NEW YORK, SELASA— Jumlah populasi dunia pada tahun 2050 diperkirakan mencapai 9,7 miliar jiwa atau naik 2 miliar jiwa dari sekarang yang berjumlah 7,7 miliar jiwa.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis pada Senin (17/6/2018), dari kenaikan jumlah penduduk tersebut, jumlah populasi di wilayah Sub-Sahara Afrika diperkirakan bakal naik dua kali lipat. Bahkan, menurut laporan ”World Population Prospects” dari Departemen Ekonomi dan Sosial PBB itu, jumlah tersebut bisa meningkat lagi hingga 11 miliar jiwa tahun 2100.
India akan menyusul China sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia sekitar tahun 2027. Pada tahun 2050, lebih dari separuh pertumbuhan populasi dunia akan terpusat di hanya sembilan negara, yaitu India, Nigeria, Pakistan, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Tanzania, Indonesia, Mesir, dan Amerika Serikat.
Sementara itu, negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia saat ini, China, pada periode tahun 2019-2050 justru akan mengalami penurunan pertumbuhan penduduk 2,2 persen atau sekitar 31,4 juta jiwa. Sebanyak 27 negara telah mengalami penurunan jumlah penduduk setidaknya 1 persen sejak 2010 akibat rendahnya tingkat kesuburan.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa di Belarus, Estonia, Jerman, Hongaria, Italia, Jepang, Rusia, Serbia, dan Ukraina, angka kematian penduduk lebih besar dari angka kelahiran. Meski begitu, menurunnya populasi ini dikompensasi oleh migran yang datang dari negara lain.
Secara umum, angka kelahiran global, yang turun dari 3,2 kelahiran per perempuan pada tahun 1990 menjadi 2,5 kelahiran pada tahun 2019, diperkirakan akan turun lagi sampai 2,2 kelahiran pada tahun 2050. Menurut PBB, angka itu mendekati angka minimum 2,1 kelahiran yang diperlukan untuk memastikan regenerasi penduduk berjalan dan menghindari penurunan populasi dalam jangka panjang tanpa adanya migrasi yang terjadi.
Kepala Divisi Populasi Sekretariat PBB Wilmoth mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan menurunnya angka kelahiran, antara lain membaiknya tingkat pendidikan dan pekerjaan, terutama bagi perempuan, serta lapangan kerja di kota yang lebih banyak dibandingkan di desa. Hal itu mendorong orang membentuk keluarga yang lebih kecil.
Usia harapan hidup
Laporan PBB tersebut juga memperkirakan bahwa secara umum ada peningkatan angka usia harapan hidup, termasuk di negara miskin sekalipun, di mana saat ini masih tujuh tahun lebih rendah dibandingkan rata-rata angka global. Populasi yang kian menua ini terjadi akibat meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya tingkat kelahiran.
Rata-rata usia harapan hidup global akan mencapai 77,1 tahun pada tahun 2050, meningkat dari saat ini, yaitu 72,6 tahun. Pada tahun 1990, usia harapan hidup 64,2 tahun. ”Penambahan populasi yang cepat banyak terjadi di negara-negara miskin di mana populasi yang bertambah ini membawa tantangan baru,” kata Liu Zhenmin dari Sekretariat PBB untuk Urusan Ekonomi dan Sosial.
Tantangan tersebut termasuk perjuangan mengurangi kemiskinan dan memerangi kelaparan serta malanutrisi, membuka akses kesetaraan, serta meningkatkan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Laporan PBB tersebut, menurut Zhenmin, menawarkan ”peta jalan” yang berisi bagaimana aksi dan intervensi dilakukan. (AFP/AP/ADH)