ASEAN Tindak Lanjuti Repatriasi Rohingya dan Cegah Insiden Laut China Selatan
›
ASEAN Tindak Lanjuti...
Iklan
ASEAN Tindak Lanjuti Repatriasi Rohingya dan Cegah Insiden Laut China Selatan
ASEAN menindaklanjuti hasil penilaian kebutuhan awal repatriasi pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar. Proses repatriasi akan terus berjalan sesuai rencana.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menindaklanjuti hasil penilaian kebutuhan awal repatriasi pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar. Proses repatriasi akan terus berjalan sesuai rencana.
Komitmen tersebut dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ke-34 ASEAN yang digelar pada 20-23 Juni 2019 di Bangkok, Thailand. Sebagaimana yang diwartakan, lebih dari 700.000 warga Rohingya lari untuk menghindari persekusi yang terjadi di Rakhine, Myanmar, pada 2017.
”Negara anggota ASEAN akan membantu tindak lanjut penilaian kebutuhan awal serta mitra yang bersedia membantu terkait area kerja sama potensial yang telah diidentifikasi,” ujar Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Antonio Morato Tavares saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Jose melanjutkan, repatriasi sudah dapat dilakukan apabila proses registrasi pengungsi dilakukan berdasarkan tiga elemen pokok, yaitu sukarela, aman, dan bermartabat. Selain itu, ASEAN juga menyoroti masalah keamanan untuk menjamin keselamatan pengungsi yang akan kembali.
Proses repatriasi dapat membutuhkan waktu enam tahun. ASEAN dapat membantu repatriasi dengan meningkatkan kapasitas pusat penerimaan dan transit, penyebaran informasi, serta layanan dasar.
Penilaian kebutuhan awal repatriasi dilakukan Tim Tanggap Darurat dan Penilaian ASEAN (ASEAN-ERAT) pada 4-13 Mei 2019. Hasil laporan menyebutkan, proses repatriasi dapat membutuhkan waktu enam tahun. ASEAN dapat membantu repatriasi dengan meningkatkan kapasitas pusat penerimaan dan transit, penyebaran informasi, serta layanan dasar.
Dikutip dari akun Twitter resmi, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam ASEAN Foreign Ministers’ Meeting menyampaikan, Indonesia mengusulkan alur waktu (timeline) untuk mengimplementasi rekomendasi ASEAN-ERAT.
Profesor Ilmu Politik Thammasat University Prapat Thepchatree mengatakan, kecil kemungkinan akan ada kritik yang dilontarkan kepada Myanmar terkait Rohingya dalam KTT ASEAN. Isu tersebut merupakan isu sensitif untuk dibahas.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, Malaysia berjanji membantu pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan di Malaysia. Untuk itu, lanjutnya, ASEAN perlu menghentikan kekerasan yang dialami mereka.
”Mereka adalah pengungsi. Kami akan membantu mereka sebisa mungkin. Kami harap ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk menghentikan kekerasan terhadap warga Rohingya,” tutur Mahathir, Jumat (21/6/2019).
Organisasi kemanusiaan internasional selama ini mengkritik ASEAN gagal mengatasi isu Rohingya. Malaysia merupakan negara anggota ASEAN yang secara terbuka mengecam perlakuan Myanmar terhadap warga Rohingya.
Laut China Selatan
KTT ASEAN juga membahas isu Laut China Selatan (LCS). ASEAN dan China sedang menyusun Kode Tata Perilaku di LCS untuk mencegah insiden dan manajemen insiden yang telanjur terjadi di LCS.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Busadee Santipitaks mengatakan, ASEAN telah membuat kemajuan yang baik dalam membahas konsep Kode Etik Perilaku di LCS. Pembacaan draf tersebut kemungkinan akan selesai pada akhir 2019.
Baru-baru ini, sebuah insiden kembali terjadi di LCS. Sebuah kapal Filipina yang yang berlabuh ditabrak sebuah kapal China pada 9 Juni 2019. Awak kapal Filipina diselamatkan oleh kapal Vietnam.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan akan berdiskusi lebih dalam terkait isu LCS dan sikap China. ”Apakah benar bagi China untuk mendeklarasikan kepemilikan suatu lautan,” katanya dalam pidato.
ASEAN akan menekankan pentingnya tidak melakukan militerisasi dan aktivitas yang dapat memperumit kondisi di LCS.
Sebuah konsep pernyataan yang disusun dalam KTT ASEAN menyebutkan, ASEAN akan menekankan pentingnya tidak melakukan militerisasi dan aktivitas yang dapat memperumit kondisi di LCS.
Selain itu, KTT ASEAN juga membahas isu perang dagang Amerika Serikat- China, Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), dan sampah laut. (AFP/AP/REUTERS)