Pembahasan terhadap dampak perang tarif Amerika Serikat dengan China diperkirakan akan mendominasi pembicaraan dalam KTT Ke-34 ASEAN di Bangkok, Thailand, 20-23 Juni 2019.
BANGKOK, KAMIS—Negara-negara anggota ASEAN akan terdampak oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Itu sebabnya, para kepala negara anggota ASEAN akan membedah apa saja implikasi akibat perang dagang tersebut dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ke-34 ASEAN di Bangkok, Thailand, 20-23 Juni 2019.
Meski isu Laut China Selatan dan nasib warga etnis Rohingya di Myanmar diperkirakan juga akan menjadi agenda KTT, pembahasan soal implikasi perang dagang diperkirakan juga akan mendominasi konferensi. Apalagi, perang tarif dua kekuatan ekonomi dunia tersebut telah membuat beberapa industri meninggalkan China dan melirik Asia Tenggara.
Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif terhadap produk-produk China senilai 200 miliar dollar AS, mulai dari sepatu, kaus kaki, hingga mesin cuci dan furnitur. Beijing membalasnya dengan memberlakukan tarif atas impor produk AS senilai 60 miliar dollar.
”Salah satu penerima manfaat dari perang tarif ini adalah ASEAN,” kata peneliti di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, Drew Thompson. Pernyataan itu didasari atas keunggulan yang dimiliki industri manufaktur negara-negara anggota ASEAN, yaitu berbiaya rendah, sehingga bisa menarik investasi untuk masuk.
Perusahaan-perusahaan seperti Brooks Running Company dan produsen mesin cuci Haier mulai meninggalkan China dan mencari negara lebih ramah dan bertarif lebih rendah di Vietnam, Thailand, atau Indonesia. Perang tarif yang berimbas pada hengkangnya sejumlah perusahaan dari China mendorong Beijing lebih intensif menjajaki kerja sama perdagangannya dengan negara-negara anggota ASEAN.
Salah satu forum ekonomi di mana China terlibat bersama dengan negara-negara anggota ASEAN adalah Kemitraan Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP). Selain negara-negara anggota ASEAN dan China, RCEP juga melibatkan India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Sejauh ini, negosiasi RCEP telah menyelesaikan tujuh bab yang disepakati. Terdapat ada 14 bab yang terus dibahas. Diharapkan pembahasan RCEP bisa selesai akhir tahun ini.
Jika telah disepakati semuanya, RCEP akan menghubungkan sekitar separuh populasi dunia dan memberikan peluang bagi China untuk ikut membentuk arsitektur ekonomi Asia Pasifik setelah AS meninggalkan kawasan ini. Tak lama setelah terpilih sebagai presiden, Trump menarik AS dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang bisa menjadi kekuatan perdagangan terbesar di dunia.
Sampah plastik
Di Bangkok, puluhan orang berunjuk rasa dengan membuang sampah plastik di depan gedung pemerintah. Mereka mendesak para kepala negara di Asia Tenggara untuk melarang impor sampah dari negara maju. Banyak negara kini berjuang mengatasi membanjirnya impor sampah setelah China tahun lalu menghentikan impor sampah daur ulangnya.
Negara-negara di ASEAN saat ini menerima seperempat sampah plastik global yang sebagian besar berasal dari negara maju, seperti Kanada, AS, Australia, dan Jepang.
Sekitar 50 aktivis lingkungan Thailand, beberapa di antaranya membawa spanduk bertuliskan ”Tak ada Tempat untuk Sampah”, bergabung dalam unjuk rasa bersama Greenpeace untuk mendesak diakhirinya semua impor sampah di Asia Tenggara. ”Masyarakat ada di sini hari ini untuk mendapatkan kembali... hak hidup dalam lingkungan yang berkelanjutan di Thailand,” kata Tara Buakamsri dari Greenpeace Thailand.
Sampah yang diimpor seharusnya adalah sampah daur ulang. Namun, terkadang sampah yang tiba bercampur dengan barang yang tak bisa didaur ulang atau barang yang tidak ditangani dengan benar sehingga terpaksa dibakar atau justru mengotori sungai dan laut.