JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengkaji program penyediaan rumah bagi generasi milenial. Program itu berupa rumah sewa atau rumah bersubsidi bagi generasi milenial yang termasuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah.
Saat ini, jumlah kelompok milenial sekitar 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Pada 2020, jumlahnya diperkirakan 60 persen dari total penduduk Indonesia.
Generasi milenial adalah kelompok yang lahir pada periode 1980-1999.
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Khalawi Abdul Hamid menyampaikan, pemerintah sedang mengkaji skema penyediaan perumahan untuk generasi milenial. Kajian itu dilakukan tim yang antara lain melibatkan akademisi, komunitas, swasta, dan birokrasi.
”(Skema) ini mendesak karena jumlah milenial mencapai 80 juta orang,” katanya pada acara Indonesian Housing Forum bertema ”Penyediaan Hunian Milenial di Perkotaan Berkelanjutan” di Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Ia menambahkan, perumahan bagi generasi milenial akan mengarah ke rumah sewa atau rumah sederhana bersubsidi. Pihaknya menjajaki kerja sama dengan pemerintah daerah untuk penyediaan lahan.
Ada tiga kluster perumahan milenial yang dikaji, antara lain rumah susun sewa untuk generasi milenial yang baru lulus dan belum memiliki penghasilan. Ada juga rumah susun sederhana milik bersubsidi untuk generasi milenial yang masuk kategori masyarakat berpenghasilan rendah.
”Adapun untuk generasi milenial yang sudah maju (penghasilannya), silakan beli sendiri,” katanya.
Masalah
Jumlah generasi milenial yang terus bertambah akan diiringi dengan kebutuhan terhadap rumah yang layak huni dan berkualitas, tetapi dengan harga terjangkau.
”Pada masa mendatang, permasalahan yang akan dihadapi generasi milenial adalah harga rumah yang terus naik dan memengaruhi daya jangkau kaum millenial. Ada juga hambatan memperoleh subsidi bagi masyarakat menengah,” ujar Khalawi.
Pemerintah mendorong penyediaan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah, melalui program sejuta rumah. Nantinya, program sejuta rumah harus terus diadaptasikan dengan kebutuhan generasi milenial yang jumlahnya sangat signifikan.
Tahun ini pemerintah menargetkan program sejuta rumah berupa pembangunan fisik sebanyak 215.503 unit senilai Rp 7,57 triliun. Adapun bantuan pembiayaan perumahan sebanyak 419.858 unit senilai Rp 11,51 triliun.
Pada 2015-2018, realisasi program sejuta rumah sebanyak 3.542.318 unit.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Maryono menyebutkan, harga rumah saat ini telah melebihi harga normal. Hal ini tecermin dari hasil survei BTN, yakni indeks harga rumah nasional per Maret 2019 adalah 163,9. Kenaikan harga properti per Maret 2019 sebesar 7,34 persen secara tahunan atau lebih tinggi daripada kenaikan harga yang dihitung per Maret 2018.
Pembangunan infrastruktur merupakan syarat pendukung kenaikan harga rumah. Kenaikan harga rumah dinilai sebagai indikator properti memiliki prospek pertumbuhan yang baik.
Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Faisal Safa mengemukakan, pihaknya bekerja sama dengan BTN mengkaji skema pembiayaan yang tepat bagi generasi milenial, termasuk kebutuhan rumah dan jangka waktu pinjaman yang bisa dijangkau milenial. ”Uji coba akan dimulai di kawasan industri,” katanya.