PURWAKARTA, KOMPAS — Memasuki musim kemarau, Perum Jasa Tirta II Jatiluhur memastikan ketersediaan air di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mencukupi kebutuhan hingga akhir musim kemarau. Kebutuhan tersebut mencakup pasokan air untuk irigasi, industri, dan air baku minum.
Tinggi muka air atau TMA Waduk Jatiluhur pada Rabu (19/6/2019) tercatat 102,85 meter. Angka ini masuk dalam kategori normal. Pada periode yang sama 2018 lalu, kondisinya tidak jauh berbeda, yakni 100,34 meter.
Direktur Operasi Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Antonius Aris, mengemukakan, persediaan air diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan industri, air baku minum, dan irigasi hingga Desember 2019. Suplai air rata-rata dari Waduk Jatiluhur sebesar 163.380 liter per detik, dengan kemampuan maksimal air keluar turbin 240.000 liter per detik.
Hingga akhir tahun, kebutuhan air untuk beberapa sektor itu diperkirakan mencapai 4.151 juta meter kubik, yaitu 3.053 juta meter kubik untuk irigasi, 367 juta meter kubik untuk industri, dan air baku minum sebanyak 729 juta meter kubik.
Kepala Divisi Sumber Daya Air dan Sumber Daya Listrik PJT II Jatiluhur, Budy Gunady menambahkan, pengairan sawah yang mengandalkan irigasi dari Waduk Jatiluhur sebesar 81 persen. Saat ini, ada sebanyak 220.000 hektar sawah mendapat aliran air dari Jatiluhur.
Aris menambahkan, mundurnya masa tanam, secara otomatis memperpanjang masa penyaluran air. Hal itu bisa berdampak kekurangan air karena sungai-sungai setempat mengering saat musim kemarau.
Adapun kendala yang dihadapi adalah masalah pendangkalan saluran irigasi yang menyebabkan aliran air tidak maksimal. Kerusakan saluran irigasi berpotensi memperparah masalah kekurangan air. Debit air berkurang drastis di daerah hilir akibat pendangkalan di sepanjang saluran.
“Volume air yang dikeluarkan menjadi tidak optimal karena pendangkalan, sebagian air justru akan tumpah sebelum sampai di sawah. Hal itu yang menyebabkan kekeringan,” katanya.