JAKARTA, KOMPAS — Harga emas terus meningkat. Diperkirakan kenaikan harga emas yang signifikan itu akibat imbal hasil obligasi di dunia yang merosot akibat ketidakpastian pasar keuangan dunia.
Ketidakpastian itu ditengarai membuat pemilik dana memburu emas sebagai salah satu instrumen investasi yang dinilai aman.
”Ketidakpastian pasar keuangan dunia semakin panjang dan kompleks sehingga Bank Sentral Amerika Serikat pun ragu-ragu untuk menurunkan suku bunga acuan. Saat obligasi Pemerintah AS berjangka waktu 10 tahun turun, yang disuruh koreksi obligasi negara-negara lain, maka pemodal berbalik arah melepas obligasi,” kata Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto di Jakarta, Jumat (21/6/2019).
Sementara Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk Kunto Hendrapawoko memperkirakan, harga emas melonjak karena investor sudah memprediksi Bank Sentral AS, The Fed, akan menurunkan suku bunga acuan. Investor pun memindahkan investasi mereka ke komoditas emas.
Menurut Kunto, kenaikan harga emas berpotensi meningkatkan penjualan emas. Itu karena selain sebagai instrumen investasi, emas juga bisa menjadi semacam alat lindung nilai.
Angka transaksinya belum bisa disampaikan. Namun, jika dilihat dari animo di butik Logam Mulia pasca-Lebaran, banyak orang yang sampai antre untuk membeli emas.
Berdasarkan data di laman Logam Mulia dari Antam, harga logam mulia atau emas batangan naik dari Rp 666.000 per gram pada 31 Mei 2019 menjadi Rp 707.000 per gram pada 21 Juni.
Adapun di pasar tunai, berdasarkan data di laman Konsil Emas Dunia, harga emas naik dari 41,18 dollar AS per gram pada 30 Mei 2019 menjadi 44,35 dollar AS per gram pada 20 Juni 2019.
Transaksi
Kenaikan harga ini membuat transaksi penjualan dan pembelian kembali emas batangan meningkat.
Menurut data PT Pegadaian (Persero), pada 1 Juni, penjualan di tabungan emas Pegadaian sebanyak 2.143 gram emas. Pada 20 Juni, penjualan meningkat menjadi 10.761 gram.
Adapun pembelian kembali juga melonjak, dari 1.027 gram pada 1 Juni menjadi 6.675 gram pada 20 Juni.
General Manager Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia PT Antam Tbk M Abi Anwar mengatakan, kenaikan harga emas dunia tersebut setelah Lebaran 2019 tergolong signifikan.
”Angka transaksinya belum bisa disampaikan. Namun, jika dilihat dari animo di butik Logam Mulia pasca-Lebaran, banyak orang yang sampai antre untuk membeli emas. Hal ini menjadi indikator kesadaran masyarakat yang meningkat dalam menjadikan emas sebagai instrumen investasi,” katanya, Jumat, di Jakarta.
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk PT Pegadaian (Persero) Harianto Widodo memaparkan, lonjakan penjualan emas terjadi sejak Senin (10/6/2019) dengan jumlah 14,99 kilogram. Padahal, sehari dan sepekan sebelumnya, jumlahnya berkisar 1,03 kg hingga 1,44 kg.
Emas masih diminati sebagai alternatif investasi. Kenaikan harga tidak menyurutkan minat masyarakat berinvestasi emas.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Syariah Mandiri Ahmad Reza mengakui, emas masih diminati sebagai alternatif investasi. Kenaikan harga tidak menyurutkan minat masyarakat berinvestasi emas.
Hal ini terlihat dari transaksi yang meningkat pada produk Cicil Emas dari Bank Syariah Mandiri.
Reza memaparkan, omzet cicil emas pada sembilan hari kerja bulan Mei 2019 sebesar Rp 12 miliar. Jumlah ini meningkat 15 persen pada sembilan hari kerja Juni 2019.
Perhiasan
Akan tetapi, kenaikan harga emas belum berdampak pada penjualan produk perhiasan emas. Produk perhiasan emas memiliki variasi kadar emas dengan harga jual yang lebih murah sehingga potensi pasar masih tetap terbuka.
Direktur Keuangan PT Hartadinata Abadi Tbk, perusahaan produsen perhiasan emas, Denny Ong di Jakarta, Jumat, menyampaikan, saat ini masih dalam periode pasca-Lebaran.
”Biasanya, setelah Lebaran, masyarakat memang menjual emas,” kata Deny.
Deny menambahkan, penjualan perhiasan emas lebih didominasi perhiasan emas berkadar rendah dengan harga jual yang tidak terlalu mahal. Harga emas berkadar rendah berkisar Rp 200.000-Rp 300.000 per gram.
Menurut dia, masyarakat Indonesia sebenarnya sudah terbiasa dengan kenaikan harga emas. Perhiasan emas yang dibeli digunakan sebagai perhiasan dan investasi.
Ryan Kiryanto menambahkan, sepanjang ketidakpastian perekonomian global masih belum memunculkan tanda-tanda usai, pemodal masih diperkirakan memburu emas. Dengan kondisi itu, harga emas diperkirakan terus meningkat.
”Apalagi, Bank Sentral China belum lama ini juga terus menambah cadangan emasnya,” ujar Ryan.