Berbekal Filosofi Filanesia, Indonesia Diharapkan Tembus Piala Dunia
›
Berbekal Filosofi Filanesia,...
Iklan
Berbekal Filosofi Filanesia, Indonesia Diharapkan Tembus Piala Dunia
Penyebaran filosofi permainan sepak bola Indonesia atau disebut Filanesia yang telah diluncurkan oleh PSSI sejak 2017 akan diintensifkan di sekolah-sekolah sepak bola mulai tahun ini. Dengan berbekal Filanesia, Indonesia diharapkan bisa tembus Piala Dunia 2030 atau 2034.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyebaran filosofi permainan sepak bola Indonesia atau disebut Filanesia yang telah diluncurkan oleh PSSI sejak 2017 akan diintensifkan di sekolah-sekolah sepak bola mulai tahun ini. Harapannya, dengan berbekal Filanesia, Indonesia bisa tembus Piala Dunia 2030 atau 2034.
Sejak diluncurkan tahun 2017, target utama pengajaran Filanesia adalah kepada para pelatih. Kurikulum yang perumusannya di bawah komando Direktur Teknik PSSI Danurwindo tersebut diajarkan dalam kursus kepelatihan dengan lisensi B dan C PSSI, serta B, A, dan Pro AFC.
”Untuk menemukan talenta terbaik, harus diciptakan pelatih terbaik,” kata Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria seusai jumpa pers program Filanesia yang didukung oleh Clear, di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
Hingga kini, jumlah pelatih yang telah mengenyam kurikulum Filanesia meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan ketika pertama kali program itu dibuka. Total ada 64 pelatih lisensi B PSSI dan 32 pelatih lisensi C PSSI yang telah mengikuti kurikulum Filanesia. Sebagian besar di antaranya mantan pemain tim nasional Indonesia.
Mereka kemudian mengajarkannya ke tingkat paling dasar, yakni sekolah sepak bola (SSB). Pengajaran ke SSB ini sebenarnya sudah dimulai juga tahun lalu, tetapi bakal lebih diintensifkan tahun ini karena sudah banyak pelatih yang memahami Filanesia.
PSSI telah menjadwalkan akan mengintensifkan penyebaran Filanesia, salah satunya melalui program ”Filanesia on The Road”. Program yang turut disponsori oleh Clear itu akan dimulai Agustus 2019 dan berlangsung hingga akhir 2019 di 20 kota. Nantinya akan disediakan pula mobil perpustakaan keliling untuk mengenalkan Filanesia.
Mereka yang dilatih menerapkan Filanesia diharapkan dapat mempraktikkannya di tingkat amatir, seperti kompetisi tingkat provinsi. Selanjutnya, mereka dapat mempraktikkannya di Liga 3, 2, atau 1.
Dikutip dari situs resmi PSSI, Filanesia dibuat bukan untuk menyeragamkan taktik setiap klub, melainkan akan menjadi ciri pemain Indonesia yang berlaga pada pertandingan internasional.
Filanesia merupakan sebuah filosofi yang menjadi fondasi dan karakter sepak bola Indonesia untuk pembinaan pemain usia dini hingga profesional. Materi di dalamnya tidak hanya melatih permainan individu, tetapi juga kerja sama tim. Materi lainnya, program latihan berdasarkan jenjang usia, pengembangan teknik pemain, dan ciri-ciri bermain di lapangan.
Deputi Sekretaris Jenderal PSSI Bidang Pengembangan Bisnis Marsal Irwan Masita mengatakan, Filanesia merupakan terobosan di tengah ketiadaan kurikulum sepak bola, seperti negara yang telah memiliki tradisi sepak bola yang baik, salah satunya Jerman.
Hasil dari Filanesia, lanjut Marsal, tidak dapat dilihat dalam waktu dekat karena merupakan program jangka panjang. Sebagai contoh, negara di Asia, seperti Jepang dan Vietnam, yang berprestasi di sepak bola. Kedua negara tersebut telah membuat perencanaan yang matang sejak 10 hingga 20 tahun yang lalu.
Berkaca dari hal itu, hasil dari kurikulum Filanesia diperkirakan baru akan terlihat pada masa depan. Salah satunya, dia berharap Indonesia dapat menembus Piala Dunia 2030 atau 2034.
Pemain tim nasional Indonesia U-18, Rendy Juliansyah, termasuk salah satu yang mengenyam kurikulum Filanesia saat masih di SSB ASIOP Jakarta.
”Di dalam kurikulum tersebut, kami diajarkan beberapa teknik, seperti menggiring bola dari kedua sayap,” ujar Rendy.
Teknik menggiring bola dari kedua sayap itu sesuai dengan ciri permainan sepak bola Indonesia, yaitu sering menyerang dari sayap dan mengandalkan kecepatan pemain sayap. Kemudian, karena postur pemain Indonesia yang tidak tinggi, umpan menyusur tanah lebih diutamakan daripada umpan lambung.