Biro Perjalanan Wisata Sumbar Fokus ke Paket Luar Negeri
›
Biro Perjalanan Wisata Sumbar ...
Iklan
Biro Perjalanan Wisata Sumbar Fokus ke Paket Luar Negeri
Kenaikan harga tiket pesawat dalam negeri sejak awal tahun memukul para pengusaha biro perjalanan wisata di Sumatera Barat. Sebagian besar biro fokus menggarap paket wisata ke luar negeri agar tidak merugi. Dalam jangka panjang, kondisi ini dikhawatirkan mematikan sektor pariwisata.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kenaikan harga tiket pesawat dalam negeri sejak awal tahun memukul para pengusaha biro perjalanan wisata di Sumatera Barat. Akibatnya, sebagian besar biro fokus menggarap paket wisata ke luar negeri agar tidak merugi. Dalam jangka panjang, kondisi ini dikhawatirkan bakal mematikan sektor pariwisata.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumbar Ian Hanafiah di Padang, Selasa (18/6/2019), mengatakan, sebagian besar biro perjalanan wisata menempuh langkah itu karena paket wisata domestik lesu sejak harga tiket pesawat mahal awal 2019. Sementara itu, paket wisata ke luar negeri sedang diminati dan lebih menguntungkan karena biayanya lebih murah.
”Apa boleh buat, kami terpaksa menjual paket wisata ke luar negeri. Walaupun kami tahu itu merugikan negara karena devisa berkurang, itu harus dilakukan daripada bangkrut. Sementara, terpaksa kami lupakan idealisme,” kata Ian, yang juga pemilik Ero Tour and Travel.
Ian menjelaskan, paket perjalanan wisata ke luar negeri bisa lebih murah karena harga tiket dari maskapai asing tidak naik. Harga tiket pesawat, kata Ian, merupakan biaya terbesar dari perjalanan wisata, bisa mencapai 40 persen. Meskipun biro mengemas paket wisata semurah dan sebagus mungkin, wisatawan tidak akan tertarik jika harga tiket mahal.
Berdasarkan perhitungan Ian, biaya perjalanan dari Padang ke Maladewa (Maldives) via Malaysia jauh lebih murah dibandingkan dari Padang ke Bali. Ke Maladewa, biaya perjalanan hanya Rp 4 juta pergi-pulang. Sementara biaya ke Bali bisa mencapai Rp 7 juta. Dikutip Kompas dari salah satu aplikasi layanan perjalanan, biaya perjalanan dari Sumbar ke Bali berkisar Rp 4,8 juta-Rp 6,6 juta per orang pulang-pergi pada periode pertengahan Juni-awal Juli 2019. Biaya itu belum termasuk ongkos bagasi.
Menurut Ian, permintaan paket domestik sebagian besar biro perjalanan wisata di Sumbar turun signifikan. Sebaliknya, permintaan paket ke luar negeri melonjak drastis. Asita Sumbar, kata Ian, memang tidak mendata semua anggota yang mencapai242 perusahaan.Namun, di Ero Tour and Travel, permintaan paket domestik turun 70 persen, sedangkan permintaan paket ke luar negeri meningkat hingga 300 persen.
Kondisi serupa dialami Ontiket Amanah Digita, biro perjalanan wisata lainnya di Sumbar. Direktur Ontiket Amanah Digita Joni Mardianto mengungkapkan, kenaikan harga tiket pesawat menurunkan permintaan paket domestik dan meningkatkan perjalanan ke luar negeri.
”Harus bagaimana lagi, memang harus menjual paket ke luar negeri agar bisa bertahan. Meskipun secara tidak langsung menguntungkan negara lain, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand,” kata Joni.
Menurut Joni, hampir tidak ada permintaan paket domestik dari wisatawan Nusantara ke Sumbar. Saat ini, ada tiga grup klien Ontiket Amanah Digita dengan total 160 orang dari Pulau Jawa yang menunda hingga akhir 2019 perjalanan mereka ke Sumbar karena tiket masih mahal. Jika masih mahal, ada kemungkinan pesanan itu batal.
Terancam
Ian melanjutkan, persoalan harga tiket mesti segera diatasi pemerintah. Sebab, dalam jangka panjang, persoalan ini akan mengancam sektor pariwisata domestik, termasuk di Sumbar. Di Ranah Minang, sektor pariwisata sangat bergantung pada wisatawan domestik.
”Kalau kondisi ini berlangsung lama, dampaknya mengerikan. Pariwisata Nusantara bisa mati, ekonomi akan terganggu. Padahal, pemda sedang bersemangat memperbaiki destinasi wisata. Pemda sadar, jika pariwisata diurus, banyak yang bisa hidup dari sana,” kata Ian.
Di Sumbar, kenaikan harga tiket sudah memakan korban meskipun tidak diketahui jumlahnya. Biro perjalanan wisata Pelangi Holiday, yang fokus menghadirkan wisatawan Nusantara ke Sumbar, berhenti beroperasi sejak awal tahun. Empat dari enam minibus aset perusahaan dijual.
”Sejak Januari saya banting stir ke bisnis lain. Berhenti total karena hampir tidak ada pesanan,” kata Rusdi Chaprian (39), pemilik Pelangi Holiday. Pelangi Holiday berdiri sejak 2013.
Menurut Rusdi, sebelumnya dalam sebulan Pelangi Holiday bisa mendatangkan 500 wisatawan domestik ke Sumbar. Sejak harga tiket melonjak, pesanan nyaris tidak ada. Bahkan, pesanan paket yang sudah disepakati terpaksa dibatalkan klien karena terbentur harga tiket. Klien yang sebagian besar merupakan rombongan pegawai perusahaan beralih ke daerah lain yang mudah ditempuh angkutan darat.
”Saya berharap kondisi ini tidak berlangsung lama karena menyusahkan. Bagi saya, sebenarnya tidak ada pekerjaan lebih bagus dibandingkan ini (biro wisata perjalanan),” ujar Rusdi.