Kesadaran Iklim Pemuda Kalteng Bersama Gerakan Global
›
Kesadaran Iklim Pemuda Kalteng...
Iklan
Kesadaran Iklim Pemuda Kalteng Bersama Gerakan Global
Kepedulian anak muda untuk merestorasi hutan yang rusak semakin kuat. Di Kalimantan Tengah, anak muda tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menjaganya hingga tumbuh. Mereka pun menamakan gerakan tersebut ”The Heartland Project”.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Gerakan anak muda merestorasi hutan yang rusak terus menguat. Di Kalimantan Tengah, anak-anak muda tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menjaganya hingga tumbuh. Mereka menamakan gerakan itu ”The Heartland Project”.
Gerakan The Heartland Project diinisiasi komunitas Youth Act dan komunitas anak muda lainnya. Gerakan yang lahir di Palangkaraya, Kalteng, ini diikuti sedikitnya 800 orang di seluruh Indonesia, bersamaan dengan gerakan ”Climate Strike” di 131 negara.
Di Indonesia, mereka berasal dari Mentawai, Padang, Lombok, Malang, dan Jember serta Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua. Selain komunitas, mereka juga bergerak secara individu.
Dalam gerakan ini, baik anak kecil maupun pemuda turun ke jalan untuk melakukan protes kepada pemimpin-pemimpin negara agar lebih peduli dan mengambil tindakan untuk merespons perubahan iklim.
Di Kalteng, gerakan ini dibuat serentak pada Jumat, 21 Juni, sampai Minggu, 23 Juni. Sedikitnya 200 orang tergabung dalam gerakan ini yang tersebar di beberapa kabupaten/kota, antara lain Barito Timur, Kapuas, dan Kota Palangkaraya.
Sumarni, Koordinator The Heartland Project, menjelaskan, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan. Selain aksi turun ke jalan, mereka juga menanam pohon di lokasi hutan atau lahan bekas terbakar dan bekas tambang.
”Di Palangkaraya penanaman pohon dilakukan di lokasi bekas terbakar, sedangkan di Barito Timur di lokasi bekas tambang,” ucap Sumarni.
Menurut dia, deforestasi di Kalteng sudah sangat masif. Melalui gerakan ini, anak muda diajak menjadi penjaga hutan yang ulung.
”Mereka bisa melakukan protes dan menanam pohon di mana saja, tak hanya di hutan, di pekarangan rumah pun bisa,” ujar Sumarni.
Menjaga pohon
Dalam gerakan ini, banyak komunitas di Palangkaraya ikut bergabung. Salah satunya adalah Rimbawan Muda Universitas Palangka Raya (UPR).
Pada Jumat sore, belasan mahasiswa Jurusan Kehutanan UPR datang ke lokasi bekas terbakar di hutan sekunder di Jalan Yos Sudarso ujung. Tahun lalu, sedikitnya 10 hektar kawasan tersebut terbakar saat musim kemarau.
Di lokasi itu, mereka membuat 100 patok dengan luas 900 meter persegi. Di tiap patok mereka menanam satu bibit pohon. Dengan begitu, terdapat 100 bibit pohon dengan berbagai jenis tanaman yang akan ditanam di lokasi tersebut.
”Kami tidak mau hanya menanam, ini gerakannya berbeda. Setelah ditanam, harus dipantau dan dijaga terus sehingga bisa dipastikan pohonnya tumbuh,” ujar Koordinator Lapangan Rimbawan Muda UPR Melina.
Sore itu, Melina dan teman-teman membuat patok dengan jarak tiap patok sepanjang 3 meter. Menurut rencana, penanaman 100 bibit pohon akan dimulai pada Sabtu, 22 Juni.
”Sebelum menanam, akan ada briefing dulu. Jadi teman-teman harus paham dulu menanam pohon itu bagaimana sehingga tidak asal tanam,” kata Melina.