Kedamaian di Tanjung C’beery
Destinasi wisata Tanjung C’beery di Kota Jayapura diharapkan menjadi destinasi wisata berbasis digital. Kawasan ini tidak hanya menjadi percontohan, tetapi juga menjadi destinasi wisata dengan tata kelola yang baik dan kompetitif.
Suasana tenang, laut yang jernih, indahnya pemandangan Jembatan Holtekamp, dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Kesan itu yang pertama muncul ketika pengunjung berada di destinasi wisata Tanjung C’beery, Kota Jayapura, Papua.
Tanjung C’beery kini menjadi primadona baru pariwisata di Kota Jayapura. Wilayah ini terletak di administrasi Kampung Enggros, Distrik Abepura. Perjalanan dari Tanjung C’beery ke Enggros berperahu motor sekitar lima menit.
Biaya sewa pondokan di Tanjung C’beery dipatok Rp 100.000 - Rp 150.000 per pondok. Di area sejuk yang masuk dalam kawasan perairan Teluk Youtefa ini ditumbuhi ratusan pohon kelapa, cemara, dan ketapang. Pengunjung bisa menghabiskan waktu dengan berenang di pantai yang berair jernih. Mereka juga bisa menikmati aktivitas masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan tradisional.
Bisa juga berswafoto di spot-spot yang menarik. Misalnya memanfaatkan spot pemandangan Jembatan Holtekamp. Jembatan ini menjadi ikon swafoto di Kota Jayapura selain Pos Lintas Batas Negara Indonesia-Papua Niugini.
Apabila tak membawa makanan, pengunjung juga bisa menikmati kuliner lokal khas Enggros, misalnya papeda bakar, bungkus, sagu bakar, dan sate kerang.
Reynaldo Aepasa (39), salah satu pengunjung, mengaku terpukau dengan keindahan Tanjung C’beery. Tempat ini tidak hanya menawarkan spot foto dan berenang, tetapi juga suasana sejuk dan kedamaian.
”Berekreasi ke Tanjung C’beery bisa mengurangi kepenatan,” ujar Reynaldo, pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Keerom. Pengelola tempat wisata Tanjung C’beery, Syoni Meraudje (54), menuturkan, Tanjung C’beery terbentuk dari fenomena gundukan pasir di ujung Tanjung Teluk Youtefa pada 1980-an akibat tsunami. Karena itu, tempat itu disebut c’beery dalam bahasa daerah setempat yang berarti ’di ujung tanjung’.
Pihaknya baru membuka Tanjung C’beery sebagai destinasi wisata pada Februari 2018. Pada mulanya hanya ada 100 pengunjung per minggu, kini telah mencapai 500 orang per minggu.
Syoni dan sekitar 10 warga terus mempercantik tempat itu. Disiapkan pula tenaga kebersihan, panggung festival kebudayaan dan musik, serta lapangan futsal. ”Dalam sehari, kami bisa mendapat Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Kami menciptakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Enggros,” kata Syoni.
Mudah diakses
Perjalanan ke Tanjung C’beery sangat mudah. Wisatawan dari luar Papua yang bermukim di Sentani, Kabupaten Jayapura, bisa menyewa mobil dengan tarif Rp 250.000 sekali perjalanan ke Dermaga Teluk Youtefa, Distrik Abepura, Kota Jayapura, dengan jarak sekitar 20 kilometer. Untuk lebih hemat, wisatawan dapat menyewa kendaraan per hari Rp 600.000.
Setelah tiba di Dermaga Tradisional Teluk Youtefa, wisatawan melanjutkan perjalanan dengan perahu motor selama 10 menit ke Tanjung C’beery. Wisatawan yang bermukim di Kota Jayapura bisa menggunakan jasa sepeda motor dan mobil daring ke dermaga tradisional di Pantai Hamadi.
Sesampainya di Dermaga Hamadi, wisatawan menggunakan perahu motor ke Tanjung C’beery, sekitar lima menit, dengan biaya Rp 10.000 per orang.
Selain jalur laut, pengunjung juga dapat melewati jalur darat dengan menggunakan mobil dan sepeda motor dari daerah Holtekamp, Kampung Muara Tami. Ada jalan sepanjang 1,8 kilometer menuju Tanjung C’beery.
Keunggulan utama Tanjung C’beery adalah terkoneksi dengan destinasi wisata lain di Enggros. Misalnya dengan Kampung Tradisional Enggros yang dihuni 600 jiwa, Pantai Hamadi, Pulau Debi yang menjadi situs masuknya agama Kristen Protestan, dan hutan bakau seluas 8 hektar.
Apabila Jembatan Holtekamp telah beroperasi pada bulan Juli ini, dalam sehari wisatawan dapat menikmati seluruh paket wisata dari Tanjung C’beery hingga ke Pos Lintas Batas Negara Skouw antara Indonesia dan Papua Niugini di Muara Tami. Wisatawan hanya butuh waktu sekitar 45 menit dengan mobil.
Destinasi wisata unik
Kepala Kampung Enggros Orgenes Meraudje mengatakan, pihaknya memiliki banyak destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah tinggi, eksotis, dan memiliki fungsi konservasi lingkungan, seperti hutan bakau. ”Kami akan menjadikan Tanjung C’beery sebagai badan usaha Kampung Enggros,” ucap Orgenes, kakak kandung Syoni.
Koordinator Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Papua, Jerry Aronggear, mengatakan, pihaknya bersinergi dengan Dinas Pariwisata Pemkot Jayapura dan pengelola setempat menjadikan Tanjung C’beery sebagai lokasi percontohan destinasi wisata berbasis digital di Papua.
Genpi akan berkoordinasi dengan salah satu bank BUMN menyiapkan cara transaksi nontunai selama menggunakan aneka fasilitas di Tanjung C’beery. Para pengunjung bisa membeli makanan hingga kerajinan tangan khas masyarakat setempat dengan kartu. Genpi juga akan mendampingi masyarakat mengatur manajemen pengelolaan Tanjung C’beery yang tertata baik dan menyediakan aneka layanan produk berkualitas.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura Mathias Mano menyatakan, Tanjung C’beery akan menjadi perintis destinasi wisata. Sebab, destinasi ini memiliki tata kelola yang baik dari sistem tarif hingga penyediaan fasilitas bagi wisatawan.
”Selama ini banyak warga yang mengeluhkan mahalnya biaya fasilitas sejumlah destinasi di Kota Jayapura. Mudah-mudahan kehadiran Tanjung C’beery dapat mengubah masyarakat pengelola memberikan harga kompetitif bagi para pengunjung,” kata Mathias.