Penyebaran berita bohong zaman sekarang kebanyakan melalui media sosial dalam bentuk tautan. Tidak jarang kita gatal membuka tautan, lalu membagikan kepada pihak lain.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
Bukan Acuan
Florentina Monika Amaria Kusuma, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Cukup sekali saja saya termakan hoaks. Tahun 2017 sempat terjadi badai di Yogyakarta. Banyak video tersebar di media sosial (medsos) tentang seberapa parah badai tersebut. Salah satunya adalah video topan di kawasan Ring Road Utara, Yogyakarta.
Saya langsung panik dan menghubungi orangtua saya yang memiliki toko di dekat sana. Orangtua saya, menanggapi kepanikan saya dengan tawa ringan, mengatakan, di sana hanya hujan lebat dengan angin, tidak ada topan. Barulah setelah itu terdapat kabar bahwa rekaman tersebut adalah rekaman topan beberapa tahun lalu dan bukan di Ring Road Utara.
Kesal dan tidak habis pikir kenapa ada yang membuat video tersebut. Medsos memang menjadi sumber informasi tercepat, sayangnya tidak kredibel. Pengalaman ini membuat saya tidak mau mengikuti akun-akun dengan informasi yang tidak jelas. Lebih baik mengikuti akun-akun berita yang lebih tepat untuk dijadikan sumber informasi.
Cermati isi tautan
Cosmas Canarios Albert Adouw, mahasiswa Program Studi Usaha Perjalanan Wisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta.
Penyebaran berita bohong zaman sekarang kebanyakan melalui media sosial dalam bentuk tautan. Tidak jarang kita gatal membuka tautan, lalu membagikan kepada pihak lain. Sayangnya, kadang kita terlalu cepat mengambil kesimpulan dari judul dan beberapa kalimat dari berita, lalu menyebarluaskannya tanpa mencermati dulu isinya sehingga secara tidak langsung turut serta menyebarkan hoaks.
Ada beberapa hal yang harus kita cermati, antara lain judulnya. Jangan terpancing judul yang provokatif. Bacalah berita tersebut dengan teliti dari awal sampai akhir, lalu carilah beberapa referensi berita yang serupa dari media lain yang resmi dan terjamin kredibilitasnya, kemudian bandingkan apakah terdapat perbedaan.
Kemudian cermatilah alamat situsnya. Perhatikan nama alamat dan domainnya, apakah itu situs resmi atau berupa blog. Jangan sampai terkecoh dengan tampilan laman yang bagus. Kita bisa memanfaatkan fitur drag and drop di Google Image.
Bersikap kritis
Monica Gratia Karyadi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Saya sering mendapat informasi dari di media sosial. Akan tetapi, kita berpikir apakah informasi itu sesuai dengan fakta atau tidak? Dalam era digital saat ini banyak sekali informasi yang beredar. Mulai dari berita, pengetahuan, hingga sumber informasi yang begitu mudah didapatkan dengan sebuah gawai yang sangat pintar.
Namun, dalam penggunaan gawai untuk saat ini banyak sekali hal-hal yang tidak enak dibaca ataupun meresahkan warganet. Informasi yang dimaksud adalah hoaks. Lebih parah lagi, hoaks juga dapat memecah belah dari sejumlah pihak.
Kita bisa menangkal hoaks dengan cara jangan cepat percaya dengan suatu berita. Di dunia maya ada beberapa berita yang bersifat provokatif dan sangat sensasional agar suatu berita tersebut menjadi viral. Dari situlah kita bisa memilih berita mana yang bisa dikonsumsi atau tidak dengan cara memeriksa fakta dan kebenaran.
Kita harus punya sikap kritis dan cuek. Terkadang juga bersikap sedikit cuek dengan informasi yang kita dapatkan membuat kita menjadi berpikir rasional.