Upacara pemakaman presiden pertama RI, Soekarno, di Blitar, Jawa Timur, Senin, 22 Juni 1970, mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Sejak pagi warga memadati jalan Malang-Blitar yang akan dilewati kendaraan pembawa jenazah Soekarno.
Soekarno yang sebelumnya dirawat di kediamannya di Wisma Yasa Jakarta, sejak 16 Juni 1970 dirawat di RS Angkatan Darat karena kondisi kesehatannya memburuk. Hanya sempat dirawat lima hari, Soekarno wafat pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 07.00. Jenazahnya keesokan harinya diterbangkan dari Jakarta ke Malang, kemudian dibawa ke Blitar melalui jalur darat.
Warga yang mengetahui rencana pemakaman Bung Karno di Blitar memadati sepanjang jalan Malang-Blitar untuk memberikan penghormatan terakhir. Tak hanya di tepi jalan, warga juga naik ke atap rumah, bahkan memanjat pohon, hanya untuk melihat mobil pembawa jenazah Soekarno. Saking banyaknya warga, perjalanan Malang-Blitar sejauh 90 kilometer harus ditempuh mobil pembawa jenazah sekitar empat jam.
Tepat pukul 16.55, jenazah Bung Karno dimasukkan ke liang lahat, yang berada persis di samping makam ibunya. Pemakaman dilakukan secara militer dengan inspektur upacara Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Panggabean.
Hadir dalam upacara pemakaman itu istri Bung Karno, Ny Dewi Soekarno dan Ny Hartini, serta anak-anak Bung Karno, Guntur Soekarnoputra, Megawati, Rahmawati, Sukmawati, Guruh, Kartika Sari, Taufan, Bayu, dan para menantu.
Isak tangis mewarnai upacara pemakaman. Suara tangis dan banjir air mata semakin menjadi-jadi ketika dibacakan riwayat hidup almarhum dan Apel Persada diiringi bunyi terompet syahdu yang menyayat hati, ”... Kami mempersembahkan jiwa raga Dr Ir Soekarno ke pangkuan Ibu Pertiwi....” (THY)