PARIS, SELASA — Mantan Presiden UEFA, Michel Platini, ditahan sebagai saksi untuk diperiksa terkait dugaan korupsi dalam penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Selasa (18/6/2019). Polisi mendapati Platini sebagai orang yang berada di pusaran skandal penunjukan Qatar pada 2010.
Pemeriksaan ini ditangani oleh komisi antikorupsi di bawah kepolisian Perancis. Platini yang juga mantan gelandang tim nasional Perancis itu ditahan di Nanterre, wilayah di bagian barat Paris.
Tim kuasa hukum Platini kemudian menyatakan, kliennya membantah terlibat dalam skandal tersebut. Selain masalah penunjukan Qatar, polisi juga menanyai Platini terkait penunjukan Perancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 2016. ”Platini menjawab semua pertanyaan dengan tenang dan akurat,” demikian pernyataan resmi tim hukum Platini.
Pemeriksaan terkait penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 ini adalah sebuah proses panjang. Kasus ini bermula ketika FIFA melakukan pemungutan suara untuk memilih tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 pada Desember 2010. Saat itu, Platini masih menjabat Presiden UEFA dan Sepp Blatter sebagai Presiden FIFA.
Majalah France Football mengungkapkan, sebelum pemungutan suara itu, Platini ikut dalam ”pertemuan rahasia” di Istana Elysee, Paris, 23 November 2010. Pertemuan itu antara lain dihadiri Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani (kini Emir Qatar) dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy.
Adapun kandidat tuan rumah Piala Dunia 2022 selain Qatar adalah Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Platini pernah dikabarkan mendukung AS. Namun, sepekan setelah pertemuan di Istana Elysee itu, Platini secara terbuka mendukung Qatar. ”Sarkozy tidak pernah meminta saya memilih Qatar. Saya tahu apa yang terbaik,” ujar Platini dalam wawancara tahun 2015.
Penunjukan Qatar pun menjadi kontroversi karena banyak hal. Cuaca di Qatar sangat panas sehingga piala dunia digelar pada November-Desember 2022. Selain itu, Qatar kini diblokade negara-negara tetangga di Teluk Arab karena dianggap mendukung terorisme.
Tahun 2016, penyidik kejahatan finansial Perancis memulai investigasi terhadap dugaan kasus suap dan korupsi dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022. Platini sendiri mengakhiri jabatan Presiden UEFA pada 2015 setelah mendapat sanksi pelanggaran etika dari FIFA karena mendapat uang dari Blatter.
Laporan Garcia
Skandal pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 juga terungkap melalui laporan hasil investigasi penyelidik independen FIFA, Michael J Garcia dan Cornel Borbely, sejak 2012. Laporan itu kemudian dikenal dengan Laporan Garcia (Kompas, 30 Juni 2017).
Laporan itu mengungkap proses pemilihan tuan rumah piala dunia itu diwarnai permainan kotor. Hampir semua negara kandidat menyuap atau memberi hadiah berupa barang kepada komite eksekutif FIFA.
Qatar disebut mengundang para komite eksekutif dalam pertemuan eksklusif di Brasil dengan menggunakan jet pribadi dan menginap di hotel mewah. Anak dari salah satu komite eksekutif, Ricardo Teixeira, mendapat aliran dana Rp 26 miliar dari Qatar. (AP/AFP/REUTERS)