Jumlah Wisatawan Domestik ke Batam Diprediksi Anjlok hingga 60 Persen
›
Jumlah Wisatawan Domestik ke...
Iklan
Jumlah Wisatawan Domestik ke Batam Diprediksi Anjlok hingga 60 Persen
Pengusaha sektor pariwisata di Batam, Kepulauan Riau, terpukul oleh penurunan jumlah wisatawan domestik hingga 60 persen sejak awal tahun. Harga tiket pesawat rute dalam negeri yang mahal membuat warga dari daerah lain lebih memilih berlibur ke Singapura atau Malaysia.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pengusaha sektor pariwisata di Batam, Kepulauan Riau, terpukul oleh penurunan jumlah wisatawan domestik hingga 60 persen sejak awal tahun. Harga tiket pesawat rute dalam negeri yang mahal membuat warga dari daerah lain lebih memilih berlibur ke Singapura atau Malaysia.
”Setengah tahun ini kami perang tarif habis-habisan untuk menarik wisatawan domestik. Kalau situasinya begini terus, sebentar lagi banyak hotel dan restoran bangkrut,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Wilayah Kepulauan Riau Muhammad Mansyur, Selasa (18/6/2019).
Di sejumlah laman dan aplikasi penjualan tiket daring, harga tiket dari Medan ke Batam dijual mulai dari Rp 1,2 juta. Jumlah ini lebih mahal ketimbang tiket dari Medan ke Singapura yang bisa didapat hanya dengan Rp 729.000. Hal ini tentu membuat wisatawan lebih memilih berlibur ke negara tetangga.
”Kalau sedang ada promosi, dengan Rp 150.000 saja orang bisa terbang dari Jakarta ke Singapura. Kalau pemerintah enggak segera turun tangan mengatasi masalah harga tiket ini, rezeki pengusaha wisata habis dilibas Singapura dan Malaysia,” kata Mansyur.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam Ardiwinata mengatakan, jumlah wisatawan domestik di Batam setiap tahunnya sekitar 9 juta orang. Dampak kenaikan harga tiket pesawat diperkirakan membuat jumlah wisatawan domestik merosot 30 persen hingga 60 persen pada 2019.
Hal ini sekaligus menjadi pukulan telak bagi Kepulauan Riau mengingat pariwisata di Batam menyumbang lebih dari 65 persen total kunjungan wisatawan. Kemerosotan sektor pariwisata di Batam akan berdampak luas bagi pendapatan daerah di provinsi tersebut.
Meskipun begitu, pengusaha sektor pariwisata di Batam cukup beruntung karena mereka masih mendapat pemasukan dari wisatawan mancanegara (wisman). Data hingga April 2019, tercatat 616.326 wisman berlibur ke Batam. Jumlah itu naik 7,99 persen dibandingkan dengan data dalam periode sama pada tahun sebelumnya.
”Jumlah wisman tidak terdampak kenaikan harga tiket karena 60 persen wisman datang dari Singapura menggunakan jalur laut. Ke depan, wisman harus menjadi prioritas karena jumlahnya relatif stabil daripada wisatawan domestik,” kata Ardi.
Menurut Mansyur, target 2,4 juta wisman yang dicanangkan Pemkot Batam belum cukup menutup kerugian akibat penurunan jumlah wisatawan domestik secara drastis. Lagi pula, percuma saja meningkatkan target wisman, tetapi di saat bersamaan jumlah wisatawan domestik yang berlibur ke negara lain jauh lebih banyak dari wisman yang masuk ke Indonesia.
”Pemerintah harusnya memberi insentif harga tiket pesawat tujuan Batam. Kalau semuanya diserahkan ke mekanisme pasar dan bisnis penerbangan hanya didominasi Garuda serta Lion, ya begini akibatnya,” ujar Mansyur.
Target 2,4 juta wisman yang dicanangkan Pemkot Batam belum cukup menutup kerugian akibat penurunan jumlah wisatawan domestik secara drastis.
Menurut dia, sektor pariwisata di Batam memiliki kesempatan besar untuk bersaing dengan Singapura. Wisatawan domestik yang hendak berlibur ke Singapura seharusnya bisa mendarat dulu di Batam untuk menikmati wisata alam dan religi yang tersebar di seluruh wilayah Kepulauan Riau.