JAKARTA, KOMPAS — Rencana memperbesar kekuatan politik koalisi partai pendukung pemerintah dinilai tidak mendesak. Untuk praktik demokrasi yang lebih sehat dan dinamis, partai-partai yang tergabung dalam koalisi pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin membutuhkan koalisi oposisi sebagai kekuatan penyeimbang di parlemen.
Terlebih, berdasarkan hasil Pemilihan Legislatif 2019 yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum pada 21 Mei 2019, kekuatan politik dari lima partai pendukung Jokowi-Amin saat ini sudah mayoritas dengan mencapai 54,9 persen. Sementara kekuatan partai nonpemerintah yang terdiri dari Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat di DPR adalah 35,39 persen.
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Andreas Hugo Pareira di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2019), mengatakan, pembagian kursi kekuasaan tidak perlu dilakukan dengan partai-partai non-pendukung pemerintah. Menurut dia, dalam iklim demokrasi yang sehat, pemerintah tetap membutuhkan kekuatan penyeimbang dari partai-partai oposisi.
Selain itu, ia khawatir publik akan menilai elite-elite politik tidak konsisten dengan pendiriannya selama kontestasi pemilu.
”Hanya karena kekuasaan, lalu elite mengorbankan hal-hal yang sebelumnya diperjuangkan. Hal itu tidak bagus untuk pembelajaran politik. Terlalu murah kalau hanya karena ingin dapat kursi menteri, lalu menjual apa yang selama ini diperjuangkan,” tuturnya.
Ia mengatakan, demi demokrasi yang sehat, kekuatan oposisi justru dibutuhkan agar program-program pemerintah tetap dikawal dengan obyektif. Perbedaan pendapat dalam demokrasi, menurut dia, penting untuk menghasilkan kebijakan yang benar-benar berorientasi pada kepentingan publik.
”Dialektika itu penting dalam politik. Jika tidak, pemerintahan ke depan belum tentu efektif,” ucap Andreas.
Sebelumnya, ada wacana untuk memperbesar koalisi. Sejumlah partai, seperti Demokrat dan PAN, gencar melakukan komunikasi dengan Jokowi. Beberapa pertemuan antara para elite itu juga dilakukan atas undangan Jokowi. Belakangan, muncul wacana juga untuk memunculkan kabinet rekonsiliasi, tidak hanya dengan menggandeng Demokrat dan PAN, tetapi juga Partai Gerindra.
Namun, resistensi mulai muncul di internal koalisi pendukung Jokowi-Amin. Sebelumnya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar juga menyarankan agar Koalisi Indonesia Kerja (KIK), koalisi pendukung Jokowi-Amin, tidak perlu menambah partai lain untuk masuk ke koalisi. Menurut dia, komposisi partai KIK saat ini sudah cukup.
”Pada dasarnya koalisi pendukung Jokowi-Amin ini sudah gemuk, jumlahnya besar, sehingga di DPR tidak perlu tambahan lagi. Untuk sementara ini, cukup yang ada saja,” katanya.
Wakil Sekretaris Jenderal PKB Jazilul Fawaid juga menilai, kalaupun reposisi koalisi perlu dilakukan guna memuluskan rekonsiliasi kedua kubu yang bersaing itu, pembagian kekuasaan perlu dilakukan secara proporsional.
Partai dari luar koalisi dinilai tidak perlu mendapat kursi menteri, tetapi jabatan di lembaga pemerintahan lainnya. Jazilul berharap jatah kursi menteri dari partai diberikan kepada partai koalisi utama.
”Kalau mau di pemerintahan, jangan di posisi kementerian, ada lembaga lain, ada duta besar, badan usaha milik negara. Masa tamu yang datang duluan disamakan dengan yang datang belakangan,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, partainya belum berencana menggelar rapat internal untuk membahas dan menegaskan sikap politik Demokrat untuk lima tahun ke depan.
Demokrat juga belum berencana mengadakan kongres luar biasa untuk regenerasi kepemimpinan, sebagaimana usulan yang muncul dari sejumlah politisi senior, akhir-akhir ini. ”Sampai hari ini belum, momentumnya tidak tepat. Kami sedang fokus pada hal lain, keluarga Yudhoyono juga masih berduka,” kata Hinca.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, ujarnya, saat ini masih fokus menyusun buku dan lagu untuk mengenang istrinya, Ani Yudhoyono, yang meninggal pada 1 Juni 2019. ”Jadi, hari-hari ini, di Partai Demokrat, kami masih bicara soal kedukaan,” ujarnya.