordan adalah kekasih semua penikmat musik. Tidak banyak vokalis band rock yang suaranya begitu dicintai. Dengan aksen celtic yang kental dan cengkok suaranya yang khas, Dolores menunjukkan bahwa musik rock sangat bisa dilantunkan dengan gaya mellow dan syahdu.
Bersama The Cranberries, Dolores melantunkan nada-nada yang tidak umum di masanya. Ketika masa awal tahun 1990-an video musik di kanal MTV didominasi oleh gerombolan pria berambut gondrong dengan gaya urakan yang memainkan musik rock, muncul klip video berjudul ”Linger” dari sebuah band yang kurang dikenal, yaitu The Cranberries.
Penonton dibuat terheran-heran dengan sajian musik yang santai, pelan, dan dilantunkan oleh penyanyi perempuan bersuara ”aneh” untuk musik jenis rock.
Perkenalan pertama dengan Dolores dan The Cranberries cukup sukses membuat penikmat musik mencari-cari band tersebut. Musik The Cranberries yang nyelip di ranah rock ini dengan gampangnya disukai.
Permainan musik yang sederhana dipadu dengan gaya bernyanyi Dolores membuat The Cranberries menuai sukses. Setelah ”Linger”, muncul lagu-lagu sepanjang masa dari The Cranberries, seperti ”Zombie”, ”Ode To My Family”, ”When You’re Gone”, ”Just My Imagination”, serta puluhan lagu hit lainnya.
Selama 25 tahun berkiprah di musik, The Cranberries total telah membuat tujuh album studio. Semuanya berjalan lancar, hingga terjadilah peristiwa di Hotel Hilton, London.
Setahun setelah kematian Dolores, para personel The Cranberries yang tersisa, Mike Hogan (bas), Noel Hogan (gitar), dan Fergal Lawler (drum), memutuskan untuk merilis album yang menjadi akhir perjalanan The Cranberries. Dolores meninggalkan warisan materi rekaman demo vokal dari lagu-lagu yang direncanakan untuk album The Cranberries setelah mereka merilis album terakhir, Something Else (2017).
Noel Hogan mengatakan dalam situs resmi www.cranberries.com bahwa mereka hanya akan membuat album jika materi yang ada bisa menjadi penghormatan atas kerja brilian yang sudah dibuat oleh Dolores. Sebagian besar materi suara Dolores yang sudah direkam tersimpan di hard drive dan bisa diproses untuk menjadi album yang utuh.
”Tentu saja album ini terbantu oleh Dolores, seorang penyanyi virtuoso yang alamiah. Bahkan, di saat yang buruk, Dolores mampu menyajikan suara yang istimewa,” kata Noel.
Hasilnya adalah album In The End yang dirilis 26 April 2019. Album ini berisi 11 lagu yang semua liriknya ditulis Dolores. In The End adalah sebuah album yang sarat emosi. Bahkan, untuk memulai mendengarkan lagu-lagu di album tersebut, para penggemar The Cranberries harus menata hati dengan baik agar tidak larut dalam kesedihan.
Lagu pembuka album In The End berjudul ”All Over Now” dengan bait awal tentang hotel di London menjadi alasan kenapa album ini dibuat. Pada saat proses produksi album In The End, ketiga personel The Cranberries dan produser Stephen Street menilai bahwa karakter lagu yang ditulis Dolores mengingatkan pada album pertama mereka, Everybody Else Is Doing It. So Why Can’t We? (1992).
”Dolores bernyanyi dengan sangat lembut dalam beberapa lagu seperti yang dia lakukan di album awal. Kesederhanaan musik dari beberapa lagu di album In The End juga seperti membawa kita kembali ke masa itu,” ujar Noel.
Bagai senda gurau
Album In The End adalah panggungnya Dolores. Para personel The Cranberries menyajikan komposisi musik yang cukup sederhana saja agar keunikan karakter vokal Dolores menjadi bintangnya. Meski demikian, sesederhana apa pun musik The Cranberries, tetap saja terdengar enak di telinga.
Jenis musik ini cukup membuat betah didengarkan berlama-lama. Bunyi-bunyian ”netral” yang menjadi karakter The Cranberries membuat album In The End terasa ringan.
Di album ini, Dolores seperti sedang bersenda gurau dengan teman-teman bandnya dan bersukacita dengan suaranya. Mungkin pada awalnya para penggemar The Cranberries bersedih hati saat memulai mendengarkan album In The End. Namun, pada akhirnya mereka akan bergembira bersama lantunan suara Dolores.
Tidak akan ada air mata yang menetes saat mendengarkan suara Dolores di album In The End. Sebaliknya, kita akan bisa menikmati keanggunan suara Dolores saat bernyanyi, baik lagu balada maupun lagu berirama kencang. Album In The End ini ibarat sebuah novel yang harus rampung disimak ceritanya.
Kisahnya ringan, tetapi dibuat dengan sepenuh hati. Lagu-lagunya mungkin saja tidak istimewa dan bukan calon penghuni takhta tangga lagu. Namun, secara keseluruhan, materi lagu di album In The End seperti sebuah bingkai foto yang indah.
Para personel The Cranberries tahu bahwa album In The End akan menutup perjalanan dari band itu. Noel mengatakan, mereka tidak akan pernah bisa melangkah lagi tanpa Dolores. Album In The End ini adalah album paling istimewa bagi ketiga sahabat Dolores.
Bahkan, sampul album In The End didesain sangat personal dan menyentuh. Sampul itu memperlihatkan empat anak yang sedang berpura-pura bermain musik. Penyanyinya adalah seorang anak perempuan yang mengenakan jaket bomber, jaket yang menjadi busana kesukaan Dolores.
Sampul album ini menunjukkan bahwa persahabatan mereka adalah persahabatan sejak masa kecil, sahabat selamanya. The Cranberries mengakhiri kisah mereka melalui album In The End. Mike Hogan, Noel Hogan, dan Fergal Lawler telah memberikan upacara perpisahan untuk Dolores O’Riordan.
Sebuah ucapan selamat tinggal yang tidak perlu mewah, tetapi layak untuk orang yang mereka sayangi. Melalui In The End pula, para penikmat musik merelakan Dolores. Cukup berat memang, seperti lirik yang ditulis oleh Dolores..,
”And I miss you, when you’re gone”