BEIJING, SELASA —Pemerintah China, Selasa (18/6/2019), mengingatkan Amerika Serikat untuk tidak membuka ”kotak pandora” di Timur Tengah dengan terus memprovokasi Iran.
Pernyataan itu disampaikan Beijing setelah Washington mengumumkan pengiriman tambahan pasukan AS ke Timur Tengah yang berjumlah sekitar 1.000 orang. Saling ancam antara AS dan Iran telah menaikkan ketegangan di kawasan yang menjurus pada pecahnya perang.
”Kami meminta semua pihak untuk menahan diri, bersikap rasional, dan tak mengambil langkah-langkah yang bisa memprovokasi. Jangan buka kotak pandora. Khususnya AS harus mengubah praktik menekan secara ekstrem,” kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang sedang berkunjung ke Suriah. China berharap semua pihak menghormati hak dan kepentingan Iran yang sesuai hukum.
Sebaliknya, Wang juga meminta Iran untuk melaksanakan keputusan secara hati-hati dan tidak dengan mudah meninggalkan kesepakatan nuklir tahun 2015.
Senin lalu, Teheran mengumumkan akan melakukan pengayaan uranium tingkat tinggi sehingga melebihi batasan 300 kilogram seperti yang disyaratkan Kesepakatan Nuklir 2015. Iran akan menghentikan langkahnya jika negara-negara adidaya penanda tangan kesepakatan nuklir mampu melindungi perekonomian Iran dari sanksi ekonomi AS. Batas waktu yang diberikan Iran kepada Perancis, Inggris, Rusia, China, dan Jerman adalah sampai pekan pertama Juli.
Perekonomian Iran terpuruk setelah AS secara unilateral menarik diri dari Kesepakatan Nuklir 2015 dan kembali menerapkan sanksi ekonomi pada Iran. AS juga melarang negara-negara lain membeli minyak dari Iran.
AS serba salah
Ultimatum dari Iran membuat AS serba salah. Melalui unggahan di Twitter, Presiden Donald Trump mengatakan, Iran tak boleh melanggar kesepakatan nuklir. Itu berarti Trump menganggap bahwa Kesepakatan Nuklir 2015 terbukti mampu menahan Iran mengembangkan senjata nuklir, apalagi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan, sejak kesepakatan 2015, Iran memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan IAEA. Sementara Trump menganggap kesepakatan nuklir itu malafungsi sehingga AS menarik diri.
”Rasa frustrasi Iran atas tekanan Trump yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab bisa dimengerti. Namun, kami mendesak Iran tetap tunduk dengan kesepakatan nuklir,” demikian pernyataan Asosiasi Pengawas Persenjataan.
Israel dan Arab Saudi, rival Iran di Timur Tengah, mendesak negara-negara adidaya untuk meningkatkan tekanan dan sanksi terhadap Iran begitu pengayaan uranium melewati batas yang diizinkan. Ketua Bidang Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini menyatakan, UE baru akan bereaksi jika IAEA secara formal mengidentifikasi pelanggaran Iran.
Panglima Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri kembali membantah tuduhan Iran berada di belakang serangan tanker Norwegia dan Jepang. Disebutkan, jika Iran berniat memblokade Teluk Hormuz, hal itu akan diumumkan terbuka.