Pertempuran Sekigahara, awal terbentuknya Kesyogunan Tokugawa (1603–1867), sudah berlalu lebih dari 400 tahun, dan keluarga Toyotomi sudah lama tumpas. Namun, perbedaan Jepang barat dan timur tetap ada sampai sekarang. Daerah barat kini dikenal sebagai Kansai yang terdiri dari Osaka, Nara, dan Kyoto. Adapun Kanto adalah metropolitan Tokyo dan sekitarnya di wilayah timur.
Dalam sejarah Jepang, daerah Kansai lebih tua dibanding Kanto. Sebelum Tokyo dirintis dan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan oleh keluarga Tokugawa, ibu kota Jepang berpindah-pindah antara Osaka, Nara, dan Kyoto. Osaka dan Nara menjadi ibu kota resmi, masing-masing selama beberapa dekade saja. Selama ratusan tahun lainnya ibu kota berada di Kyoto dan Tokyo. Dalam tradisi kerajaan yang raja -rajanya disebut dari satu garis keturunan tanpa putus selama 27 abad, ibu kota adalah tempat tinggal resmi kaisar.
Sejarah sepanjang itu membantu Kansai dan Kanto membentuk kultur masing-masing. Orang-orang Kansai secara umum dikenal lebih terbuka dan berusaha kuat membuat lawan bicaranya gembira. Orang Kansai memang suka berbicara. Sementara orang-orang Kanto lebih berhati-hati dalam berbicara. Bahkan, tidak jarang orang-orang Kanto memandangi siapa pun yang dianggap berbicara terlalu banyak atau dengan suara terlalu keras di tempat umum.
"Kesopanan" Kanto juga terlihat dari poster pesan polisinya yang biasanya berisi tulisan "Siap Melayani", "Patuhi Peraturan". Adapun di Kansai, poster peringatan larangan memacu kendaraan diberi gambar polisi bertuliskan "Silakan memacu kendaraan agar saya bisa menunjukkan keahlian".
"Saya selalu terkejut setiap kali bertemu orang-orang Kansai. Kadang saya tak mengerti humor mereka, meski ikut tertawa," ujar Nakano, warga Tokyo asal Hiroshima.
Dibanding orang Kansai, orang Kanto dianggap lebih pemalu dan sopan. Di sisi lain, orang Kanto juga lebih sibuk dan tergesa-gesa dibanding orang Kansai yang santai. Perbedaan paling mencolok, misalnya, terlihat di eskalator. Orang Kansai berdiri di kanan, orang Kanto di kiri.
Pengaruh sejarah
Orang-orang Osaka menyebut itu dampak sejarah panjang penghuni Tokyo dan Osaka di masa lalu. Tokyo didiami para prajurit, samurai, atau siapa pun yang bersenjata. Perkelahian mudah terjadi jika orang berjalan terlalu dekat, lalu bersenggolan. Sebaliknya Osaka didiami pedagang yang berkepentingan untuk mendekati siapa pun agar bisa berjualan.
Osaka berkembang menjadi kota dagang selama berabad-abad. Status itu membuat Osaka berperan penting dalam sejarah panjang Jepang, meski secara resmi hanya menjadi ibu kota Jepang selama total 35 tahun.
Di sela menopang kehidupan ibu kota yang berpindah di antara Tokyo dan Kyoto, Osaka pernah bersaing dengan keduanya, awal abad ke-17. Persaingan dimulai setelah kematian Oda Nobanuga, panglima perang yang disebut sebagai salah satu dari tiga pemersatu Jepang selain Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu, bawahan Nobunaga.
Hideyoshi dan Ieyasu bersaing menjadi pengganti Nobunaga sebagai penguasa faktual Jepang. Meski secara resmi tidak pernah menjadi syogun alias panglima perang yang menjadi kepala pemerintahan, Hideyoshi secara faktual menjadi penguasa Jepang setelah Nobunaga. Meski punya kastil di Kyoto, Hideyoshi membangun kastil di Osaka. Kastil itu bolak-balik dihancurkan sebelum direnovasi dan menjadi cagar budaya, sekaligus tujuan wisata di Osaka saat ini.
Setelah Hideyoshi meninggal, Ieyasu menggantikan perannya sebagai penguasa Jepang dan penerus Nobunaga. Ieyasu jadi satu-satunya di antara tiga pemersatu itu yang secara resmi jadi syogun meski hanya dua tahun sejak 1603.
Ieyasu ingin mengukir sejarah sendiri, lepas dari bayang- bayang Osaka maupun Kyoto. Ia pun mengembangkan desa nelayan di utara Kyoto. Desa itu dijadikan kota bernama Edo, dan di sana keluarga Tokugawa memerintah Jepang selama hampir tiga abad.
Di awal masa konsolidasi kekuasaannya, Ieyasu memandang keluarga Toyotomi menjadi ganjalan. Meski pamor dan kekuatan keluarga itu merosot sejak kematian Hideyoshi, Ieyasu tetap tidak tenang karena keluarga Toyotomi tidak mau menyatakan tunduk pada keluarga Tokugawa. Pada Oktober 1600, keluarga Tokugawa dan keluarga Toyotomi bertempur di Sekigahara—kini masuk Prefektur Gifu. Sekigahara jadi saksi salah satu babak penting sejarah Jepang.
Pasukan barat yang setia pada Toyotomi dan pasukan Timur yang menyokong Tokugawa bertempur selama satu hari di Sekigahara. Kemenangan pasukan Timur menjadi awal kekuasaan Tokugawa dan membuat keluarga Toyotomi terus merosot. Pertempuran itu sudah lama berlalu, masa kekuasaan Tokugawa dan Toyotomi sudah lama lewat. Walakin, perbedaan Jepang barat dan timur masih terus ada sampai sekarang.