Jorge Lorenzo, pebalap tim Honda, sempat berharap GP Catalunya menjadi awal kebangkitannya musim ini. Yang diterimanya justru sasaran kemarahan karena menjadi penyebab kecelakaan.
BARCELONA, SENIN – Jorge Lorenzo datang ke Sirkuit Catalunya dengan bekal komponen baru dari Honda yang membangkitkan optimismenya. Realitanya, ia malah menderita di Catalunya.
Juara tiga kali MotoGP itu menjadi sorotan di GP Catalunya, Minggu (16/6/2019), karena ulahnya yang mengakibatkan tiga pebalap top yaitu Andrea Dovizioso, Valentino Rossi, dan Maverick Vinales, gagal finis. Dia memicu kecelakaan beruntun di tikungan 10 pada putaran kedua, karena terlalu ambisius dan terburu-buru ingin menyalip Vinales, pebalap di posisi ketiga yang berada di depannya.
Seolah tidak jera, pebalap asal Mallorca, Spanyol, yang musim ini prestasinya nyaris tenggelam itu itu kembali terjatuh menjelang tikungan sama pada uji coba, Senin (17/6).
Motor RC213V tunggangannya menghantam keras pembatas hingga terhempas ke atas tumpukkan ban di pinggir lintasan. Lorenzo tidak mampu melanjutkan uji coba balap yang semestinya menjadi kesempatannya mempercepat adaptasi bersama Honda, tim yang dibelanya mulai 2019, itu.
Bukan rahasia jika Lorenzo, yang sempat memukau bersama Yamaha di paruh awal dekade 2010, kesulitan mengendarai RC213V. Ia menuduh motor itu sengaja didesain untuk Marc Marquez, rekan setimnya yang berbeda karakter gaya balap dengannya.
Menurut Lorenzo, kecelakaan itu terjadi akibat antusiasmenya yang berlebih. Sebelum balapan seri ketujuh itu, Lorenzo mendapatkan komponen baru, yaitu tangki bensin yang dimodifikasi untuk meningkatkan ergonomis motor yang kerap dikeluhkannya.
Komponen itu didapat seusai mengunjungi markas Honda di Jepang, pekan lalu. Lorenzo pun mengikuti GP Catalunya dengan semangat tinggi. Start dari posisi kesepuluh, Lorenzo melesat ke posisi keempat seusai putaran pertama. Ia makin bernafsu untuk mengejar podium pertamanya musim ini.
”Saya start dengan baik dan naik posisi. Motor terasa enak, lebih baik dari saat pemanasan dan latihan. Namun, mungkin saya terlalu bersemangat dan merasa bisa lebih cepat. Saya mencoba menyalip Maverick di momen dan tempat yang salah. Kecelakaan beruntun pun terjadi,” ujar Lorenzo menyesal.
Tidak dihukum
Kecewa dengan insiden itu, Vinales dan Dovizioso berpandangan Lorenzo semestinya dihukum berat akibat kecerobohannya di Catalunya. Vinales meminta otoritas MotoGP agar menghukum Lorenzo dengan start dari posisi belakang di GP Assen, Belanda, 30 Juni.
”Saya berharap Direktur Balap bertindak tegas seperti saat menghukum saya (mundur tiga posisi start karena menghalangi pebalap lain di kualifikasi GP Catalunya). Dia (Lorenzo) menghancurkan balapan saya, Valentino, dan persaingan Dovizioso di gelar juara dunia,” kata Vinales dikutip Crash.
Namun, MotoGP memutuskan tidak menghukum Lorenzo dengan sanksi apa pun terkait kecelakaan itu.
Rossi, pebalap yang paling banyak memenangi GP Catalunya, yaitu enam kali di MotoGP, punya pendapat lain soal insiden itu. Ia menilai, tikungan 10 di Sirkuit Catalunya semestinya ditiadakan atau paling tidak dimodifikasi. Tikungan lambat itu dibuat menyusul kecelakaan tragis yang menewaskan Luis Salom, pebalap Moto2, saat latihan pada Juni 2016.
Rossi menilai, sejak itu, tikungan itu lebih mirip “areal parkir” yang penuh sesak kendaraan ketimbang bagian trek balap. ”Bagi saya, itu bukan lagi tikungan balap. Dalam tikungan seperti ini, sangat mudah terjadi insiden seperti ini (kecelakaan beruntun Minggu),” tutur Rossi. (JON)