Pemerintah Victoria Dorong Investasi pada Industri Tekfin Indonesia
›
Pemerintah Victoria Dorong...
Iklan
Pemerintah Victoria Dorong Investasi pada Industri Tekfin Indonesia
Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia, ingin menjalin kerja sama yang lebih erat dengan Indonesia di industri teknologi finansial atau layanan keuangan berbasis digital. Pemerintah Victoria juga ingin meningkatkan investasi pada industri tekfin Indonesia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia, ingin menjalin kerja sama yang lebih erat dengan Indonesia di industri teknologi finansial atau layanan keuangan berbasis digital. Pemerintah Victoria juga ingin meningkatkan investasi pada industri tekfin Indonesia.
Komisaris State Government of Victoria untuk Asia Tenggara Brett Stevens menilai, potensi pasar industri tekfin Indonesia sangat besar. ”Dalam proses pengembangan tersebut, kami ingin menawarkan sistem teknologi yang bisa diterapkan di Indonesia. Sebaliknya, kami juga ingin belajar dari Indonesia,” katanya saat ditemui dalam sesi wawancara di Jakarta, Jumat (21/6/2019).
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan, pengguna internet Indonesia pada 2017 mencapai 143,26 juta jiwa atau 54,68 persen dari penduduk Indonesia. Angka ini lebih tinggi dari jumlah pengguna internet pada 2016 yang mencapai 132,7 juta jiwa.
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyebutkan, pengguna internet Indonesia pada 2017 mencapai 143,26 juta jiwa atau 54,68 persen dari penduduk Indonesia.
Stevens menjelaskan, rata-rata pendapatan industri teknologi informasi dan komunikasi Negara Bagian Victoria mencapai 34 miliar dollar AS per tahun. Victoria juga memiliki tujuh usaha rintisan yang tergolong unicorn (bernilai lebih dari 1 miliar dollar AS).
Tak hanya menawarkan teknologi, Stevens juga ingin menawarkan program-program pendidikan yang bertujuan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Saat ini tercatat ada 6.000 pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Victoria.
Program pendidikan itu berupa modul dan pelatihan yang bersifat vokasional standar internasional. Menurut Stevens, program-program ini juga dapat mengembangkan talenta SDM Indonesia di bidang teknologi informasi dan komunikasi, seperti pemrogram (programmer) dan pengembang (developer).
Stevens menyatakan, dia terkesima dengan SDM Indonesia yang bergerak dalam teknologi ekonomi digital. ”Saya sempat terintimidasi dengan anak muda Indonesia yang memiliki ide-ide brilian dan semangat berwirausaha,” katanya.
Oleh sebab itu, Stevens ingin meningkatkan jumlah pebisnis dan pelaku industri Victoria yang berinvestasi di Indonesia. Menurut dia, pebisnis dan pelaku industri tersebut memiliki peluang berkolaborasi dengan pelaku-pelaku di Indonesia untuk berinovasi dalam ekosistem tekfin yang tergolong canggih.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berpendapat, tekfin merupakan sarana layanan keuangan yang dapat meningkatkan inklusivitas finansial di tengah masyarakat. Diharapkan, pelaku tekfin nasional dapat berinovasi untuk membentuk produk keuangan yang mampu merengkuh lebih banyak orang yang tidak memiliki akses perbankan.
Memperkuat
Asia Tenggara merupakan pasar nomor dua terpenting bagi Victoria dan Indonesia merupakan negara terbesar di kawasan itu. Stevens mengatakan, pihaknya tidak dapat menyebutkan target investasi di Indonesia. ”Namun, kami ingin memperkuat dan memperdalam hubungan kami dengan Indonesia lewat kolaborasi ini,” katanya.
Misalnya, sebagai negara terdampak perang dagang antara AS dan China, Stevens berpendapat, Victoria dan Indonesia dapat memperoleh peluang dari kondisi tersebut. Contohnya, sama-sama mempelajari hambatan yang terjadi akibat perang dagang dan mengelompokkan negara-negara yang berpotensi menjadi sasaran ekspor. Hal ini dimungkinkan melalui kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia dan Australia atau IA-CEPA yang ditandatangani pada Maret 2019.
Terkait hubungan dagang antara Victoria dan Indonesia selama ini, Stevens mengatakan, pihaknya membutuhkan furnitur, produk tekstil, dan alas kaki dari Indonesia. Di sisi lain, Victoria mengekspor gandum dan suplai makanan berkelas premium ke Indonesia.