Pengunjung Tak Sesuai Target, Pembelian Oleh-oleh Berkurang
›
Pengunjung Tak Sesuai Target, ...
Iklan
Pengunjung Tak Sesuai Target, Pembelian Oleh-oleh Berkurang
Pelaku wisata di Kota Batu, Jawa Timur, menilai harga tiket pesawat yang mahal berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Tak hanya itu, wisatawan juga mengurangi belanja oleh-oleh khas Batu dalam jumlah besar karena khawatir terkena tarif kelebihan bagasi pesawat.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Pelaku wisata di Kota Batu, Jawa Timur, menilai harga tiket pesawat yang mahal berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Tak hanya itu, wisatawan juga mengurangi belanja oleh-oleh khas Batu dalam jumlah besar karena khawatir terkena tarif kelebihan bagasi pesawat.
Manajer Pemasaran dan Humas Jatim Park Group Titik S Ariyanto, Selasa (18/6/2019), di Batu, mengatakan, angka kunjungan wisatawan selama libur panjang Lebaran 2019 hampir sama dengan masa libur Lebaran 2018, yakni rata-rata sekitar 30.000 orang per hari untuk semua wahana.
Angka ini tidak sebesar jumlah yang diperkirakan Jatim Park Group. Sebelumnya, mereka memperkirakan terjadi lonjakan jumlah wisatawan di atas 30.000 orang per hari untuk semua wahana, mulai dari Jatim Park I, Jatim Park II, Jatim Park III, dan beberapa lokasi wisata lain. Alasannya, atraksi wisata kini kian menarik dan Jalan Tol Pandaan-Malang sudah tersambung.
”Jelas berdampak, wisatawan akan berpikir dua kali karena harga tiket pesawat mahal. Meski kami menyiapkan atraksi wisata yang bagus, kalau orang tidak memiliki budget mencukupi, mereka akan memilih pergi ke tempat wisata lain yang lebih terjangkau,” ujarnya.
Tempat wisata lain yang dimaksud oleh Titik adalah destinasi luar negeri yang harga tiketnya jauh lebih murah dibandingkan dengan penerbangan domestik dalam negeri. Ia mencontohkan, harga tiket pesawat dari Surabaya ke Malaysia hanya Rp 800.000-Rp 900.000 per orang. Adapun harga tiket dari Malang ke Bali di atas Rp 2 juta per orang.
”Tanggal 21 Juni besok saja, dari Malang ke Bali tiketnya Rp 2,3 juta. Sementara ke Malaysia pergi-pulang hanya Rp 1,6 juta per orang. Tak heran jika wisatawan kemudian memilih pergi ke luar negeri. Di sana mereka dapat pengalaman, kesenangan, dan prestise,” ucapnya.
Tak heran jika wisatawan kemudian memilih pergi ke luar negeri. Di sana mereka dapat pengalaman, kesenangan, dan prestise.
Jatim Park Group masih menunggu perkembangan libur sekolah pekan depan. Harapannya, selama libur sekolah, tingkat kunjungan setidaknya sama dengan selama masa Lebaran. Pasalnya, saat libur sekolah, tidak hanya siswa yang berwisata, tetapi juga keluarganya.
Titik sendiri berharap pemerintah bisa segera menangani permasalahan tingginya harga tiket pesawat ini karena dampaknya cukup luas hingga ke pelaku wisata pendukung, seperti usaha kuliner dan pertanian.
Hal serupa disampaikan Harno, pengurus wisata petik apel di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Wisata petik apel dikelola oleh Kelompok Tani Makmur Abadi (KTMA) dengan luas lahan mencapai 70 hektar.
Selama libur Lebaran, jumlah wisatawan berkisar 300-400 orang per hari. Mereka berasal dari beberapa daerah di Tanah Air. ”Selama libur Lebaran, pengunjung paling banyak adalah keluarga yang datang dengan kendaraan pribadi. Tetapi, ada juga yang memakai pesawat. Nah, yang memakai pesawat ini jumlahnya tidak sebanyak libur panjang sebelum-sebelumnya,” katanya.
Selain itu, para wisatawan yang menggunakan pesawat, kata Harno, rata-rata enggan membawa pulang apel dalam jumlah banyak. Mereka mengaku khawatir harus membayar tarif bagasi pesawat lebih mahal jika membawa apel dalam jumlah besar.
”Mereka mengakui hal itu. Padahal, dulu mereka membawa pulang apel banyak,” ucapnya. KTMA menyiapkan paket makan apel sepuasnya di dalam kebun dengan tiket Rp 25.000 per orang. Wisatawan juga diperkenankan membawa pulang apel dengan harga Rp 30.000 per kilogram.