Masyarakat dari beragam lapisan dilibatkan dalam upaya menekan perubahan iklim. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan tukar pikiran di perhelatan Indonesia Climate Change Forum and Expo 2019 kesembilan pada September 2019.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat dari beragam lapisan dilibatkan dalam upaya menekan perubahan iklim. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan tukar pikiran di perhelatan Indonesia Climate Change Forum and Expo 2019 kesembilan pada September 2019.
Indonesia Climate Change (ICC) Forum and Expo 2019 akan menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. Acara itu akan dilaksanakan di Medan, Sumatera Utara, pada 5-8 September 2019. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berperan sebagai National Focal Point (NFP) untuk Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCC) di acara ini.
”Ini merupakan kegiatan tahunan yang menyediakan pameran dan forum terkait upaya mengendalikan perubahan iklim. Peserta pameran, antara lain, menampilkan soal energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, hingga soal pendanaan,” kata Ketua Panitia Pelaksana ICC Forum and Expo 2019 Emilia Rosa Sitohang di KLHK, Jakarta, Jumat (21/6/2019).
Pihak yang terlibat dalam forum ini antara lain sejumlah kementerian/lembaga, organisasi masyarakat, perusahaan swasta dan badan usaha milik negara (BUMN), praktisi, serta akademisi. Acara ini terbuka bagi publik. Pengunjung juga didorong untuk bertukar wawasan dengan peserta pameran dan forum.
Kepala Biro Humas KLHK Djati Witjaksono Hadi mengatakan, kegiatan ini bisa menjadi peluang untuk menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait. Kegiatan ini juga jadi tahap persiapan bagi negara untuk mengikuti konferensi internasional COP UNFCC di Chile, November 2019.
Menurut Manajer Climate Reality Project Indonesia Amanda Katili Niode, semua pihak perlu terlibat untuk mengendalikan perubahan iklim. Hal ini bisa dilakukan secara bertahap, baik sebagai individu, organisasi, maupun negara.
Penurunan emisi
Indonesia melalui National Determined Contributions pertama berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030. Dengan bantuan internasional, penurunan emisi diharapkan mencapai 41 persen.
Per 2017, persentase penurunan emisi di Indonesia sebesar 24,4 persen. Pengurangan tersebut dilakukan di lima sektor utama, yakni hutan dan lahan (17,2 persen), energi (11 persen), limbah (0,38 persen), proses industri (0,1 persen), serta pertanian (0,32 persen) (Kompas, 9/1/2019).
Djati menyebut, upaya pengurangan emisi di sektor energi sedang menjadi perhatian serius. Ini terlihat dari sejumlah upaya menggunakan energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicanangkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
”Tetapi, upaya mengendalikan perubahan iklim harus simultan dengan semua sektor. Ini kami barengi juga dengan upaya rehabilitasi 24,3 juta hektar lahan pada 2030,” katanya.
Dampak perubahan iklim pun sudah dirasakan di Jakarta. Suhu udara Jakarta tercatat meningkat hingga 1,6 derajat celsius selama satu abad terakhir. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata peningkatan suhu global sebanyak 1-1,2 derajat celsius dalam periode yang sama.
Hal ini terangkum dalam kajian peneliti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Siswanto dan tim. Kajian itu dipublikasikan di International Journal of Climatology (Kompas, 13/2/2019).