Sebuah rumah di Maleber, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat, ludes dilalap api, Senin (24/6/2019). Dua penghuni rumah, Suratmih (85) dan Yani (59), tewas diduga akibat kehabisan oksigen.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebuah rumah di Maleber, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat, ludes dilalap api, Senin (24/6/2019). Dua penghuni rumah, Suratmih (85) dan Yani (59), tewas diduga akibat kehabisan oksigen.
Kedua jenazah korban ditemukan di kamar mandi. ”Jenazahnya tidak hangus. Jadi, dugaan sementara, korban terjebak dan kehabisan oksigen,” ujar Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DKPB) Kota Bandung Dadang Iriana.
Api diduga berasal dari tungku di bagian belakang rumah. Api kemudian merambat dan menghanguskan nyaris seluruh bangunan rumah seluas 140 meter persegi itu. Hanya teras dan pekarangan yang tersisa.
Dadang mengatakan, pihaknya menerima laporan kebakaran dari warga pukul 10.15. Lima menit berselang, sebuah mobil pemadam dari DKPB Unit Pelaksana Teknis Barat tiba di lokasi kebakaran. Total enam mobil pemadam dikerahkan untuk memadamkan api.
Api dapat dipadamkan sekitar pukul 11.00. Petugas melakukan pendinginan hingga pukul 12.20 untuk mencegah munculnya titik api yang dapat memicu kebakaran susulan.
Dadang mengimbau masyarakat mewaspadai potensi kebakaran yang tinggi di musim kemarau. Selain pembakaran, sumber api juga sering dipicu sambungan listrik.
”Jangan remehkan api sekecil apa pun. Bisa fatal akibatnya. Misalnya, dalam membakar sampah, harus dipantau sampai api padam,” ucapnya.
Lokasi kebakaran tersebut berada di permukiman padat penduduk. Aksesnya melalui gang sempit selebar sekitar 1 meter.
Tembok rumah korban di bagian samping kiri dan belakang berbatasan langsung dengan rumah warga lainnya. Namun, api dapat dipadamkan sebelum menjalar ke rumah tetangga korban.
”Petugas cepat datang sehingga api tidak semakin besar,” ujar Siti Solihati (43), tetangga korban. Tembok rumah Siti berwarna hitam akibat terkena kobaran api. Namun, seluruh bangunan rumahnya masih utuh.
Jangan remehkan api sekecil apa pun. Bisa fatal akibatnya. Misalnya, dalam membakar sampah, harus dipantau sampai api padam.
Siti mengatakan, kebakaran terjadi sangat cepat. Sekitar pukul 10.00, dia baru tiba di rumahnya sehabis pulang berjualan bakso dari Pasar Andir.
Saat baru masuk ke rumahnya, Siti mendengar teriakan kebakaran. Dia bergegas keluar rumah untuk memantau keadaan.
Siti melihat api sudah menjalar ke ruang tengah rumah korban. Dia juga melihat korban Yani sedang membuka pagar.
”Saya pikir Bu Yani membuka pagar supaya tetangga gampang masuk ke rumah memadamkan api. Ternyata dia kembali ke rumah untuk menolong Bu Suratmih,” ujarnya.
Siti menyebutkan, korban memang menggunakan tungku. Bahkan, sebelum kejadian ini, rumah itu pernah tiga kali terbakar akibat api dari tungku.
”Sebelumnya, api tidak sampai membesar. Hanya kebakaran kecil sehingga bisa dipadamkan sendiri dan dibantu warga,” lanjutnya.