BANDUNG, KOMPAS Dana desa sekitar Rp 1 miliar per desa setiap tahun boleh dimanfaatkan program pemberdayaan masyarakat desa dalam mitigasi bencana. Perangkat desa bersama warga bisa merancang program tangguh bencana.
Secara hukum, itu diatur Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019. ”Penanggulangan bencana salah satu prioritas penggunaan dana desa,” ujar Direktur Penanganan Daerah Rawan Bencana Kemendesa Hasman Ma’ani di Kota Bandung, Senin (17/6/2019).
Kemarin, sekitar 90 perwakilan desa dari dua kecamatan (Kertasari dan Pacet) di hulu Citarum mengikuti lokakarya Gerakan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat yang diadakan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Lokakarya lima hari itu bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman di DAS Citarum.
Dosen Program Studi Magister Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan, dengan dana itu, warga bersama perangkat desa bisa membangun sistem desa tangguh bencana. Hal itu dimulai dari pemetaan potensi bencana di desa.
Karena berada di ketinggian, desa-desa di Kecamatan Kertasari dan Pacet punya kerawanan gerakan tanah. ”Pemetaan itu harus disosialisasikan, lalu dibuat kebijakan mengurangi risiko yang bisa dijalankan warga,” ujarnya.
Terus bertambah
Setiap tahun, kucuran dana desa terus meningkat. Tahun ini besarnya mencapai Rp 70 triliun yang diberikan kepada lebih dari 74.000 desa. ”Sayang jika dana itu tak dimanfaatkan. Masyarakat bersama perangkat desa dapat bermusyawarah menyusun program meningkatkan kapasitas warga menghadapi bencana,” ujar Hasman.
Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa menuturkan, upaya penanggulangan bencana bisa dimulai dengan mengubah kebiasaan merusak. ”Hentikan penebangan hutan karena bisa memicu longsor,” ujarnya.
Iwa juga mengajak peternak di hulu Citarum tidak membuang kotoran ternak sembarangan. Selain sampah domestik dan limbah industri, sungai sepanjang 297 kilometer itu tercemar kotoran ternak. (TAM)