Layanan Bus Mewah Memikat Pemudik
Sejumlah perusahaan otobus masih bertahan di balik kecenderungan penurunan jumlah penumpang bus. Fokus melayani rute kota-kota tujuan utama pemudik dengan fasilitas mewah menjadi strategi menarik animo penumpang bus.
Selain kereta api, bus merupakan moda transportasi umum yang cukup diandalkan untuk mengantarkan para pemudik ke kampung halaman mereka melalui jalan darat. Namun, selama lima tahun terakhir, terjadi tren penurunan jumlah penumpang bus.
Data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun 2013-2018 menunjukkan, pada 2013 jumlah penumpang bus masih 5,5 juta orang. Tahun 2018, angkanya berkurang menjadi 4,05 juta orang. Selama lima tahun itu penumpang bus rata-rata berkurang 6 persen per tahun.
Dari aspek perusahaan bus, secara nasional, jumlah perusahaan bus di Indonesia tidak mengalami kenaikan signifikan, bahkan data terakhir justru mengindikasikan penurunan. Kemenhub mencatat tahun 2016 terdapat 843 perusahaan dengan 22.742 bus yang tersebar di seluruh Indonesia. Angka itu turun dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Tahun 2015 masih terdapat 934 perusahaan bus dengan 23.464 bus.
Lihat juga: Susahnya Mau Mudik
Meski terjadi penurunan, sejumlah perusahaan bus berhasil tetap bertahan, terutama mereka yang melayani daerah tujuan utama para pemudik. Di Pulau Jawa, wilayah yang jadi tujuan utama pemudik berturut-turut adalah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Sementara di luar Jawa tersebar di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, dan Sumatera Utara.
Di daerah-daerah tujuan utama pemudik itulah jumlah perusahaan otobus (PO) cenderung tertinggi. Tahun 2016, jumlah PO terbanyak ada di Jawa Tengah, yaitu 139 perusahaan, disusul Jawa Barat 101 perusahaan, Jawa Timur 74 perusahaan, dan DKI Jakarta 53 perusahaan.
Di luar Jawa, jumlah PO terbanyak di Sumatera Barat, yakni 51 perusahaan, diikuti Sumatera Selatan 39 perusahaan, lalu Jambi serta Sumatera Utara masing-masing 37 perusahaan.
Kota pemudik
Sejumlah perusahaan bus yang masih bertahan cenderung melayani banyak rute kota tujuan utama pemudik. Contohnya, PO Gunung Harta, Agra Mas, Lorena, dan Pahala Kencana yang melayani rute Jakarta-Surabaya-Malang. Ada juga PO Harapan Jaya dan PO Jaya dengan rute Jakarta-Madiun.
Menurut hasil survei Balitbang Kemenhub tahun 2019, rute-rute itu merupakan kota tujuan utama pemudik dari Jabodetabek ke wilayah Jawa Timur. Data Kemenhub menunjukkan, tiga kota dengan jumlah pemudik terbesar di Jawa Timur ialah Surabaya sebanyak 315.619 orang, Kota Malang 163.583 orang, dan Kota Madiun 113.546 orang.
Sementara di Jawa Tengah ada PO Raya, Rosalia Indah, Putera Mulya, dan Gunung Mulia yang melayani rute Jakarta-Surakarta. Lalu, ada PO Nusantara, Bejeu, New Shantika, Muji Jaya, dan Haryanto dengan rute Jakarta-Semarang-Kudus. Ada juga PO Dewi Sri, Dedy Jaya, dan Sinar Jaya yang memiliki rute Jakarta-Tegal.
Kota-kota itu merupakan kota dengan jumlah pemudik terbanyak di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kota Surakarta sejumlah 642.789 orang, Kota Semarang 563.881 orang, dan Kota Tegal 354.110 orang.
Perusahaan otobus harus merogoh kocek dalam-dalam mengingat harga satu bus bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar.
Di samping terdapat ceruk pasar yang masih besar, terutama pada momen Lebaran, perusahaan otobus yang masih bertahan itu juga memiliki strategi agar bisa bersaing, bukan saja dengan sesama perusahaan bus, melainkan juga dengan moda transportasi lain. Kota Surabaya, misalnya, memiliki moda angkutan udara ataupun kereta api yang cukup populer.
Popularitas pesawat di ”Kota Pahlawan” dibuktikan dengan jumlah maskapai penerbangan yang melayani rute Jakarta-Surabaya. Menurut laman tiket.com, setidaknya terdapat lima maskapai yang terbang dengan rute itu.
Moda kereta api pun tak kalah diminati para penumpang di jalur Jakarta-Surabaya. Laman PT Kereta Api Indonesia menunjukkan, dalam sehari terdapat lima kali perjalanan kereta api kelas ekonomi dan ekonomi premium serta empat kereta api kelas eksekutif.
Persaingan ketat antar-perusahaan bus ataupun dengan moda pesawat dan kereta api memaksa perusahaan bus untuk menyediakan variasi layanan bagi ragam penumpang, mulai dari kelas ekonomi, kelas bisnis AC, eksekutif, hingga kelas premium lengkap dengan fasilitas mewah.
Contohnya adalah PO Gunung Harta yang melayani rute Jakarta-Surabaya-Malang. Perusahaan ini menyediakan bus malam mewah sejak 2017 dengan konfigurasi kursi 2-1 bak kelas bisnis pesawat. Di dalamnya penumpang dimanjakan dengan fasilitas seperti penyejuk ruangan (AC), toilet, televisi LED, private LED, area merokok, hingga USB charger. Hal serupa juga dilakukan PO Agra Mas dengan mesin Scania-nya.
Sementara itu, perusahaan bus yang melayani rute kota tujuan pemudik dengan pilihan moda transportasi umum yang terbatas tidak menyediakan fasilitas mewah untuk bersaing dengan moda lain. Kota Tegal di Jawa Tengah misalnya.
Di kota ini hanya tersedia dua pilihan moda transportasi, yaitu bus dan kereta api. Terdapat delapan kereta ekonomi/premium dan lima kereta eksekutif yang melayani rute ke kota transit ini.
Sementara perusahaan bus di rute ini hanya menyediakan kelas ekonomi non-AC dan kelas bisnis AC dengan konfigurasi kursi 2-3 atau 2-2. Di samping fasilitas mewah yang ditawarkan bus, harga tiket menjadi salah satu faktor penentu pilihan penumpang.
Selisih harga tiket bus dan kereta api relatif jauh. Jurusan Jakarta-Surabaya, misalnya, tiket kereta api sekitar Rp 104.000 untuk kelas ekonomi hingga Rp 1.250.000 untuk kelas luxury. Sementara tiket bus melalui traveloka.com berharga berkisar Rp 230.000-Rp 330.000 untuk kelas premium. Dengan rentang harga ini, moda bus dapat menjadi pilihan ekonomis bagi sebagian penumpang.
Mewah
Demi menyediakan layanan yang nyaman, perusahaan otobus harus merogoh kocek dalam-dalam mengingat harga satu bus bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar. Harga ini terdiri dari harga rangka mesin dan biaya membangun bodi di karoseri bus. Salah satu rangka mesin bus dengan harga yang sangat fantastis ialah Mercedes-Benz seri OC500RF 2542.
Menurut Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), tahun 2017 harga ritel rangka mesin buatan Jerman ini mencapai Rp 1,67 miliar. Mesin ini istimewa karena memiliki spesifikasi khusus seperti transmisi otomatis hingga adanya sistem suspensi udara yang membuat penumpang merasa nyaman.
Sementara itu, biaya untuk membangun bodi bus di karoseri berkisar Rp 450 juta hingga Rp 800 juta. Bodi tipe Jetbus double decker (bus tingkat) buatan karoseri Adiputro Wirasejati, Malang, misalnya, dipatok sekitar Rp 800 juta. Harga itu belum termasuk AC, bangku, televisi LED, toilet, kamera pemantau (CCTV), dan aksesori lainnya. Jika ditotal, satu bus tingkat dengan spesifikasi tertinggi dibutuhkan biaya sedikitnya Rp 3,5 miliar.
Bus tingkat pertama antarkota antarprovinsi (AKAP) di Indonesia dimiliki PO Sempati Star sejak 2015. Perusahaan yang berkantor pusat di Medan ini mengoperasikan bus ini untuk rute Medan-Banda Aceh. Sementara di Pulau Jawa bus tingkat pertama dioperasikan PO Putera Mulya pada akhir 2016.
Meski terjadi penurunan, sejumlah perusahaan bus berhasil tetap bertahan, terutama mereka yang melayani daerah tujuan utama para pemudik.
Kemudian disusul oleh PO Efisiensi, Agra Mas, Lorena-Karina, Garuda Mas, dan Harapan Jaya. Sementara di Pulau Sulawesi bus tingkat pertama dioperasikan oleh PO Primadona sejak 2018 untuk rute Makassar-Toraja. Di tahun yang sama PO Borlindo mengikuti jejak Primadona.
Penggunaan mesin premium dengan harga fantastis oleh perusahaan otobus dicatat oleh asosiasi kendaraan bermotor di Indonesia, Gaikindo. Menurut Gaikindo, tiga tahun terakhir telah terjual 86 unit rangka mesin Scania K410IB. Selain Mercy OC500RF 2542, mesin Scania buatan Swedia ini juga biasa digunakan untuk membangun bus tingkat di Indonesia.
Meski demikian, ada juga PO yang lebih memilih membelinya untuk dijadikan bus satu lantai seperti sejumlah bus jurusan Jakarta-Surabaya-Malang milik PO Gunung Harta. Diketahui harga mesin Scania ini tidak jauh berbeda fantastisnya dengan Mercy 2542.
Trans-Jawa
Tol Trans-Jawa memberikan harapan baru bagi pengusaha bus di Indonesia. Diketahui Presiden Joko Widodo terakhir meresmikan Tol Trans-Jawa untuk ruas Tol Pasuruan-Probolinggo pada 10 April 2019.
Dengan peresmian itu, Jakarta-Probolinggo telah terhubung tol sepanjang 840 kilometer. Adanya tol tersebut, menurut Jasa Marga, membuat jarak tempuh Jakarta-Surabaya diperpendek 30 km dan waktu tempuh berkurang sekitar 6 jam.
Tak hanya jalan tol, seperti gayung bersambut, pemerintah melalui Kemenhub juga merilis bus Tol Trans-Jawa pada 27 Mei 2019. Uji coba trayek diterapkan dari Jakarta-Surabaya dengan menggandeng tujuh operator bus yang memiliki 34 bus dan lima bus Damri.
Tujuh operator itu adalah PO Rosalia Indah, Sinar Jaya, Harapan Jaya, Lorena, Gunung Harta, Kramat Djati, dan Pahala Kencana. Kapasitas setiap bus rata-rata 34 penumpang dengan fasilitas minimal setara kelas eksekutif.
Baca juga: Penumpang Kereta Api dan Bus di Jawa Timur Meningkat
Bus Tol Trans-Jawa ini diharapkan dapat menarik kembali animo penumpang bus. Selain dapat menghemat waktu tempuh, cara memperoleh tiket juga lebih mudah karena dapat diakses secara daring, mulai dari redbus.com, traveloka.com, hingga rosalia-indah.co.id milik PO Rosalia Indah.
Kian singkatnya waktu tempuh ini karena bus Tol Trans-Jawa tidak keluar tol selama perjalanan. Penumpang yang akan turun di kota transit diantar ke rest area terdekat. Dari situ dengan menggunakan bus pengumpan, penumpang diantarkan menuju kota tujuan.
Tren jumlah penumpang bus boleh terus turun tiap tahun, tetapi tidak dengan usaha bersolek sejumlah pengusaha bus di Indonesia. Kemunculan armada-armada bus mewah dengan tawaran fasilitas super nyaman menjadi opsi yang menjanjikan. Ditambah program pemerintah yang mendukungnya, niscaya akan kembali menarik minat calon penumpang bus di Indonesia. (LITBANG KOMPAS)