SAO PAULO, MINGGU – Duel Jepang versus Cile di penyisihan grup C Copa America 2019, Selasa (18/6/2019) pukul 06.00 WIB di Sao Paulo, Brasil, adalah panggung para bintang masa depan kedua tim. Salah satu calon bintang itu adalah Takefusa Kubo, gelandang berbakat yang dijuluki ”Messi Jepang”.
Kubo menjadi daya tarik ekstra dari Copa America 2019 di Brasil. Untuk kali pertama dalam sejarah, turnamen sepak bola internasional tertua itu mengundang sekaligus dua tim dari luar Amerika. Mereka adalah Jepang dan Qatar, dua finalis Piala Asia 2019. Khusus tim “Samurai Biru”, ini adalah keikutsertaan kedua di Copa America setelah 1999.
Bukan tanpa alasan Kubo akan menjadi sorotan. Pemain Jepang itu akhir-akhir ini menyita perhatian publik menyusul kepindahannya ke klub raksasa Spanyol, Real Madrid. Gelandang 18 tahun jebolan La Massia, akademi Barcelona FC, itu dibeli Madrid seharga 2 juta euro atau Rp 32 miliar dari FC Tokyo. Ia diikat kontrak selama enam tahun di Madrid.
Bagi Kubo, Copa America 2019 adalah panggung terbesarnya bersama Samurai Biru. Ia belum pernah tampil di turnamen apa pun sebelumnya, termasuk Piala Asia 2019, bersama timnas senior Jepang. Namun, ia berpengalaman membela tim muda Jepang di Piala Dunia U-20 2017, dan lolos hingga babak 16 Besar.
Waspada
Cile, juara bertahan Copa America, pantas mewaspadai ancaman Kubo. Pemain kidal itu disebut-sebut memiliki kemampuan drible menawan seperti Lionel Messi. Ia bisa menjadi ancaman para bek Cile. ”Ada alasan dia (Kubo) dibeli Real Madrid. Dia adalah pemain dengan banyak kualitas. Kami telah melihat dan menganalisis cara bermainnya dengan baik. Kami tahu caranya menghentikan pemain ini,” ujar Arturo Vidal, gelandang bertahan Cile.
Bagi Jepang, Copa America 2019 bukan tujuan akhir. Turnamen itu dijadikan batu loncatan untuk mengasah para pemain muda seperti Kubo agar lebih matang tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Dari 23 pemain Jepang, 17 di antaranya belum pernah membela tim senior Samurai Biru. Dengan kata lain, turnamen itu menjadi eksperimen bagi Pelatih Jepang Hajime Moriyasu.
Menurut Moriyasu, timnya tidak memiliki target khusus di Brasil. ”Menunjukkan cara bermain dan kekuatan apa yang kami miliki. Itulah target kami di turnamen ini. Kami juga ingin juara. Namun, kami menjalaninya tahap demi tahap, laga per laga. Kami harus memberikan yang terbaik,” ujarnya.
Sementara itu, Cile tengah membangun ulang dan meremajakan tim usai gagal lolos ke Piala Dunia Rusia 2018. Juara Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016 itu bukan favorit juara di Brasil. Namun, Vidal berkata, timnya masih harus ditakuti.
Tim itu bertekad melampiaskan kegagalan ke Rusia dengan tampil baik di Brasil. Tekad Cile itu salah satunya diperlihatkan penyerang senior, Alexis Sanchez. Di Cile, Sanchez memiliki julukan spesial seperti halnya Kubo di Jepang. Ia dijuluki “nino maravilla” alias “bocah ajaib”. Patungnya didirikan di Tocopilla, kota kelahirannya. Pencetak gol terbanyak Cile, yaitu 41 gol, itu menjadikan Copa America 2019 sebagai upaya penebusan dari penampilan buruknya bersama Manchester United musim lalu.
Sanchez dan striker Eduardo Vargas menjadi harapan Cile membongkar pertahanan Jepang yang rapi dan sangat disiplin. Kemenangan akan memudahkan Cile lolos dari grup C yang dijuluki “grup neraka”. Grup itu diisi dua tim kuat lainnya, yaitu Uruguay dan Ekuador.
“Skuad ini harus ditakuti mulai dari awal hingga akhir nanti. Kami berharap turnamen ini bakal luar biasa seperti sebelumnya,” ujar Vidal kemudian.(AFP/JON)