Kemamputelusuran (traceability) produk sawit hingga ke pabrik, perkebunan, dan petani, dapat meningkatkan daya saing industri sawit Indonesia di pasar dunia. Pemanfaatan aplikasi digital mempermudah perekaman asal-usul produk untuk menunjang konsep industri keberlanjutan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Kemamputelusuran (traceability) produk sawit hingga ke pabrik, perkebunan, dan petani, dapat meningkatkan daya saing industri sawit Indonesia di pasar dunia. Pemanfaatan aplikasi digital mempermudah perekaman asal-usul produk untuk menunjang konsep industri keberlanjutan.
“Kampanye hitam terhadap kelapa sawit tidak bisa hanya dilawan dengan perang opini, penerapan sistem keberlanjutan di setiap rantai pasok harus dilakukan,” kata Kepala Implementasi Keberlanjutan Produk Hilir Sinar Mas Agribusiness and Food Daniel Prakarsa pada lokakarya di Medan, Sumatera Utara, Kamis (20/6/2019).
Daniel mengatakan, kemamputelusuran membuat produk sawit yang dijual di pasar internasional dapat ditelusuri asal-usulnya. Selain minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit, produk turunan CPO kini sudah menyasar pasar internasional seperti minyak goreng, margarin, oleokimia, biang sabun, dan biodiesel.
Perekaman asal-usul produk sawit tersebut, kata Daniel, dapat membuktikan bahwa sawit tidak berasal dari kebun di hutan lindung, lahan deforestasi, dan gambut, sebagaimana dituduhkan kepada produk sawit Indonesia selama ini.
Menurut Daniel, respons pasar cukup baik terhadap program kemamputelusuran yang telah mereka terapkan empat tahun ini. Saat ini Sinar Mas Agribusiness and Food telah mencapai kemamputelusuran hingga ke pabrik dan kebun kelapa sawit (PKS) perusahaan.
Sinar Mas, lanjut Daniel, kini berupaya melanjutkan program penelusuran produk mereka hingga ke PKS dan kebun sawit pemasok bahan baku. “Ini sangat penting karena sebanyak 60 persen bahan baku kami berasal dari luar kebun dan pabrik. Kami pun kini menerapkan teknologi digital untuk melaksanakan program kemamputelusuran pada mitra PKS, agen, dan petani,” katanya.
Progam kemamputelusuran tersebut dilakukan Sinar Mas menggandeng PT Koltiva, sebuah perusahaan teknologi informasi yang bergerak di sektor industri pertanian. Menurut Ainu Rofiq, kepala Operasi Koltiva, mereka menyediakan aplikasi digital untuk merekam asal usul produk sawit mulai dari tingkat petani, agen, hingga pabrik kelapa sawit.
“Aplikasi tersebut dapat merekam antara lain data petani, lokasi kebun, dan produksi. Petani pun dapat memasukkan sendiri datanya melalui aplikasi di ponsel pintar,” katanya.
Ainu mengatakan, sebanyak 24.000 petani di Riau dan Jambi sudah menggunakan aplikasi tersebut. Saat ini, mereka sedang melakukan sosialisasi untuk petani di Sumut. Kendala penerapan program tersebut adalah para petani, agen, PKS, dan sejumlah pihak lain masih tidak percaya untuk memberikan datanya.
Aplikasi tersebut dapat merekam antara lain data petani, lokasi kebun, dan produksi. Petani pun dapat memasukkan sendiri datanya melalui aplikasi di ponsel pintar.
Produktivitas
Kepala Komunikasi Perusahaan Sinar Mas Agribusiness and Food Wulan Suling mengatakan, peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk merupakan cara menambah produksi dan nilai sawit nasional dengan tetap sejalan pada prinsip pembangunan berkelanjutan.
“Ekspansi lahan besar-besaran tidak memungkinkan lagi dilakukan dan tidak menjawab permintaan pasar yang sangat kritis pada isu keberlanjutan,” katanya.
Sinar Mas saat ini mempunyai kebun sawit seluas 500.202 hektar dengan produktivitas rata-rata 6 ton CPO per hektar per tahun. Mereka kini menggunakan bibit unggul dan menerapkan tata kelola baru agar bisa mencapai 10-12 ton CPO per hektar per tahun.
Peningkatan produksi sawit dalam negeri, kata Wulan, masih sangat terbuka lebar. Produktivitas kebun petani rakyat saat ini rata-rata berkisar 2-3 ton CPO per hektar per tahun. Padahal, sebanyak 40 persen dari total 14 juta hektar kebun sawit Indonesia adalah milik petani rakyat.