Pintu Bendungan Raknamo Akan Dibuka, tetapi Lahan Belum Siap
›
Pintu Bendungan Raknamo Akan...
Iklan
Pintu Bendungan Raknamo Akan Dibuka, tetapi Lahan Belum Siap
Pintu bendungan Raknamo di Desa Raknamo Kecamatan Amabi Oefeto Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur segera dibuka. Akan tetapi obyek pengairan, yakni lahan pertanian seluas 1.250 hektar belum terealisasi, Tanah sekitar bendungan masih belukar.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
OELAMASI, KOMPAS — Pintu bendungan Raknamo di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, segera dibuka. Akan tetapi, obyek pengairan, yakni lahan pertanian seluas 1.250 hektar, belum terealisasi, Tanah sekitar bendungan masih belukar.
Kondisi air saat ini sudah mencapai 110 meter dari total elevasi 114 meter. Meski pintu bendungan segera dibuka, lahan pertanian warga belum dikelola sama sekali, termasuk lahan paling dekat dengan bendungan. Kawasan pertanian yang ditargetkan seluas 1.250 ha masih berupa hutan belukar.
Kepala Desa Manusak Arthur Ximenes yang desanya bakal memanfaatkan bendungan itu mengakui, petani belum mengolah lahan. Mereka menunggu air mengalir sehingga tanah dengan mudah dicangkul atau diolah. Saat ini kondisi tanah sangat padat, keras karena kekeringan.
”Kalau air sudah ada, dalam waktu dekat petani sudah mengerjakan semua lahan yang dilalui irigasi. Sampai hari ini, irigasi ke lahan saja belum dibangun. Kalau irigasi sepanjang hampir 6 km itu sudah dibangun, petani siap kelola lahan. Ada tiga desa yang bakal memanfaatkan irigasi itu, yakni Raknamo, Manusak, dan Naibonat,” kata Ximenes.
Anggota Komisi IV DPRD NTT, Boni Jebarus, mengatakan, Gubernur NTT telah meminta pihak Waskita Karya agar segera mengalirkan air yang ada ke lahan pertanian sekitar.
”Tetapi paling penting, status pengelolaan air bendungan harus jelas sebelum pintu air bendungan dibuka. Jangan sampai nasib bendungan Raknamo sama dengan bendungan Tilong, yang diperebutkan antara Pemkot Kupang, Kabupaten Kupang, dan pemprov. Masing-masing pihak saling mengklaim sebagai pihak yang paling berwenang mengolah, terutama menyangkut air baku bagi warga,” kata Boni.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) NTT Sony Tella di Kupang, Senin (24/6/2019), mengatakan, Raknamo masih di bawah pengawasan PT Waskita Karya dan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, begitu pula pekerjaan irigasi (saluran) air masih dibawa wewenang mereka. Bendungan itu belum diserahkan kepada pemprov atau Pemkab Kupang.
”Sesuai rencana, paling lambat akhir tahun 2019, bendungan diserahkan kepada Pemprov atau Pemkab Kupang. Soal kewenangan mengelola bendungan belum dibahas antara Pemprov dan Pemkab Kupang, siapa yang paling berhak mengelola bendungan itu,” kata Tella.
Investasi tinggi
Bendungan dibangun dengan dana sekitar Rp 782 miliar, anggaran dari APBN tahun 2014-2019. Upaya pemerintahan Joko Widodo semata-mata membantu mengatasi rawan pangan dan kemiskinan di NTT, terutama di Kabupaten Kupang.
Saat peresmian bendungan di Rotiklot, Belu, Joko Widodo berpesan kepada pemda agar mendorong masyarakat mengelola air bendungan seoptimal mungkin guna meningkatkan taraf hidup.
Ia mengatakan, masa pekerjaan bendungan itu berakhir tahun 2019. Dinas PUPR NTT, Pemkab Kupang, dan instansi teknis terkait dalam waktu dekat membahas soal bendungan Raknamo pascakonstruksi dan penyerahan.
Pihak kontraktor mendesain bendungan sedemikian rupa sehingga menarik untuk ditonton, tidak hanya air bendungan, tetapi juga arsitek bangunan bendungan serta sarana dan prasarana di sekitar bendungan. Tampak bentuk bangunan persegi yang berderet, menjadi salah satu titik untuk swafoto.
Pemprov segera menggelar pertemuan membahas berbagai soal terkait hak pengelolaan air, retribusi, perawatan, penghijauan kawasan, pengamanan, dan koordinator pembagian air. Ini harus disepakati bersama agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Bendungan itu memiliki kapasitas genangan air 14,09 juta m3. Saat ini kemungkinan sudah terisi 10 juta m3. Kapasitas tampungan efektif 10,26 juta m3, dan kapasitas tampungan mati 3,83 juta m3.
Luas tampungan air 147,30 ha, panjang daerah aliran sungai (DAS) 15,71 km, dan luas DAS 38,34 km2. Konstruksi bangunan oleh PT Waskita Karya, supervisi oleh PT Catur Bina Guna Persada (KSO), PT Jasa Patria Gunatama, PT Arga Pasca Rencana, dan PT Sarana Bumi Bagja. Pengguna jasa oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II.
Adapun manfaat bendungan untuk irigasi, air bersih 100 liter per detik, energi listrik 0,22 MW, mereduksi banjir 138,53 m3 per detik, dan kegiatan pariwisata atau rekreasi warga.
Setiap hari ratusan warga datang ke Bendungan Raknamo untuk berekreasi dan kegiatan bersama lain, seperti arisan dan merayakan ulang tahun. Sebuah lopo (rumah) di samping bendungan menjadi tempat duduk dan berteduh warga.