Kenaikan harga tiket pesawat terbang domestik memukul berbagai industri di Riau. Sejumlah hotel berbintang di Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, memasang tarif promo yang semakin murah sehingga harganya nyaris sama dengan hotel nonbintang.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Kenaikan harga tiket pesawat terbang domestik telah memukul berbagai industri di Riau. Sejumlah hotel berbintang di Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, memasang tarif promo yang semakin murah sehingga harganya nyaris sama dengan hotel nonbintang.
”Hotel berbintang di Pekanbaru sangat terdampak dengan kenaikan harga tiket pesawat. Beberapa hotel bintang empat menurunkan harga di bawah Rp 500.000 per malam karena tamunya terus berkurang. (Hotel) Bintang tiga lebih murah lagi. Hotel bintang tiga dan empat memang yang paling terpukul dengan kenaikan harga tiket pesawat,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia wilayah Riau Nofrizal yang dihubungi di Pekanbaru, Senin (17/6/2019) siang.
Hotel berbintang di Pekanbaru sangat terdampak dengan kenaikan harga tiket pesawat. Beberapa hotel bintang empat menurunkan harga di bawah Rp 500.000 per malam karena tamunya terus berkurang.
Dari situs pemesanan hotel secara daring, harga kamar untuk hotel bintang tiga di Pekanbaru pada pekan ini berada dalam rentang Rp 200.000 sampai Rp 300.000 per malam. Harga itu tidak jauh dengan harga hotel nonbintang yang berada di kisaran Rp 150.000 sampai Rp 200.000.
Sekitar setahun sebelum kenaikan harga tiket, kata Nofrizal, Kota Pekanbaru mulai menggeliat menjadi kota penyelenggaraan acara nasional atau MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition). Namun sejak awal tahun 2019, kegiatan pameran, pertemuan, dan ekshibisi di Pekanbaru langsung menyusut tajam.
”Sekarang ini hampir tidak ada lagi kegiatan nasional di hotel berbintang di Pekanbaru akibat kenaikan harga tiket pesawat,” ujar Nofrizal.
Meski demikian, kata Nofrizal, hotel nonbintang justru tidak terlalu terdampak. Hotel-hotel kecil masih memiliki hunian, terutama tamu lokal yang berasal dari kabupaten dan kota se-Riau.
”Wisata mal di Kota Pekanbaru masih bergairah, terutama buat warga lokal di akhir pekan. Hotel nonbintang sudah memiliki langganan tetap. Kondisi itulah yang menolong hotel nonbintang,” kata Nofrizal.
Tekanan terhadap hotel-hotel di Pekanbaru, kata Nofrizal, menjadi lebih besar karena ibu kota Provinsi Riau itu memiliki jumlah hotel yang melebihi permintaan. Pekanbaru memiliki lebih dari 200 hotel yang 180 di antaranya merupakan hotel berbintang dan nonbintang. Jumlah kamar yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah tamu yang semakin kecil.
”Kami sudah meminta pemerintah agar menghentikan izin hotel baru. Pekanbaru sudah kelebihan hotel,” kata Nofrizal.
Sebelumnya, Gubernur Riau Syamsuar meminta izin kepada Menteri Koordinator Perekonomian untuk memilih penerbangan transit dari Malaysia atau Singapura untuk aparatur sipil negara yang akan melakukan dinas luar di wilayah Indonesia. Tiket transit justru lebih murah sehingga dapat menekan pengeluaran Pemerintah Provinsi Riau agar sesuai dengan pagu anggaran.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Travel Indonesia (Asita) wilayah Riau Dede Firmansyah mengatakan, sejak awal tahun 2019, sudah tiga perusahaan travel anggota Asita Riau tutup karena kalah bersaing. Belasan agen lainnya memilih diam tidak berkegiatan sembari menunggu perubahan kondisi lebih baik.
”Pasar dalam negeri sekarang sangat berat buat agen travel di Pekanbaru. Lebih banyak yang menunggu dan berharap pemerintah dapat memberikan jalan keluar,” kata Dede.
Kepala Dinas Pariwisata Riau Fahmizal Usman mengakui pariwisata Riau sedang mengalami gejolak cukup besar terkait kenaikan harga tiket pesawat. Beberapa hotel dan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah sangat terpukul dengan kondisi itu.
”Beberapa pengusaha lokal kecil pemasok makanan ke hotel mengeluh kepada saya karena permintaan hotel semakin kecil. Pedagang di pusat jajanan oleh-oleh juga mengeluh karena penjualan mereka semakin berkurang. Keluhan seperti itu semakin sering saya terima dari pelaku UMKM di Riau,” kata Fahmizal.
Menurut dia, hal tersebut sangat berkaitan dengan berkurangnya kunjungan tamu ke Riau. ”Lihat saja pesawat Garuda Indonesia yang sebelumnya melayani rute Jakarta-Pekanbaru-Jakarta sebanyak tujuh kali sehari, sekarang tinggal tiga,” ujarnya.
Meski demikian, kata Fahmizal, tidak ada perubahan signifikan dari kunjungan tamu dari luar negeri ke Pekanbaru, terutama dari negeri jiran Malaysia. Setiap akhir pekan, puluhan warga negeri tetangga itu melakukan wisata religi di Pekanbaru.
”Kunjungan warga Malaysia ke Pekanbaru sama sekali tidak terdampak kenaikan harga tiket pesawat karena dilayani penerbangan asing. Harga tiket mereka masih sama sejak setahun terakhir. Di Pekanbaru, tamu Malaysia biasanya mengikuti kegiatan pengajian dan shalat berjemaah di beberapa masjid terkenal di Pekanbaru, seperti Masjid Abu Dardak, Masjid Raya Annur, dan Raudatul Jannah,” kata Fahmizal.