Peneliti Universitas Jember, Profesor Bambang Sugiarto, dan PT Perkebunan Nusantara XI melahirkan varietas baru tebu tahan kering. Keberhasilan itu membuat perusahaan gula Illovo Sugar Africa tertarik untuk mengembangkan varietas tersebut di Afrika.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Peneliti Universitas Jember, Profesor Bambang Sugiarto, dan PT Perkebunan Nusantara XI melahirkan varietas baru tebu tahan kering. Keberhasilan itu membuat perusahaan gula Illovo Sugar Africa tertarik untuk mengembangkan varietas tersebut di Afrika.
Tebu tahan kering yang dikembangkan itu ialah varietas NXI-4T. Varietas ini sudah ditanam di sejumlah kebun milik PTPN XI. PTPN XI juga tercatat sebagai pemegang hak perlindungan varietas tanaman tebu tahan kering itu.
”Varietas tebu tahan kering NXI-4T kami kembangkan sejak 2003 dan baru dilepas pada 2013-2014. Varietas ini berasal dari indukan tebu Bululawang yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika,” ujar peneliti senior sekaligus Ketua Center for Development of Advance Science and Technology Universitas Jember Bambang Sugiharto ketika dihubungi dari Banyuwangi, Minggu (23/6/2019).
Varietas tebu tahan kering NXI-4T kami kembangkan sejak 2003 dan baru dilepas pada 2013-2014. Varietas ini berasal dari indukan tebu Bululawang yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika.
Bambang mengatakan, munculnya varietas ini dilandasi keprihatinan karena tebu menjadi tanaman yang terpinggirkan. Para petani lebih memilih memanfaatkan lahan-lahan subur untuk tanaman padi sawah.
Sementara lahan-lahan kering yang tidak dilengkapi fasilitas jaringan irigasi dijadikan ladang tebu. Karena kondisi itu, Bambang dan PTPN XI ingin memaksimalkan lahan kering yang ada.
”Apabila dibandingkan dengan tebu biasa, produktivitasnya tidak jauh berbeda. Namun, tebu varietas NXI-T4 jauh lebih tahan kering jika dibandingkan dengan tebu lainnya,” kata Bambang.
Bambang mengatakan, tanpa air, tebu yang ditanam di dalam pot normalnya akan layu pada satu minggu pertama, selanjutnya akan mati di minggu kedua. Sementara tebu NXI-T4 masih bisa bertahan hingga satu bulan lebih tanpa dialiri air.
”Bahkan, tebu NXI-T4 bisa tumbuh di tanah kapur. Hal ini bisa dibuktikan di kebun milik PTPN XI di Madiun,” ungkap Bambang.
Saat ini, tebu tahan kering NXI-4T dikembangkan PTPN XI sebagai pemegang hak perlindungan varietas tanaman tebu tahan kering NXI-4T. PTPN XI juga sudah menanam tebu itu di beberapa lahannya, misalnya di PG Pagotan Madiun seluas 30 hektar dan di lahan PG Soedhono Ngawi seluas 10 hektar.
Bahkan, tebu NXI-T4 bisa tumbuh di tanah kapur. Hal ini bisa dibuktikan di kebun milik PTPN XI di Madiun.
“Dari seluruh luasan lahan tebu milik PTPN XI, 15 persen di antaranya ditanami tebu tahan kering NXI-4T,” ujar Kepala Pusat Penelitian PTPN XI, Sukosari, Lumajang Nanik Tri Ismadi.
Data PTPN XI menyebutkan, luas areal lahan tebu milik PTPN XI seluas 11.056,7 ha. Maka luasan lahan yang ditanami NXI-4T sekitar 1.600 ha. Nanik mengatakan, tebu tahan kering NXI-4T ditanam untuk menggantikan tebu Bululawang yang menjadi indukkannya.
Tebu tahan kering NXI-4T memiliki komposisi dan volume akar yang lebih banyak. “Karena komposisi dan volume akar tersebut, tanaman ini ditanam lebih dalam. Kondisi ini memungkinkan tanaman lebih tahan kering,” ujar Nanik.
Karena komposisi dan volume akar tersebut, tanaman ini ditanam lebih dalam. Kondisi ini memungkinkan tanaman lebih tahan kering
Nanik menambahkan, pada kondisi tanah yang sama tebu tahan kering NXI-4T jauh lebih produktif bila dibanding dengan tebu pada umumnya. Produktifitas NXI-4T bisa 15 persen lebih tinggi dari pada tebu pada umumnya.
Ketahanan NXI-T4 di lahan kering membuat produsen gula terbesar Illovo Sugar Africa tertarik mengembangkan varietas serupa di Afrika. Senior Scientist Illovo Sugar Africa, Nickholas Grantham, datang ke Jember dan beberapa kota lokasi penanaman tebu tahan kering NXI-4T di Jawa Timur untuk melihat langsung tebu itu.
Dalam rilis yang diterima Kompas, Grantham meyakini tebu tahan kering NXI-T4 cocok ditanam di perkebunan tebu yang dikelola Illovo Sugar Africa yang tersebar di beberapa negara Afrika, yang umumnya lahan kering. Ia semakin tertarik mengembangkan tebu NXI-4T setelah melihat langsung tebu varietas tahan kering yang ditanam PTPN XI di lahan milik PG Soedhono di Ngawi.
”Tebu varietas tahan kering NXI-4T memiliki tinggi hingga 3 meter. Sementara tebu di kebun kami rata-rata hanya 2 meter. Selain itu, diameter tebu juga lebih besar. Padahal, kondisi tanahnya sama-sama tergolong tanah kering,” ujar Grantham.
Ia sangat berharap mendapat izin untuk mengembangkan varietas serupa di Afrika. Varietas itu dapat menjadi jawaban atas kebutuhan gula di Afrika.
”Saat ini, kami giat memperluas lahan tebu karena diprediksi kebutuhan gula di Afrika pada 2020 mencapai 6 juta ton. Namun, upaya ini terbentur pada produktivitas tebu karena lahan di Afrika umumnya lahan kering,” ungkapnya.
Adapun Illovo Sugar Africa adalah produsen gula terbesar di Afrika yang sudah berdiri semenjak 1891. Selain memiliki perkebunan tebu di Afrika Selatan, Illovo Sugar Africa memiliki perkebunan tebu di lima negara, yaitu Mozambik, Malawi, Eswatini, Tanzania, dan Zambia. Selain memproduksi gula sebagai produk utama, Illovo Sugar Africa menghasilkan produk turunan dari gula seperti etanol yang memasok kebutuhan di Benua Afrika.