Keputusan Bank Indonesia memangkas rasio giro wajib minimum denominasi rupiah sebesar 50 basis poin dinilai efektif mendorong likuiditas. Diharapkan pelonggaran likuiditas berdampak pada pertumbuhan kredit perbankan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan Bank Indonesia memangkas rasio giro wajib minimum denominasi rupiah sebesar 50 basis poin dinilai efektif mendorong likuiditas. Diharapkan pelonggaran likuiditas berdampak pada pertumbuhan kredit perbankan.
Rasio giro wajib minimum (GWM) merupakan rasio cadangan wajib yang harus dipertahankan dalam rekening giro pada bank sentral. Besaran GWM ditetapkan bank sentral berdasarkan persentase dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 19-20 Juli 2019 memutuskan memangkas rasio GWM menjadi 6 persen untuk bank konvensional, serta 4,5 persen untuk bank syariah. Penerapan rasio GWM yang baru ini akan berlaku efektif pada 1 Juli 2019.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Haru Koesmahargyo, kepada Kompas, Jumat (21/6/2019), mengatakan, penurunan rasio GWM berpotensi untuk menambah likuiditas BRI hingga Rp 4 triliun.
”Proyeksi penghimpunan dana dan kredit kami masih on track dan mudah-mudahan akan tercapai sesuai dengan rencana kerja dan anggaran perusahaan,” katanya.
Haru menargetkan penyaluran kredit BRI mampu tumbuh hingga 14 persen dibandingkan penyaluran sepanjang 2018. Adapun rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) ditargetkan akan terjaga di level 2,2 persen. Lewat relaksasi GWM, Haru optimistis laba bersih BRI pada 2019 dapat tumbuh 10-12 persen.
Direktur Strategy, Compliance & Risk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Mahelan Prabantarikso menilai, kebijakan relaksasi GWM memberikan kesempatan perbankan untuk mengelola likuiditas. Di tengah mengetatnya likuiditas perbankan, keputusan BI merelaksasi GWM dinilai tepat
”Salah satu kebijakan moneter dari BI yang akomodatif adalah penambahan likuiditas dan memastikan kecukupan likuiditas,” ujarnya.
Secara umum, lanjut Mahelan, pelonggaran GWM membuat likuiditas perbankan akan bertambah. Namun, menurut Mahelan, dampak dari relaksasi ini masih perlu ditelaah lebih jauh terhadap kemampuan mencapai target pertumbuhan penyaluran kredit perbankan tahun ini.
Pelonggaran GWM membuat likuiditas perbankan akan bertambah. Namun, dampak dari relaksasi ini masih perlu ditelaah lebih jauh terhadap kemampuan mencapai target pertumbuhan penyaluran kredit perbankan tahun ini.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana menilai, dampak penurunan rasio GWM terhadap pertumbuhan kredit bergantung pada NPL perbankan dan permintaan kredit.
Pelonggaran rasio GWM itu tidak dapat secara instan mendorong kredit perbankan yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi. Sebab, proses penyaluran likuiditas bank menjadi aliran kredit membutuhkan waktu cukup lama.
”Bila permintaan kredit dari masyarakat mulai pulih, dampak pelonggaran likuiditas terhadap pertumbuhan penyaluran kredit seharusnya bisa lebih cepat, bisa sekitar 6 bulan,” katanya.
Harga saham rontok
BI juga memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen. Tingkat suku bunga ini sebenarnya tidak sesuai dengan persepsi pelaku pasar yang berekspektasi suku bunga sudah turun pada Juni 2019.
Dampaknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok dalam dua hari perdagangan beruntun. Terakhir pada Jumat, IHSG ditutup di posisi 6.315,43, turun 0,32 persen dari posisi hari sebelumnya sebesar 6.355.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma melihat, BI tidak mau gegabah menurunkan suku bunga acuan. Saat ini, otoritas moneter masih menunggu posisi neraca perdagangan Juni 2019 yang diprediksi masih defisit.
”Namun, saya yakin, suku bunga akan segera turun menyusul penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed yang diprediksi terjadi pada Juli 2019,” ujarnya.