Kekeringan mulai menyebabkan debit air di sejumlah sumber air di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menyusut. Sistem buka tutup pintu air bendungan diberlakukan agar semua daerah masih bisa tetap teraliri air dan tidak kekurangan pasokan saat puncak musim kemarau.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Kekeringan mulai menyebabkan debit air di sejumlah sumber air di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menyusut. Sistem buka tutup pintu air bendungan diberlakukan agar semua daerah masih bisa tetap teraliri air dan tidak kekurangan pasokan saat puncak musim kemarau.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Tata Ruang (PSDA-TR) Kabupaten Brebes Agus Ashari mengatakan, kekeringan yang mulai melanda Kabupaten Brebes menyebabkan debit air pada sejumlah anak sungai dan bendungan menyusut. Penurunan debit air mulai terjadi sekitar satu bulan lalu.
”Penurunan debit air terjadi di tiga sumber air terbesar, yakni Waduk Penjalin di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes; Waduk Malahayu di Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes; dan Bendungan Pemali Hilir atau Bendungan Notog di Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal,” kata Agus saat dikonfirmasi, Selasa (18/6/2019).
Dia menjelaskan, dalam kondisi normal, Waduk Penjalin berkapasitas tampung sekitar 7 juta meter kubik. Namun, sejak memasuki musim kemarau, cadangan air anjlok menjadi 2,6 juta meter kubik.
Kekeringan yang mulai melanda Kabupaten Brebes menyebabkan debit air pada sejumlah anak sungai dan bendungan menyusut. Penurunan debit air mulai terjadi sekitar satu bulan lalu.
Sementara ini, debit air di Waduk Penjalin ditahan atau sengaja tidak dialirkan. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi. Apabila air di sumber yang lain menipis, air dari Waduk Penjalin baru akan dialirkan ke luar.
Adapun di Waduk Malahayu, penurunan debit air terjadi dari 30 juta meter kubik menjadi sekitar 19,8 juta meter kubik. Sebagian air di Waduk Malahayu juga ditahan sebagai cadangan saat puncak musim kemarau. Untuk itu, saat ini air yang dialirkan hanya 4 juta liter per detik.
”Air di Pemali Hilir atau Bendungan Notog tetap kami alirkan. Namun, kami memberlakukan sistem buka tutup pintu air untuk membagi aliran. Setiap satu pintu dibuka selama dua hari dalam seminggu. Harapannya, masih tetap ada air yang mengalir hingga puncak musim kemarau,” ujar Agus.
Di Bendungan Notog, terdapat tiga pintu air besar, yakni pintu Pemali Kiri, pintu Pemali Tengah, dan pintu Pemali Kanan. Pintu Pemali Kiri difungsikan untuk mengairi daerah Brebes bagian barat, seperti Kecamatan Larangan hingga Kecamatan Ketanggungan.
Sementara itu, pintu Pemali Tengah untuk bagian utara Brebes seperti Kecamatan Bulakamba dan sekitarnya. Adapun pintu Pemali Kanan digunakan untuk menyuplai air ke bagian selatan Brebes, yakni Kecamatan Jatibarang dan sekitarnya.
Penurunan debit air, menurut Agus, menyebabkan sebagian lahan pertanian mengering. Agus menyarankan para petani tidak memaksakan diri menanam jenis tanaman yang memerlukan banyak air seperti padi dan bawang merah.
”Padi dan bawang merah itu memerlukan banyak air, sementara saat ini sedang kekeringan. Sebaiknya petani menanam palawija atau tanaman lain yang memerlukan air lebih sedikit sembari menunggu hujan,” imbuh Agus.
Berdasarkan pantauan Kompas, Selasa, beberapa anak sungai Pemali di Kelurahan Pemaron, Kecamatan Brebes, mengering. Hanya ada beberapa cekungan yang berisi genangan setinggi sekitar 5 sentimeter. Di dalam genangan tersebut, terdapat pipa dari pompa yang dipasang para petani bawang merah untuk menyedot air sungai.
Eko (25), buruh tani bawang merah di Desa Pemaron, mengatakan, lahan tanam bawang merah yang digarapnya mengering sejak sebulan lalu. Untuk membuat lahan tersebut tetap dialiri air, dia menggunakan air sumur bor bawah tanah.
Menurut Eko, pemilik lahan juga mengurangi lahan tanam pada masa tanam ini. Dari sekitar 2 hektar lahan yang ada, pemilik lahan hanya berani menggunakan sekitar 0,5 hektar lahannya untuk menanam bawang merah.
Tak hanya di area tanam, dampak kekeringan juga sudah mulai terasa di rumah Eko. Menurut Eko, meski air di sumur rumahnya tidak surut, sudah ada penurunan volume air. ”Sumur di rumah memang belum sampai mengering. Tetapi airnya memang terasa lebih dalam dari biasanya,” ujar Eko.
Untuk mengantisipasi menipisnya persediaan air, Eko harus menghemat penggunaan air untuk keperluan sehari-hari. Tahun lalu, wilayahnya tidak termasuk dalam wilayah terdampak kekeringan.
Menurut Kepala Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Brebes Nuhsy Mansyur, ada 139.141 jiwa yang bakal terdampak kekeringan. Mereka tersebar di 12 kecamatan, yakni Kecamatan Bantarkawung, Bumiayu, Sirampog, Tonjong, Brebes, Kersana, Losari, Tanjung, Bulakamba, Larangan, Ketanggungan, dan Banjarharjo
”Tahun lalu kami mendapat bantuan suplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum sebesar 800.000 liter. Tahun ini kami akan menambah kerja sama dengan pihak swasta untuk membuat kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan berupa penyaluran air bersih. Dengan begitu, saat kemarau nanti kami bisa menyediakan lebih dari 800.000 liter air bagi warga terdampak,” tutur Nuhsy.