Tata Kelola Kapal Perintis Mendesak untuk Dibenahi
›
Tata Kelola Kapal Perintis...
Iklan
Tata Kelola Kapal Perintis Mendesak untuk Dibenahi
Oleh
·3 menit baca
Pemerintah perlu lebih memberi perhatian pada ketersediaan dan faktor keselamatan kapal perintis yang melayani di pulau-pulau kecil di Nusantara.
SURABAYA, KOMPAS Insiden kecelakaan Kapal Laut Motor Arim Jaya yang terbalik, Senin (17/6/2019), memantik kesadaran akan pentingnya membenahi tata kelola pelayaran perintis di Tanah Air. Ditambah lagi kerusakan dua kapal perintis di Maluku meski baru dua tahun dioperasikan.
KLM Arim Jaya merupakan perahu nelayan yang digunakan untuk penyeberangan dengan rute Pulau Gowa-gowa, Kecamatan Raas, Sumenep, menuju Pelabuhan Dungkek, Kecamatan Dungkek. Kapal perahu nelayan biasa digunakan melayani transportasi di pulau-pulau kecil karena belum tersentuh pelayaran kapal perintis. Dalam insiden KLM Arim Jaya, dari jumlah penumpang 61 orang, 39 selamat, 20 penumpang meninggal, dan 2 orang masih dalam pencarian.
Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi, Rabu (19/6), menyatakan, jumlah kapal perintis di wilayahnya masih kurang. Kabupaten dengan 126 pulau, 48 di antaranya berpenghuni, hanya dilayani lima kapal perintis dengan jadwal 1-2 kali penyeberangan per pekan. Pulau yang dilayani masih terbatas di pulau-pulau besar, yakni Pulau Puteran, Pulau Sapudi, Pulau Raas, Pulau Kangean, dan Pulau Masalembu.
Kepala Desa Gowa-gowa Sakrani mengatakan, warga hanya bisa mengandalkan perahu kayu untuk penyeberangan antarpulau. Perahu itu biasanya tidak memiliki jumlah pelampung yang memadai sesuai jumlah penumpang, seperti halnya KLM Arim Jaya.
Dosen Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, mengatakan, pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap operasional pelayaran rakyat. Saat ini, masih banyak perahu yang dioperasikan warga tidak memenuhi syarat keselamatan.
”Faktor keamanan belum jadi perhatian utama pengelola perahu kayu. Jika perahu yang tidak memenuhi syarat itu dibiarkan berlayar saat cuaca buruk, potensi kecelakaan sangat tinggi,” ujarnya.
Kemarin, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Pemprov Jatim akan mendapatkan hibah dua kapal perintis dari Kementerian Perhubungan. Dua kapal tersebut akan tiba di Jatim sekitar Agustus. ”Kapal itu nantinya akan digunakan untuk transportasi masyarakat di Kepulauan Sumenep yang juga bisa berfungsi sebagai kapal rumah sakit,” katanya.
Kapal rusak
Dua kapal perintis yang melayani pelayaran di Maluku, yakni KM Sabuk Nusantara 67 dan KM Sabuk Nusantara 87, mengalami kerusakan. Padahal, dua kapal tersebut baru berumur sekitar dua tahun. Akibatnya, masyarakat di pulau-pulau kecil kini mengeluh kekurangan bahan pangan dan kebutuhan lain lantaran terisolasi lebih dari empat bulan.
Informasi yang dihimpun Kompas, wilayah di Maluku yang terisolasi akibat tidak beroperasinya kapal itu meliputi Kepulauan Teon Nila Serua di Kabupaten Maluku Tengah, semua wilayah di Kabupaten Maluku Barat Daya, dan sebagian Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Wilayah-wilayah tersebut masuk daerah yang cukup sulit diakses. Selain berjauhan, pulau-pulau itu berada di sekitar Laut Banda dan Laut Timor yang sering dilanda gelombang tinggi.
Manajer Operasi PT Pelni Cabang Ambon Jasman saat dihubungi mengatakan, kapal Pelni yang dioperasikan pihaknya, yakni KM Sabuk Nusantara 87, mengalami patah kemudi. Kerusakan itu sedang dalam perbaikan. Kapal diperkirakan kembali beroperasi Juli mendatang. Ia berharap warga bersabar.
Terhentinya pelayaran ke wilayah kepulauan yang berlangsung selama berbulan-bulan itu bukan baru terjadi kali ini. Kondisi itu terjadi hampir setiap tahun. Padahal, biaya operasional kapal perintis ditanggung pemerintah. Operator perintis diserahkan kepada Pelni dan pihak swasta. (SYA/FRN)