Indonesia Bawa Tiga Isu Utama di KTT ASEAN
KTT Ke-34 ASEAN akan digelar di Bangkok, 20-23 Juni 2019. Indonesia akan membawa tiga isu utama, yakni perang dagang AS-China, sampah laut, dan krisis Rohingya.
JAKARTA, KOMPAS—Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas untuk persiapan delegasi Indonesia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Ke-34 ASEAN di Thailand dan KTT G-20 di Jepang. Dua konferensi itu bakal menjadi pertemuan internasional pertama yang dihadiri Presiden setelah pemilu, 17 April lalu.
”Di dua event penting ini, kita harus menggunakan momentum dengan sebaik-baiknya untuk merebut peluang-peluang yang ada, terutama dalam rangka penguatan ekonomi negara dan kepentingan nasional,” kata Presiden dalam pidato pembuka.
Dalam KTT ASEAN di Thailand, 20-23 Juni, menurut Presiden, pemerintah akan mengangkat tiga isu utama. Pertama adalah ajakan kepada semua negara anggota ASEAN untuk bersatu dalam mengantisipasi perang dagang Amerika Serikat dan China guna menjaga stabilitas ekonomi kawasan.
Kedua adalah upaya memerangi sampah laut. Ketiga adalah upaya percepatan mewujudkan perdamaian di Rohingya di Myanmar. ”Itu tiga hal penting yang akan kita sampaikan di KTT ASEAN,” kata Presiden.
Adapun dalam KTT G-20 pada 28-29 Juni di Jepang, Presiden juga akan mengangkat tiga isu utama. Pertama menyangkut persoalan ekonomi dan keuangan global, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan dan investasi.
Kedua, langkah-langkah inovasi mengenai pengembangan ekonomi digital dan kecerdasan buatan. Ketiga adalah tentang perlunya penanganan kesenjangan kualitas infrastruktur, ketenagakerjaan, dan pemberdayaan perempuan.
Seusai rapat terbatas, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang hadir dalam rapat, menyatakan, dua forum puncak itu akan membahas situasi perekonomian terkini. Indonesia sebagai bagian di dalamnya berharap memetik manfaat dari kedua pertemuan itu.
Terkait isu-isu yang secara langsung terkait dengan kepentingan nasional di KTT ASEAN, Sri Mulyani melanjutkan, pemerintah akan mendorong upaya kerja sama kepabeanan melalui penggunaan dokumen tunggal sehingga menciptakan efisiensi. ”Ada juga local currency yang sekarang ini antara bank sentral dan negara-negara ASEAN sehingga lebih mengurangi kebutuhan atau langsung melakukan transaksi menggunakan setiap currency sehingga tidak membutuhkan transaksi melalui dollar,” kata Sri Mulyani.
Sementara di KTT G-20, selain pembahasan ekonomi global, terutama perang dagang, Presiden juga akan mengangkat masalah isu-isu yang juga penting dan diangkat tuan rumah, di antaranya populasi masyarakat yang menua dan jaminan kesehatan semesta.
”Juga ada masalah pembiayaan infrastruktur, serta masalah teknologi, terutama digital dan artificial intelligence. Ini penting oleh Jepang, tetapi juga untuk Indonesia atau di G-20,” kata Presiden.
Kemitraan ekonomi
Dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Jose Antonio Morato Tavares menyatakan, salah satu topik yang juga menjadi perhatian pemerintah adalah pembahasan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Negosiasi RCEP yang saat ini masih terus berlangsung telah menghasilkan tujuh bab yang sudah disepakati, antara lain kerja sama ekonomi, usaha kecil dan menengah, prosedur kepabeanan dan fasilitas perdagangan, serta pengadaan badang dan jasa pemerintah. Masih tersisa 14 bab yang masih dalam proses negosiasi, antara lain soal layanan telekomunikasi dan layanan finansial.
”Diharapkan pembahasan sisa bab bisa lebih intensif dan RCEP bisa selesai akhir tahun ini mengingat dinamika munculnya kecenderungan proteksionisme dan ketidakpastian yang sedang berkembang saat ini,” kata Jose.
Apabila RCEP selesai dibahas, hal itu akan memberikan peluang pasar yang besar, mencakup 3,4 miliar penduduk, 31 persen PDB dunia atau sekitar 25,5 triliun dollar AS, dan hampir 30 persen perdagangan dunia yang senilai 51 triliun dollar AS. ”Kalau ini (RCEP) ada, akan menjadi capaian yang luar biasa,” ujar Jose.
Di samping isu ekonomi, dalam KTT ASEAN kali ini juga direncanakan akan meluncurkan dokumen ASEAN Indo-Pacific Outlook. Dengan konsep atau narasi Indo-Pasifik sendiri, ASEAN tidak perlu memilih antara konsep-konsep Indo-Pasifik dari kekuatan geopolitik lain.
Dalam konsep Indo-Pasifik ASEAN, ASEAN lebih memilih mengupayakan kerja sama saling menguntungkan daripada persaingan yang saling menghancurkan. (LAS/NTA/ADH)