Pantai Muaro Lasak, yang termasuk kawasan objek wisata Pantai Padang, Sumatera Barat, abrasi. Peristiwa itu dipicu gelombang tinggi yang menghantam wilayah pesisir Padang dalam beberapa hari terakhir
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS -- Pantai Muaro Lasak, yang termasuk kawasan objek wisata Pantai Padang, Sumatera Barat, abrasi. Peristiwa itu dipicu gelombang tinggi yang menghantam wilayah pesisir Padang dalam beberapa hari terakhir. Warga diimbau untuk berhati-hati beraktivitas di laut ataupun pesisir karena gelombang tinggi diperkirakan masih terjadi dalam tiga hari ke depan.
Berdasarkan pengkuran melalui aplikasi Google Earth, setidaknya 300 meter kawasan Pantai Muaro Lasak terkikis ombak, hingga Minggu (16/6/2019). Wilayah terdampak mulai dari muara Banjir Kanal hingga puluhan meter setelah Monumen Merpati Perdamaian, salah satu destinasi wisatawan. Tinggi bibir pantai yang terkikis berkisar 0,3 meter-1,5 meter dengan lebar ke arah laut maksimal 10 meter.
Pohon-pohon di pinggir pantai serta sejumlah kursi taman yang terbuat dari semen di sekitar lokasi roboh. Ombak juga mengikis pondasi bagian belakang kawasan Monumen Merpati Perdamaian. Hingga pukul 09.00 ombak setinggi lebih dari 1,5 meter, terus menerpa bibir pantai.
Irwan (54), nelayan sekaligus pedagang di Pantai Muaro Lasak, mengatakan, gelombang tinggi di wilayah pesisir sudah berlangsung sejak awal Mei atau sebelum Ramadhan. Namun, dalam empat hari terakhir intensitasnya semakin tinggi dan memicu abrasi.
“Akibat gelombang tadi malam, saya perhatikan, pantai terkikis sekitar 1,5 meter,” kata Irwan.
Menurut Irwan, fenomena gelombang tinggi di kawasan pesisir Padang kali ini tidak biasa karena lebih dari sebulan. Biasanya, gelombang tinggi memang terjadi setiap tahun, tetapi singkat, sekitar seminggu. Sejak Irwan mulai berdagang di pantai tujuh tahun silam, baru kali ini terjadi abrasi relatif parah.
Adanya abrasi menyebabkan para pedagang menarik mundur meja-meja dan kursi-kursi yang biasa ditempati wisatawan ketika menikmati penganan di pinggir pantai. Mirawati (37), pedagang lain, misalnya, terpaksa membawa pulang separuh kursi karena tidak ada tempat. Biasanya Mira menyediakan sekitar 10 meja dengan 40 kursi untuk wisatawan.
“Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ini faktor alam, sudah musimnya. Cuma bisa menerima apa adanya,” kata Mira, yang mengaku sudah lima tahun berjualan di Pantai Muaro Lasak.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Padang Arfian mengatakan, sebagai antisipasi sementara, dinas bersama BPBD Padang memasang 100 karung berisi pasir untuk melindungi kawasan Monumen Merpati Perdamaian dari kerusakan lebih lanjut. Adapun antisipasi jangka panjang, dinas akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera V untuk menganggarkan pemasangan batu pemecah ombak (krib).
“Dari pengamatan kami, masih sedikit batu krib yang terpasang di Pantai Muaro Lasak (dan panjangnya tidak seberapa),” katanya. Ditambahkan Arfian, belum ada laporan data kerugian akibat abrasi.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Padang Sutan Hendra mengatakan, belum ada laporan abrasi di wilayah lain di Kota Padang. Dilanjutkan Sutan, pada 7 Mei 2019, juga pernah terjadi abrasi akibat gelombang tinggi di kawasan Pantai Air Manis, Padang Selatan. Sebanyak enam unit rumah terdampak, meskipun tidak signifikan.
Abrasi menjadi ancaman di wilayah pesisir Sumbar, termasuk Padang. Di Padang, daerah yang rawan abrasi, misalnya Pantai Air Manis dan Pantai Pasia Gurun, Kecamatan Koto Tangah. Abrasi dipicu tidak adanya tumbuhan bakau sebagai penahan ombak, sedangkan batu pemecah ombak tidak ada atau belum berfungsi maksimal. Untuk di Pantai Muaro Lasak, abrasi menjadi perhatian serius karena kawasan Pantai Padang merupakan objek wisata unggulan pemerintah kota.
Gelombang tinggi
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Teluk Bayur BMKG Syafrizal menyebutkan, gelombang tinggi yang terjadi tiga hingga empat hari terakhir dipicu oleh pergerakan angin di selatan ekuator Indonesia. Angin bergerak dari timur hingga tenggara dengan kecepatan 4 knot-25 knot atau bisa mencapai 45 kilometer per jam.
“Kami perkirakan gelombang tinggi masih akan terjadi dalam tiga hari ke depan di perairan Padang dan Kepulauan Mentawai. Ketinggian gelombang bisa mencapai tiga meter,” kata Syafrizal.
Syafrizal pun mengimbau warga, terutama nelayan, untuk berhati-hati dan memperhatikan kondisi gelombang ketika melaut. Sebab, gelombang setinggi 1,5 meter saja sudah berisiko bagi kapal nelayan. Sementara itu, bagi warga di pesisir, juga diimbau berhati-hati ketika berenang agar tidak terseret ombak.