Sejumlah petani di Karawang, Jawa Barat, tetap bertahan menanam padi meski kini sudah memasuki musim kemarau. Mereka berharap mendapatkan tambahan air irigasi saat pasokan air berkurang.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sejumlah petani di Karawang, Jawa Barat, tetap bertahan menanam padi meski kini sudah memasuki musim kemarau. Mereka berharap mendapatkan tambahan air irigasi saat pasokan air berkurang.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Karawang, pada awal musim gadu (kemarau), hingga pertengahan akhir Juni, dari 78.482 hektar target tanam musim ini, baru sekitar 14.735 hektar sawah di Karawang yang sudah ditanami.
Deden Sautul (33), petani di Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon, Jumat (21/6/2019), mengatakan, sejumlah petani terpaksa menunda pengolahan, penyemaian, dan penanaman padi karena air yang mengalir di saluran-saluran irigasi sangat minim. Semula sawah garapannya diolah pada akhir Mei lalu, tetapi ditunda hingga tiga minggu.
Kondisi senada dikeluhkan Bagoto (56), petani penggarap di Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya. Debit air irigasi yang sedikit menunda proses pengolahan sawah garapannya.
Menurut Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Karawang Yuyu Yudaswara, awal musim kemarau tahun ini lebih kering jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, petani tetap bisa mengolah lahannya dua hingga tiga kali karena kebutuhan air tercukupi.
”Pada musim kemarau, hal yang perlu diwaspadai adalah serangan organisme pengganggu tanaman, seperti tikus. Kondisi kering sangat disukai tikus, berbeda dengan hama wereng coklat yang suka kondisi lembab,” ujar Yuyu.
Sebelumnya, Direktur Operasi Perum Jasa Tirta II Antonius Aris mengatakan, stok air sebenarnya cukup tersedia sesuai kebutuhan. Namun, jumlah air itu berkurang dalam proses distribusinya, salah satunya karena ada pendangkalan dan penyempitan saluran.
Ia menambahkan, mundurnya masa tanam secara otomatis memperpanjang masa penyaluran air. Hal itu bisa berdampak pada kekurangan air karena sungai-sungai setempat mengering saat musim kemarau.
Adapun kendala yang dihadapi adalah masalah pendangkalan saluran irigasi yang menyebabkan debit air yang dialirkan tidak maksimal. Kerusakan saluran irigasi berpotensi memperparah masalah kekurangan air. Debit air berkurang drastis di daerah hilir akibat terjadi pendangkalan di sepanjang saluran.
”Volume air yang dikeluarkan menjadi tidak optimal karena pendangkalan. Sebagian air justru akan tumpah sebelum sampai di sawah. Hal itu yang menyebabkan kekeringan,” katanya.
Hingga akhir tahun ini, kebutuhan air untuk beberapa sektor tersebut diperkirakan mencapai 4.151 juta meter kubik. Sebanyak 3.053 juta meter kubik untuk irigasi, 367 juta meter kubik untuk industri, dan 729 juta meter kubik untuk air baku minum.