Meski tinggi muka air menurun karena kemarau, Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, masih memiliki simpanan air sekitar 200 juta meter kubik. Saat ini, Gajah Mungkur masih terus memasok kebutuhan air untuk irigasi pertanian di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
WONOGIRI, KOMPAS — Meski tinggi muka air menurun karena kemarau, Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, masih memiliki simpanan air sekitar 200 juta meter kubik. Saat ini, Gajah Mungkur masih terus memasok kebutuhan air untuk irigasi pertanian di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah, hingga Oktober.
”Sekarang ini yang kami lepas dari Wonogiri (Gajah Mungkur) sebesar 25 meter kubik per detik. Itu untuk memenuhi kebutuhan irigasi Colo Barat dan Timur,” kata Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air III Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo Viari Djajasinga selaku pengelola Bendungan Serbaguna Wonogiri atau Waduk Gajah Mungkur dihubungi dari Solo, Senin (24/6/2019).
Viari mengatakan, tinggi muka air Waduk Gajah Mungkur pada Senin (24/6/2019) pukul 06.00 tercatat 133,25 SHVP (SurabayaHaven Vloed Peil) dengan volume air tersimpan sekitar 200 juta meter kubik. Tinggi muka air tersebut turun dibandingkan saat puncak musim hujan pada Maret 2019 dengan tinggi muka air maksimal 136 SHVP dengan volume air 350 juta meter kubik. ”Kami berusaha berhemat untuk menghadapi musim kemarau ini. Prioritas pertama untuk pertanian,” katanya.
Menurut Viari, dengan simpanan volume air sebanyak 200 juta meter kubik, pelepasan air sebesar 25 meter kubik per detik untuk irigasi Colo Barat dan Colo Timur dapat dilakukan hingga Oktober atau akhir musim kemarau. Cakupan daerah irigasi pertanian yang dapat terairi seluas 24.000 hektar di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah, antara lain Wonogiri, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar, dan Klaten. ”Sampai dengan akhir Oktober kami akan tetap mengalirkan sesuai kebutuhannya petani,” ujarnya.
Kami berusaha berhemat untuk menghadapi musim kemarau ini. Prioritas pertama untuk pertanian.
Berdasarkan pantauan, saluran irigasi teknis di wilayah Wonogiri dan Sukoharjo masih teraliri air dari sumber Waduk Gajah Mungkur. Lahan-lahan sawah juga terlihat masih mendapat pasokan air dari irigasi teknis tersebut. Sebagian lahan sawah itu tampak baru ditanami padi.
Madyo (67), petani warga Desa Kepuh, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, mengatakan, masih mendapat pasokan air irigasi yang cukup sehingga memutuskan tetap menanam padi di lahan sawahnya seluas 1.000 meter persegi. Pasokan air dari irigasi tersebut biasanya akan terus mengalir hingga masa panen sekitar September.
”Ini masa tanam padi kedua. Setelah ini panen, saya tidak berani tanam padi lagi karena air irigasi pasti tidak cukup. Kalau mau tetap tanam padi harus memompa air, biayanya mahal. Jadi, lebih baik tanam ketiga menunggu musim hujan pada Desember,” katanya.