AS Tutup Negosiasi Tarif yang Sudah Diberlakukan pada China
›
AS Tutup Negosiasi Tarif yang ...
Iklan
AS Tutup Negosiasi Tarif yang Sudah Diberlakukan pada China
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Amerika Serikat berharap memulai kembali perundingan perdagangan dengan China setelah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Jepang pada Sabtu (29/6/2019). Namun, seorang pejabat senior AS di Washington, Selasa (25/6/2019) waktu setempat, mengatakan, AS menutup peluang diangkatnya agenda pembicaraan tentang tarif yang sudah diberlakukan terhadap Beijing dalam pertemuan itu.
Trump telah mengancam China untuk mengenakan tarif lagi terhadap barang-barang China lainnya senilai 325 miliar dollar AS. Jika tarif baru ini diberlakukan, hal itu berarti bahwa pemberlakuan kenaikan tarif mencakup hampir semua impor China yang tersisa ke AS. Termasuk di dalam produk China yang terancam tarif baru AS adalah produk konsumen, seperti telepon seluler, komputer, dan pakaian. Ancaman itu akan berlaku jika pertemuan Trump dan Xi tidak menghasilkan kemajuan dalam penyelesaian perang dagang kedua negara.
Seorang pejabat senior AS menyatakan, kedua belah pihak dapat mencapai persetujuan untuk tidak mengenakan tarif baru sebagai isyarat niat baik untuk melanjutkan negosiasi. Namun, pejabat tersebut mengaku tidak memiliki kejelasan apakah kondisi itu akan terjadi. Ditegaskan bahwa Washington ingin Beijing kembali pada janji-janji yang belakangan ditarik dan menyebabkan perundingan kedua belah pihak macet atau buntu.
China sejauh ini tetap bersikeras dalam posisinya. Hari Senin lalu, Beijing mengatakan, kedua belah pihak harus melakukan kompromi dalam perundingan perdagangan. Beijing juga menegaskan bahwa kesepakatan perdagangan harus bermanfaat bagi kedua negara.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) negara-negara anggota kelompok 20 (G-20) di Osaka akan menjadi kesempatan pertama kalinya delegasi AS dan China kembali bertemu sejak perundingan perdagangan antara dua negara itu macet pada Mei lalu. Washington menuduh China mengingkari janji reformasi yang dibuatnya.
Wakil Perdana Menteri Liu He, yang memimpin perundingan perdagangan untuk China, mengadakan pembicaraan melalui telepon dengan pihak AS, diwakili Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, pada awal pekan ini. Kementerian Perdagangan China menyatakan, ketiga orang itu membantu membuka jalan bagi pembicaraan di antara kedua pemimpin negara itu pada akhir pekan ini.
Harapan rendah
Harapan terhadap hasil pertemuan Trump dan Xi sejauh ini tampaknya relatif masih rendah. Skenario terbaik adalah dimulainya kembali perundingan resmi setelah pertemuan kedua pemimpin itu dapat meredakan kekhawatiran di pasar keuangan bahwa perselisihan perdagangan dapat berlanjut tanpa batas waktu. Kekhawatiran atas perang dagang AS-China itu telah memukul pasar global dan melukai ekonomi dunia.
Para penasihat Trump mengatakan, tidak ada kesepakatan perdagangan yang diharapkan pada pertemuan tersebut, tetapi mereka berharap dapat menciptakan jalan ke depan untuk perundingan. Setelah negosiasi dilanjutkan, menurut pejabat senior AS, perundingan bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Terbuka kemungkinan, beberapa bagian disepakati awal dan yang lain membutuhkan lebih banyak waktu.
Tidak ada kesepakatan perdagangan yang diharapkan pada pertemuan tersebut, tetapi mereka berharap dapat menciptakan jalan ke depan untuk perundingan.
Namun, dengan dimulainya kembali negosiasi itu, pemberlakuan ancaman tarif lebih lanjut bisa ditahan, setidaknya untuk saat ini. Jika Trump tidak melihat adanya kemajuan dan memutuskan untuk menaikkan tarif, hubungan di antara dua ekonomi terbesar dunia pun dikhawatirkan akan semakin memburuk.
”Saya pikir jika mereka menggunakan tarif, perundingan perdagangan sudah praktis berhenti,” kata salah satu sumber yang dekat dengan persiapan pertemuan Trump-Xi.
Kubu AS telah menegaskan bahwa mereka ingin China kembali ke posisi yang dipegangnya dalam rancangan perjanjian perdagangan yang hampir selesai sebelum Beijing menolak beberapa syarat. Hal itu terutama menyangkut persyaratan untuk mengubah undang-undang tentang masalah-masalah utama.
Beijing menginginkan AS agar mencabut tarif yang telah diberlakukan, sementara Washington ingin China mengubah serangkaian praktik, termasuk praktik-praktik terkait kekayaan intelektual dan persyaratan bahwa perusahaan AS harus berbagi teknologinya dengan perusahaan setempat untuk melakukan bisnis di China. Sebagai bagian dari perang dagang, Washington telah mengenakan tarif 25 persen untuk barang-barang China senilai 250 miliar dollar AS, mulai dari semikonduktor hingga furnitur, yang diimpor ke AS. (REUTERS)