Menginternasionalkan Si Geng Hitam
Menonton sekuel film terbaru Men In Black: International itu sensasi dan rasanya sama seperti membeli dan menikmati masakan khas tradisional, tetapi versi yang dijual di restoran atau hotel berbintang di luar negeri dan dimasak oleh seorang chef berkebangsaan asing.
Nama menu, isi dan bahan-bahan, serta tampilan fisik makanan yang dipesan itu boleh jadi sama atau setidaknya mirip-mirip. Namun, saat dicicipi, cita rasa yang tercecap di lidah terasa seolah menyisakan tanda tanya dan kesan ”menggantung” walau perut boleh saja terasa kenyang.
Dalam sekuel keempat ini, peran duet agen andal pada tiga sekuel sebelumnya, Agen J (Will Smith) dan Agen K (Tommy Lee Jones), digantikan duet baru Agen H (Chris Hemsworth) dan Agen M (Tessa Thompson).
Masalahnya, orang mungkin masih belum lupa dengan peran Hemsworth dan Thompson saat beberapa kali mereka juga beradu akting di semesta Avengers, terutama saat masing-masing berperan sebagai Dewa Petir Thor dan prajurit pasukan khusus wanita Kerajaan Asgard, Valkyrie, di Thor: Ragnarok.
Dalam Men In Black: International ini, Agen M digambarkan sebagai seorang yang sangat terobsesi pada organisasi superrahasia, yang bertugas mengatur sekaligus mengelola keberadaan para alien di muka bumi ini.
Perilaku obsesif dipicu kejadian saat Agen M kecil melihat dua agen MIB beraksi mengejar seekor alien, yang juga masuk ke dalam kamarnya. Agen M lalu diterima magang di MIB dengan setengah memaksa, berbeda dengan kisah perekrutan terhadap Agen J di seri pertama.
Agen M merasa layak dipertimbangkan untuk bergabung lantaran dirinya tak hanya mampu mengungkap keberadaan organisasi superrahasia itu, tetapi juga bisa menemukan dan menerobos markas besarnya di New York, Amerika Serikat.
Seperti juga di tiga sekuel sebelumnya, sejumlah ciri khas dan penampilan luar para agen MIB tetap dipertahankan. Beberapa pernak-pernik, seperti kacamata dan setelan mewah warna hitam, senjata dan alat transportasi canggih berteknologi alien.
Selain itu juga tak lupa perangkat canggih legendaris khas agen MIB, alat pembuat lupa, neuralizer, yang bentuknya seperti spidol berbahan metal dan mengeluarkan cahaya pelumpuh ingatan.
Agen M sendiri direkrut sebagai agen magang oleh Agen O (Emma Thompson), pemimpin markas besar MIB di New York, Amerika Serikat. Agen O satu-satunya tokoh sekaligus pemain, yang tampil dan muncul kembali dari sekuel ketiga MIB (2012).
Sebagai tugas pertamanya, Agen M berangkat ke ”cabang” MIB di London, Inggris, tempat dia kemudian bertemu Agen H dan atasannya, Agen High T (Liam Neeson). Penugasan itu membawa Agen M bertualang ke banyak negara, seperti Maroko, Perancis, dan kawasan Mediterania.
Tak hanya jalan-jalan, keduanya juga bertemu sejumlah alien, beberapa dari mereka sangat berbahaya. Kedua agen berupaya keras bekerja sama di tengah perbedaan mendasar mereka. Agen H yang lebih senior berperilaku serampangan dan sok jagoan, sementara Agen M punya kemauan kuat dan cukup cerdas walau tak berpengalaman.
Humor tingkat lanjut
Secara ekonomi sekuel keempat kali ini dianggap tak terlalu menggembirakan atau mampu memenuhi ekspektasi. Hal itu terutama terkait perolehan hasil penjualan tiket box office, yang pada akhir pekan ini angkanya hanya berada di kisaran 28,5 juta dollar Amerika Serikat atau setara Rp 403 miliar.
Angka perolehan tiket tersebut jauh dari yang pernah diperoleh pada sekuel-sekuel MIB sebelumnya, yang terutama saat masih dibintangi duet Will Smith dan Tommy Lee Jones. Padahal, mengutip Variety.com, seperti dimuat kantor berita Reuters, pihak produser Sony sendiri mendanai pembuatan film sekuel keempat ini secara patungan.
Sony bekerja sama dengan dua pihak lain, Hemisphere dan Tencent. Ketiganya menggelontorkan dana 110 juta dollar AS atau setara lebih dari Rp 1,5 triliun. Angka itu disebut-sebut memang masih jauh lebih kecil atau hanya separuh dari dana yang dikeluarkan saat membuat sekuel Men In Black 3 tujuh tahun lalu.
Namun, sekuel keempat kali ini terbilang mampu melanjutkan ”tradisi” lama, terutama dalam konteks menghadirkan sejumlah humor segar sepanjang jalan ceritanya. Dalam Men In Black: International kali ini, candaan-candaan yang terlontar bahkan dinilai lebih bermuatan dan masuk ke level selanjutnya.
Semisal ketika usai sesi briefing, Agen M bertanya kepada Agen O kenapa semua agen dipukul rata dengan sebutan berjender laki-laki (men), bukan disebut ”Women In Black” jika si agen perempuan. Menjawab itu, Agen O dengan nada sedikit nyinyir mengaku sudah pernah mempermasalahkannya, tetapi institusi MIB dia nilai masih belum siap dan butuh waktu.
Sementara itu, dalam salah satu adegan lain, sutradara F Gary Gray juga terkesan mencoba memparodikan status Hemsworth, yang kerap diidentikkan sebagai tokoh Thor di film lain. Thor sendiri adalah sosok Dewa Petir dengan senjata khasnya palu godam, Mjolnir.
Dalam salah satu adegan, Agen H berhadapan dan berkelahi dengan salah satu makhluk alien berukuran lebih besar dan kuat. Agen H lalu mencoba menyerang dengan melemparkan sebuah palu biasa berukuran normal, yang tentu saja dapat dengan mudah ditangkap musuhnya.
(WISNU DEWABRATA)