Penjualan paket wisata dalam negeri terpuruk akibat mahalnya tiket penerbangan. Perusahaan perjalanan dan wisata kini lebih memilih mempromosikan paket wisata luar negeri yang jauh lebih murah dibandingkan dengan wisata dalam negeri. Pemerintah diminta mencari solusi agar pariwisata Nusantara tidak terpuruk.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Penjualan paket wisata dalam negeri terpuruk akibat mahalnya tiket penerbangan. Perusahaan perjalanan dan wisata kini lebih memilih mempromosikan paket wisata luar negeri yang jauh lebih murah dibandingkan dengan wisata dalam negeri. Pemerintah diminta mencari solusi agar pariwisata Nusantara tidak terpuruk.
”Omzet agen perjalanan dan wisata menurun rata-rata 50 persen akibat kenaikan harga tiket penerbangan domestik. Untuk dapat bertahan, kami lebih memilih mempromosikan destinasi luar negeri yang lebih kompetitif untuk dijual,” kata Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan dan Wisata Indonesia Sumatera Utara Solahuddin Nasution, di Medan, Selasa (18/6/2019).
Menurut Solahuddin, Sumut sangat terdampak kenaikan harga tiket pesawat karena letak geografisnya yang berada di ujung barat Indonesia. Wisatawan domestik dari Sumut pun kini banyak yang membatalkan rencana perjalanan ke destinasi di Pulau Jawa dan Bali. Sebaliknya, wisatawan dari Pulau Jawa semakin sedikit melakukan perjalanan ke Sumut.
”Koneksi ekonomi antardaerah di Nusantara terputus mahalnya tiket pesawat. Ini tidak bisa dibiarkan berkepanjangan karena akan berdampak ke semua sektor. Padahal, banyak destinasi yang sangat bergantung pada kunjungan wisatawan domestik,” kata Solahuddin.
Penurunan penjualan paket wisata dalam negeri antara lain terlihat di gerai PT Lovely Holidays Tour and Travel, Medan. Gerai penjualan paket wisata itu tampak sepi. ”Penjualan paket wisata menurun tajam sejak kenaikan harga tiket penerbangan domestik,” kata Dwi Mayasari, anggota staf PT Lovely Holidays.
Menurut Dwi, kini mereka sangat kesulitan menjual paket wisata domestik. Mereka hanya bisa memberangkatkan 4-5 grup wisata domestik per bulan. Padahal, sebelumnya mereka bisa memberangkatkan 15-20 grup per bulan dengan rata-rata empat orang per grup.
Dwi mengatakan, destinasi-destinasi luar negeri lebih kompetitif untuk dijual karena harganya yang murah. Ia mencontohkan, paket perjalanan selama empat hari ke Kuala Lumpur, Malaysia, hanya Rp 2,5 juta per orang. Paket perjalanan ke Bangkok, Thailand, juga hanya sekitar Rp 3,8 juta per orang.
”Itu jauh lebih murah dibandingkan dengan paket wisata ke Yogyakarta yang kini sudah tembus Rp 6 juta per orang,” kata Dwi.
Di tengah kenaikan harga paket wisata dalam negeri, kata Dwi, para wisatawan lebih tertarik pelesiran ke luar negeri. Mereka pun kini bisa memberangkatkan 15-20 grup per bulan.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Arie Prasetyo mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat berpengaruh ke semua sektor ekonomi. Kunjungan ke Bandara Silangit, yang merupakan penopang utama pariwisata Danau Toba, mengalami penurunan kunjungan lebih kurang 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Arie, mereka pun kini mengejar kunjungan wisata dari luar negeri dengan penerbangan langsung Silangit-Kuala Lumpur. Mereka menargetkan kunjungan wisatawan Malaysia dan wisatawan Eropa yang kebetulan sedang berlibur di Malaysia.