Kerja Sama Tingkatkan Produktivitas
JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog membina dan memberdayakan petani dalam pengelolaan lahan pertanian melalui kerja sama dengan perguruan tinggi. Melalui pembinaan dan pemberdayaan petani ini, produktivitas dan efisiensi petani diharapkan meningkat.
Nantinya produksi gabah petani dapat diserap Perum Bulog.
”Perum Bulog sudah bekerja sama dengan Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo, untuk pembinaan petani,” kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog Imam Subowo, di Jakarta, Minggu (23/6/2019).
Imam menuturkan, selama ini, fakultas pertanian di banyak perguruan tinggi memiliki banyak penelitian dan petani binaan. Oleh karena itu, dengan kerja sama ini, hasil-hasil penelitian yang baik diharapkan dapat diaplikasikan kepada petani. Dengan cara itu, petani dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Selama ini, lanjut Imam, produktivitas produksi gabah rata-rata 5 ton per hektar. Melalui kerja sama dengan pihak perguruan tinggi dalam membina dan memberdayakan petani, produktivitas ditargetkan dapat meningkat menjadi 10 ton-12 ton per hektar.
Sementara data Badan Pusat Statistik menunjukkan, rata-rata upah nominal buruh tani per hari pada April 2019 naik 0,15 persen, dari Rp 53.873 pada Maret 2019 menjadi Rp 53.952 pada April 2019.
Namun, upah riil buruh tani per hari turun 0,66 persen, dari Rp 38.561 menjadi Rp 38.305 pada periode yang sama.
Per Februari 2019, sebanyak 38,11 juta orang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Upah nominal adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa atas pekerjaan yang sudah dilakukan. Adapun upah riil menggambarkan daya beli dari upah yang diterima.
Lebih lanjut Imam menyebutkan, dengan kerja sama itu, Perum Bulog akan membeli gabah petani. Gabah itu akan diolah di unit-unit pengolahan beras (UPB) Perum Bulog.
Saat ini, Perum Bulog memiliki 133 UPB. Dari jumlah itu, 15 UPB perlu direlokasi dan 37 UPB tidak berfungsi karena rusak atau kurang efisien.
Kerja sama Perum Bulog dengan UNS bertujuan menciptakan pemberdayaan pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan potensi lahan, teknologi, manajemen budidaya, penyediaan modal usaha, serta akses pasar bagi petani berdasarkan prinsip saling menguntungkan.
Diperluas
Imam menambahkan, pihaknya juga akan memperluas kerja sama dengan perguruan tinggi lain yang memiliki fakultas pertanian, seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Universitas Negeri Jember.
Pada 2019, menurut Imam, ditargetkan sekitar 127.000 hektar lahan dikelola melalui model kerja sama itu. Saat ini baru direalisasikan sekitar 47.000 hektar. Pembinaan dan pemberdayaan petani itu diupayakan berasal dari pembiayaan bank-bank BUMN.
Modern
Secara terpisah, Deputi Industri Agro dan Farmasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara Wahyu Kuncoro mengungkapkan, nantinya sektor pertanian, terutama dalam pengelolaan tanaman pangan, perlu dibangun secara modern berbasis teknologi.
Dengan demikian, industri pertanian akan berbasis teknologi atau industri 4.0. Dengan mengadopsi teknologi, diharapkan anak-anak muda lebih tertarik untuk berbisnis di sektor pertanian.
Menurut Wahyu, Kementerian BUMN juga mendorong Perum Bulog untuk mengolah produk beras, misalnya pengolahan tepung beras. Dengan cara itu, Perum Bulog dapat menjual produk-produk komersial pada saat penyaluran beras Perum Bulog untuk program bantuan pangan nontunai semakin sedikit. (FER)